webnovel

Antariksa [ Dari Angkasa ]

Yang dingin belum tentu galak. Rinai merasakannya dengan Antariksa Zander Alzelvin, ketua band The Rocket sekaligus ketos itu mengisi hari-harinya di masa-masa SMA Seperti apa keseruannya? Mari kita halu bagaimana memasuki kehidupan para tokoh seakan-akan berperan di dalamnya

hiksnj · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
51 Chs

37. Ngapelin Rinai

Sepulang sekolah, Rinai dan Adel sibuk menghafalkan pertanyaan yang nantinya akan di uji sebagai kelanjutan jabatan menuju Bantara tidak semudah itu Ferguso.

"Nah, akhirnya selama sejam gue komat-kamit akhirnya hafal juga," Adel berdecak kagum. Buku LKS itu di berikan ke Rinai. "Hafalin, cari yang gampang dulu, nanti yang super hard nyusul,"

Rinai mengangguk setuju, pertama ia akan mengajukan makna Rukun Islam dan Rukun iman. Lalu menjelaskan makna Sholat berjamaah dan dapat mendirikan sholat sunnah secara individu, yang pilihan terakhir ini dapat membaca doa ijab qobul zakat. Masih banyak memang, tapi akan di cicil perlahan-lahan.

Antariksa di kerumi para anggota Ambalan baru, Rinai menunggu sepi saja. Adel sudah maju yang pertama kali, sekarang setelah selesai senyumnya terbit.

"Seneng banget deh, eh tadi gue sama kak Rafi tuh so sweet gitu Rin. Nanti lo jangan kalah romantisnya ya sama kak Antariksa," bukan romantis, tapi jadi sadis del.

"Males!" sentak Rinai tak terima, romantis dengan Antariksa? Lebih baik tidak sama sekali dalam hidupnya.

Adel mendorong Rinai, membelah kerumunan Ambalan yang tengah berebut, budaya antri sudah luntur.

"Nih kak, Rinai udah siap," siap ke pelaminan del maksudnya?

Rinai tersenyum kikuk. 'Awas aja ya del, lo bakalan salting di depan kak Rafi suatu saat nanti, masih gue pantau,' Rinai menatap Adel sengit.

Antariksa tersenyum manis. "Silahkan, Rinai. Mana buku SKU-nya?" Antariksa meraih buku SKU yang Rinai pegang, unsur modus sedikit masih berlaku, sesekali menyentuh tangan Rinai.

Rinai langsung memukul tangan Antariksa yang nakal itu. 'Emang gue sabun colek huh? Pegang seenak jidat, kalau mau pegang ya ke pabriknya sabun colek sono!'

"Ijab qobul Zakat," ucap Rinai datar, jangan sampai Antariksa modus ke ijab qobul yang itu.

Antariksa seolah tak mendengar suara Rinai yang tengah melantunkan doa ijab qobul zakat, matanya menatap lekat wajah Rinai, pipi yang berisi ingin ia cubiti. Tanpa sadar, Antariksa mencubit gemas kedua pipi Rinai.

Rinai yang belum selesai berdoa pun sudah buyar kosentrasinya. "Kak Antariksa ngapain sih? Lagi ngidam squisy ya?"

Antariksa mengangguk. "Iya, kamu,"

Caca tak terima. "Wuuu, niat jadi pemimpin Bantara apa gak sih? Malah jadi penggoda," ssst, yang iri mundur dulu.

Salma menahan bahu Caca, sahabatnya ini ingin melabrak Rinai sebagai selingkuhan Antariksa saat ini.

"Udah ca, emang kak Antariksa dulu. Kayaknya dia gemes sama Rinai," Salma malah berpihak pada keduanya.

Caca menoleh menatap Salma sengit. "Lo ngerestuin mereka? Gak, sampai di ujung dunia pun, seorang Caca Marica yang akan bikin gemes kak Antariksa only. Rinai gak ada apa-apanya,"

Adel yang merasa terganggu dengan keributan kecil pun menghampiri Caca, Dinda? Dia sibuk mencari materi SKU yang pas untuk di jawab.

Adel menepuk bahu Caca. Awas bos Ips 5 mau beraksi.

"Heh, bisa gak itu mulut ember diem? Ga kasihan sama Ambalan yang lain?" Adel menunjuk Ambalan yang kini tengah menghafalkan beberapa jawaban entah dari buku, atau sumber internet.

"Emang kenapa? Terganggu ya? Sana! Hidup di hutan," Caca dan Adel sama-sama kejamnya, entah bagaimana jika Cica, Caca dan Adel di satu padukan.

"Adelia Sagita, gak sama dengan makhluk hidup di hutan," Adel mengoreksi.

Rinai datang menghampiri Adel dengan wajah tak bersahabat. "Diem!" hanya sentakan Rinai yang tegas membuat keduanya diam, Caca memilih pergi daripada kena amukan singa, dan Adel menghampiri Rafi, ia siap menghadapi pertanyaan selanjutnya.

Rinai memilih duduk, lebih baik download film kartun kesukaannya, Oggy and the Cockroaches, Monk dan Scooby Doo.

"Hei, gak mau lanjut lagi? Aku tadi belum tanda tangan," entah sejak kapan Antariksa berjalan dan sekarang duduk manis di sebelah Rinai, jangan lupakan wajah tengilnya.

Rinai menghela nafas kesal, baiklah untuk sekarang ia akan setor 3 pertanyaan lagi.

"Nih," Rinai memberikan buku SKU-nya.

"Dapat mengikuti jalannya diskusi dengan baik," Rinai memilih pertanyaan simpel saja.

"Seperti?"

"Belajar kelompok di kelas," Rinai jadi kesal sendiri mengingat satu kelompok dengan Caca dulu. Mohon bersabar Rin, nanti juga lulus kan good bye.

"Enak aja lo nuduh gue gak bayar iuran, nih uang gue banyak," suara cempreng Caca yang kini berdebat lagi dengan Adel. Membuat Rinai merasa terselamatkan dari Antariksa yang ingin menambah pertanyaan lagi.

Rafi menatap Adel datar, kenapa manusia seperti Caca harus di ladeni?

Dua manusia jago debat itu kini menjadi perhatian para Ambalan, sedang Bantara hanya melihat aja, hanya adu mulut, memang pada dasarnya kemampuan cewek saat ini kan?

"Kok gue gak pernah liat lo bayar ke gugus depan ya? Terus, itu uangnya dari usaha sendiri gak? Harus jujur dong, paling minta sama mamski lo," Adel semakin menantang.

Ya, Caca memilih pertanyaan setia membayar iuran kepada gugus depan dengan usaha sendiri, yang namanya kejujuran jarang berlaku, terutama Caca mengajukan SKU-nya ke Brian, si raja tatapan maut.

"Terserah gue dong, bilang aja iri,"

Sebelum pertarungan semakin sengit, Rafi menarik tangan Adel menjauhi Caca. "Udah, jangan marah-marah gitu. Nanti cantiknya luntur," gombalan receh Rafi membuat Adel jinak dan tenang.

"Apaan sih, ya gak lah. Sejak kapan, cewek garang itu cantiknya bakal luntur?"

"Sejak pandangan pertama, awal aku berjumpa," nyanyi Rafi. Yuk duet!

Adel memukul bahu Rafi kesal. "Ih kamu ini, aku lagi kesel tau, malah di ajak nyanyi. Suaraku gak sebagus Rinai tau," loh del udah pernah dengar Rinai nyanyi ya?

"Emang merdu?"

Rinai panjang umur, dan muncul di belakang Rafi dengan wajah masamnya. "Merdulah!" teriak Rinai dengan suara cemprengnya. Galak amat mbak.

☁☁☁