webnovel

Arman Sang Penakluk

Bagaimana rasanya menyaksikan kematian gurumu di depan matamu? Itulah yang dirasakan Arman, seorang pemuda ras manusia yang hidup di keluarga sederhana. Suatu saat dirinya berguru pada seorang tetua, untuk menaklukan Kingdom lain dan menyatukan dunia! Namun...gurunya dibunuh? Kampung halamannya diserang? Arman yg berhasil bertahan hidup, kini hanya memiliki 1 tujuan. Membalaskan dendam gurunya! Dibantu oleh beberapa sahabatnya dari berbagai Ras serta kakaknya ridho, ia mencari kelompok badik merah yang dipimpin oleh seorang pejabat pemerintahan... Dapatkah Arman membalaskan kematian gurunya dan menjadi sang penakluk dunia penuh misteri ini? Siapakah dalang dibalik pembunuhan gurunya? Akankah Arman memilih balas dendam atau melupakannya? Petualangan penuh balas dendam, persahabatan antar Ras dan makna hidup... Baca hanya di "Arman Sang Penakluk" Saya akan selalu berusaha tiap hari untuk mengupdate ceritanya. Jangan lupa untuk selalu mendukung karya-karya lokal di webnovel. nb : mohon maaf jika dalam penulisan masih terdapat kekurangan, secara baru belajar dalam penulisan novel

Si_Koplak · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
402 Chs

Bab 295 - Judul Bab Kosong

Ridho membutuhkan waktu sekitar dua hari untuk menemukan gua tempat dia bertemu Arya. Bahkan bagi Ade yang bisa merasakan kehadiran orang kuat merasa sulit untuk merasakan kehadiran Arya karena dia berusaha sekuat tenaga untuk menekan kekuatannya. Tetap tidak peduli seberapa keras Arya berusaha menekannya selama itu tidak hilang sepenuhnya, entah bagaimana Ade masih bisa merasakannya.

Sekarang, setelah Ridho berada di depan gua, dia berjalan dengan hati-hati di dalam. Saat Ridho memasuki gua, seseorang muncul di depannya.

"Apa yang membawamu kembali ke sini, pahlawan muda?" Entah dari mana, Arya muncul tepat dihadapan Ridho. Meskipun ini mengejutkan, dan Ridho tidak dapat merasakan Arya mendekat, Ridho tetap tenang karena dia sudah menduga Arya akan melakukan sesuatu seperti ini.

"Aku punya pertanyaan yang ingin aku tanyakan padamu pahlawan yang hebat," Ridho berbicara dengan penuh hormat sebisanya.