webnovel

Bagian 17,Aku Memberi Rasaku

Bagian 17

Aku Memberi Rasaku

Pagi hari menyapa, Sinar mengitari Jendela rumah Arkan. Arkan terbangun siang. Letih lelahnya masih terasa. Meski begitu ia harus tetap bangun. Untuk membeli sarapan meskipun itu sudah siang. Arkan bangun. Ia tidak mengecek handphonenya. Ia langsung mencuci wajahnya, Mengeluarkan motornya dan pergi.

"Duh laper banget." Ucap Arkan.

Kemudian Arkan membeli nasi bungkus. Setelah membeli nasi bungkus. Arkan pun pulang. Ia menikmati nasi bungkusnya di rumah. Saat ia ingin makan, Terdengar suara handphone Arkan berbunyi dan bergetar. Arkan langsung mengambilnya.

"Keira? Kok tumben telfon."

Arkan mengangkatnya.

"Iya Kei? Kenapa telfon?" Ucap Arkan.

"Dari tadi aku chat ga di bales bales." Ucap Keira.

"Iya iya maaf, Aku tuh bangun kesiangan. Bangun tidur ga ngecek hp. Dari bangun tidur langsung cuci muka terus nyari makan. Laper banget Kei. Ini aja baru pulang. Baru mau makan denger hp aku bunyi, Ternyata kamu yang nelfon." Ucap Arkan.

"Ohh, Gitu. Aku juga gatau Arr. Maaf juga ya. Marah marah. Yaudah kamu makan dulu aja." Ucap Keira.

"Iya gapapa Kei, Eh kamu mau ngomong apa sebenernya? Kek penting banget?" Ucap Arkan.

"Iyaa. Soal motor aku. Motor aku masih ada kan?" Ucap Keira.

"Masih ada, Kenapa emang?" Ucap Arkan.

"Yaa... Mau aku ambil lah." Ucap Keira.

"Kamu kesini mau jalan kaki?" Ucap Arkan.

"Engga tau, Aku juga bingung." Ucap Keira.

"Anterin abang kamu aja Kei." Ucap Arkan.

"Engga mau, Dia sibuk tau." Ucap Keira.

"Terus mau gimana? Mending motornya di ambil Senin aja pulang sekolah. Gimana?" Ucap Arkan.

"Terus... Aku berangkat sekolahnya gimana?" Ucap Keira.

"Emm, Sama aku aja gimana? Sekalian. Ntar pulangnya juga bareng terus ngambil motor deh. Gimana?" Ucap Arkan.

"Aku setuju. Tapi... Kamu jangan berangkat telat dong Arr. Nanti aku ikutan telat." Ucap Keira.

"Yaudah besok Senin mau berangkat jam berapa?" Ucap Arkan.

"Jam 06:45 aja deh. Senin kan ulangan masuknya juga agak siang jam 07:30. Bisa ga?" Ucap Keira.

"Kalo buat kamu mungkin bisa." Ucap Arkan.

"Iya deh, Dah kamu makan sana. Selamat makan. Telfonnya aku tutup yaa. Jangan lupa belajar besok ujian. Dadah." Ucap Keira.

Tak sempat berbicara, Telfon pun sudah di tutup oleh Keira. Arkan pun menaruh handphonenya kemudian Arkan pun menghabiskan makanannya.

Sabtu dan Minggu berlalu. Arkan menghabiskan waktunya hanya di rumah. Sambil menenangkan diri dan menunggu tenaganya pulih kembali. Menghilangkan rasa letihnya lewat bermain gitar dan mendengarkan musik favoritnya.

Hari Senin telah tiba. Arkan bangun pukul 05:00.

"Yaelah masih jam 5, Tapi gua di suruh berangkat awal. Siap siap sekarang aja deh, Demi Keira." Ucap Arkan.

Arkan pun bersiap siap sampai pukul 06:35.

"Berangkat sekarang aja deh, Mending nungguin dari pada Keira marah marah gajelas kalo kelamaan." Ucap Arkan

Arkan pun berangkat pukul 06:40. Arkan sampai di rumah Keira. Arkan berhenti dan membuka handphone dan menelfon Keira. Saat sedang menelfon Keira tiba tiba keluar dari pintu rumahnya.

"Ngapain kamu?" Ucap Keira.

"Loh? Ngejemput kamu, Ini aku mau telfon kamu buat ngabarin kalo aku udah sampe." Ucap Arkan.

"Aku juga denger motor kamu tau, Udah hafal." Ucap Keira.

"Iya deh, Salah lagi. Gimana? Sesuai jam ga ngejemputnya?" Ucap Arkan.

"Pas deh, Dah ayo berangkat." Ucap Keira.

Kemudian mereka pun berangkat. Ini pertama kalinya Keira berangkat ke sekolah bersama Arkan.

"Andai tiap hari kamu kaya gini, Andai tiap hari kamu selalu nelfon aku karena kamu mau ngabarin aku kalo kamu udah nyampe depan rumah. Andai setiap hari aku denger suara motor kamu. Seneng banget untuk pertama kalinya bisa berangkat dan nantinya bakalan pulang bareng kamu." Ucap Keira dalam hati.

Mereka berdua pun sampai di sekolahnya. Mereka berjalan dari parkiran sekolah hingga ke kelas. Beruntungnya mereka berdua satu ruangan. Mereka menunggu di depan ruang masing masing. Menunggu pengawas datang untuk di mulainya ujian.

"Kei. Aku laper deh. Pengen beli jajan deh." Ucap Arkan.

"Hah? Kamu ngomong sama aku?" Ucap Keira.

"Iya Keira, Mau engga nemenin ke kantin?" Ucap Arkan.

"Kamu engga sarapan? Apa gimana heh?" Ucap Keira.

"Engga sarapan, Sibuk tadi di rumah." Ucap Arkan.

"Sibuk ngapain?" Ucap Keira.

"Nyari baju sama ngegosok baju, Hehe." Ucap Arkan.

"Yaudah ayo aku temenin." Ucap Keira.

Arkan dan Keira pun menuju kantin sekolah. Saat sudah sampai di kantin. Terlihat Jaka dan Kamila. Jaka sedang Kamila sedang minum kopi.

"Pagi pagi ke kantin, Bukannya belajar malah ke kantin." Ucap Arkan.

Jaka menengok.

"Yee, Lu juga ngapain kesini sana lu belajar." Ucap Jaka.

"Sensi banget lu Jak." Ucap Arkan.

"Biarin." Ucap Jaka.

"Idih idih, Belum sarapan lu?" Ucap Arkan.

"Belum, Kalo gua udah sarapan pagi pagi juga ga bakal kesini. Ibu gua tadi pagi bangunnya kesiangan, Jadi ya gapapa sih gua bisa makan di kantin juga. Kasian kalo harus bangunin Ibu gua, Masa gua ngebangunin terus nyuruh ibu gua masak." Ucap Jaka.

"Nah, Yang penting lu bilang sm Ibu lu tuh, Kalo udah niat bakal sarapan di kantin." Ucap Arkan.

"Iya beres itu mah, Lu? Ngapain?" Ucap Jaka.

"Beli jajan, Pengen ngemil. Setia banget ya Kamila, Sampe nungguin lu tuh." Ucap Arkan.

"Ohh okeh deh. Diem lah lu juga gitu. Ga sadar lu? Barengan terus kek magnet, Gabisa jauh." Ucap Jaka.

"Yee, Gabisa deh gua berkata kata. Dah gua habis beli jajan langsung ke kelas. Duluan yaa." Ucap Arkan.

"Yoi. Semoga aja lu bisa ngerjain Arr." Ucap Jaka.

"Yoi, Lu juga." Ucap Arkan.

Setelah Arkan membeli jajan dan Keira yang ikut juga membeli. Kemudian mereka kembali ke kelas. Duduk dan menunggu pengawas tiba.

2 mapel Pelajaran pun sudah selesai. Arkan dan Keira segera meninggalkan ruangan ujiannya.

"Kei? Mau langsung pulang?" Ucap Arkan.

"Terserah." Ucap Keira.

"Yaudah nginep aja disini." Ucap Arkan.

"Loh kok nginep?!" Ucap Keira.

"Katanya terserah." Ucap Arkan.

"Tapi ya engga nginep juga." Ucap Keira.

"Tapi aku pengin beli ayam bakarnya Bu Inah deh." Ucap Arkan.

"Emang jam segini udah buka?" Ucap Keira.

"Belum keknya deh, Biasanya sih jam 12 lewat. Kamu mau pulang ga Kei?" Ucap Arkan.

"Aku? Engga. Aku pengin ikut kamu kemanapun kamu pergi." Ucap Keira.

"Ini masih jam 11, Warungnya Bu Inah belum buka. Mau kemana ya? Siang siang gini." Ucap Arkan.

"Jalan jalan aja gimana Arr?" Ucap Keira.

"Serius kamu pengin jalan jalan? Nanti kamu kepanasan." Ucap Arkan.

"Engga, Kita cari jalan yang banyak pohon nya aja, Yang sejuk gitu. Gimana?" Ucap Keira.

"Boleh deh, Keknya ada deh tempat wisata deket deket sini. Ga jauh jauh banget sih. Banyak pohonnya juga." Ucap Arkan.

"Yaudah kesana aja, Ntar jam setengah 1 kita makan di warung Bu Inah. Terus kita pulang. Ambil motor. Gimana?" Ucap Keira.

"Yaudah deh, Ayo." Ucap Arkan.

Kemudian mereka berdua pun Berjalan jalan menuju tempat pariwisata yang Arkan katakan tadi.

Pada saat di perjalanan banyak pepohonan. Angin pun bergemuruh. Semilir angin membuat rambut Keira bergerak.

"Ih sejuk banget Arr." Ucap Keira.

"Iya, Ini kita cuma jalan jalan doang loh, Engga berhenti. Ntar kita lewat jalan yang langsung ke tempat warung Bu Inah." Ucap Arkan.

"Tapi ntar berhenti deh Arr, Bentar aja. Buat ngambil foto." Ucap Keira.

"Iya deh ntar berhenti. Bentar nyari pemandangan yang bagus." Ucap Arkan

Arkan dan Keira pun berhenti untuk mengambil gambar. Mereka berdua juga tak lupa untuk berfoto bersama meskipun pada awalnya Arkan tidak ingin, Tapi dengan sedikit paksaan Keira, Arkan pun akhirnya mau untuk di ajak berfoto bersama.

Selang beberapa menit, Mereka pun melanjutkan perjalanannya lagi. Rasa lelahnya perlahan hilang. 1 Jam perjalanan tak terasa. Akhirnya mereka pun sampai di warung Bu Inah.

"Eh, Ini mau di bungkus apa makan di sini?" Ucap Keira.

"Makan disini aja deh. Aku udah laper." Ucap Arkan.

"Ohh yaudah aku ngikut kamu aja deh." Ucap Keira.

"Bu, Ayam bakarnya dua di makan disini yaa. Minumnya es teh sama es jeruk ya Bu..." Ucap Keira.

"Okay, Silahkan duduk disana Mba." Ucap Bu Inah.

Kemudian Keira pun duduk bersama Arkan.

"Minumnya?" Ucap Arkan.

"Udah aku pesenin es jeruk. Disini engga ada lemon." Ucap Keira.

"Masih inget aja kamu Kei...." Ucap Arkan sambil tertawa.

"Inget dan engga bakal lupa juga." Ucap Keira.

Setelah itu Arkan dan Keira pun menikmati ayam bakar yang ia beli. Kebetulan itu sudah jam makan siang. Selang beberapa menit. Mereka pun membayar makanannya dan kembali menuju perjalanan pulang.

"Sekarang ayo ke rumah kamu." Ucap Keira.

"Ngapain?" Ucap Arkan.

"Loh, Motor aku kan masih di sana." Ucap Keira.

"Ohh iya lupa. Yaudah ayo." Ucap Arkan.

Mereka berdua pun pulang menuju rumah Arkan.

Setelah sampai di rumah Arkan.

"Bentar, Kamu disini aja ntar aku yang ngambil motornya." Ucap Arkan.

"Eh. Ntar Arr. Aku boleh duduk dlu ga?" Ucap Keira.

"Ohh, Boleh ayo masuk." Ucap Arkan setelah mengeluarkan motor Keira dari rumahnya.

Keira pun duduk. Dan Arkan pun duduk. Bertatapan, Saling diam, Dan sedikit canggung.

"Kei? Mau minum? Apa mau beli makanan?" Ucap Arkan.

"Engga, Aku cuma mau duduk." Ucap Keira.

"Ohh, Yaudah duduk aja dulu." Ucap Arkan.

Arkan mengira Keira meminta untuk masuk ke rumah terlebih dahulu karena kelelahan. Tapi yang ada di pikiran Keira kali ini. Yang menganggu benaknya untuk berfikir jernih adalah bagaimana cara mengungkapkannya.

"Kenapa kok canggung si? Apa salah kalo aku confes? Apa semuanya harus Arkan yang mulai? Aduh.... Mau itu di terima apa engga. Mau itu bakalan hancur pertemuannya apa engga. Untuk sekarang penyelematan diri sendiri lebih penting dari semuanya. Aku bakal pentingin perasaan diri sendiri aku biar engga terlalu tersiksa." Ucap Keira dalam hati

"Arr?" Ucap Keira.

"Iya? Kenapa?" Ucap Arkan.

"Engga. Gapapa." Ucap Keira.

"Kei? Kamu kenapa tumben kek gitu? Kamu masih laper?" Ucap Arkan.

"Engga, Ga laper kok. Masih kenyang baru aja tadi makan." Ucap Keira.

"Iya deh, Tapi kamu kayak kebingungan. Kenapa Kei? Mau cerita?" Ucap Arkan.

"Engga, Tapi aku mau ngomong sesuatu." Ucap Keira.

"Yaudah aku dengerin." Ucap Arkan.

"Kalo gua ga bilang sekarang mau sampai kapan gua nyembunyiin perasaan ini. Mau sampai kapan gua menyiksa diri gua sendiri." Ucap Keira dalam hati.

Keira menarik nafas. Lalu berkata.

"Ar?" Ucap Keira.

"Iya?" Ucap Arkan.

"Aku punya rasa lebih sama kamu. Aku mau kita punya hubungan lebih dari temen." Ucap Keira.

"Hah? Ga kedengaran? Kamu ngomong apa? Ulang coba." Ucap Arkan.

"Serius Arr. Aku lagi engga bercanda." Ucap Keira.

"Yang aku denger cuma. Kamu punya rasa lebih dan pengin punya hubungan lebih dari temen? Iya?" Ucap Arkan.

"Iya, Maaf." Ucap Keira.

Arkan pun kaget.

"Kamu confes? Makasih Kei udah berani confes. Berani banget kamu Kei." Ucap Arkan.

"Iya. Jadi gimana?" Ucap Keira.

"Aku kaget dengan pengakuan kamu hari ini." Ucap Arkan.

"Iya maaf, Aku selalu nyaman tiap bareng kamu. Aku selalu nemuin titik tempat rumah tiap bareng kamu. Aku selalu ngerasain itu." Ucap Keira.

Arkan terdiam.

"Arr. Kenapa?!! Kenapa kita gabisa?!!" Ucap Keira.

Arkan masih terdiam.

"Arkan?!! Kenapa cuma diem?!!" Ucap Keira.

Air matanya menetes.

Arkan masih diam dan belum menjawabnya.

"Okay, Kalo ini emang mau kamu. Okay. Maaf banget kalo aku selalu memberatkan hari hari kamu. Untuk hari hari kedepannya aku engga bakal ganggu kamu lagi. Aku engga bakal ada di bagian bab berikutnya. Okay. Aku berhenti." Ucap Keira.

Keira mengambil kunci motornya, Berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu. Pada saat akan membukakan pintu Arkan pun memegang tangan Keira.

"Kei. Tunggu dulu aku belum ngomong. Dengerin aku ngomong. Engga bisa kamu putusin semuanya cuma sepihak." Ucap Arkan.

"Buat apa nungguin kamu, Kalo hasilnya sama seperti apa yang ada di pikiran aku?!!!" Ucap Keira.

"Dengerin aku. Aku... Selalu butuh kamu." Ucap Arkan.

"Iya? Kalo cuma butuh temen juga bisa dateng." Ucap Keira.

"Kamu orang pertama yang selalu ada di saat aku bener bener rapuh. Kamu dateng tanpa harus aku minta. Kamu selalu menjadi atap saat panas dan derasnya hujan menerka. Hidupku hitam dan putih ketika ibu pergi, Tapi kamu datang seolah seolah berusaha memberi warna. Dan aku mengizinkan kamu. Aku menerima kamu sebagai pemberi warna dalam hidup, Selalu. Ada banyak hal kosong dalam hidupku. Tapi kamu selalu datang dan memberi isi, Sebuah angka atau semacamnya membuatnya lebih bewarna. Tidak pudar namun cerah. Maaf karena terlalu banyak sekali kekurangan yang harus kamu lihat dan kamu terima. Maaf." Ucap Arkan.

Keira berhenti. Mengusap air matanya. Memeluk Arkan.

"Aku harap, Kamu adalah penghuni rumah yang tidak akan meninggalkan rumah selagi rumah itu berantakan. Aku menerimamu. Aku mencintaimu Keira." Ucap Arkan sambil memeluk Keira.

Pengakuan dari isi hatinya membuat Keira tak bisa berkata kata lagi. Ia sangat lega dengan ucapan terakhirnya. Akhirnya Arkan menerima Keira untuk berada di samping hidupnya.

Ada banyak buku yang di dalamnya lebih menarik di bandingku. Tapi kamu lebih memilih untuk diam dan melanjutkan cerita itu bersama tokoh membosankan itu. Dan membuatnya hidup di bab bab berikutnya.