webnovel

Antara Cinta Dan Dendam

Dendam seorang Erick Brianna wisongko terhadap keluarga Bramantyo, dia lampiaskan terhadap seorang gadis keturunan keluarga Bramantyo. Zahra Adelia Putri gadis cantik keturunan satu satunya yang tersisa. dengan berpura pura mencintainya. Erick memulai aksi balas dendam nya. siapa sangka dalam aksi balas dendamnya Erick menaruh hati terhadap Zahra. mampukah Erick melanjutkan balas dendam atau mempertahankan cintanya ?? ikuti terus kisahnya

rafli123 · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
337 Chs

7 Nenek masuk rumah sakit

" Zahra katakan apa yang aku dengar ini tidak salah. bagaimana Tuan Brian yang membuat fitnahan seperti ini, lalu dia ingin menikah denganmu apa ini tidak ada sesuatu yang aneh zahra ?" tanya Vania.

"Aku juga berfikir seperti itu Van, tapi aku tidak tau apa." kata Zahra.

" Zahra pasti ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Brian tapi apa, kenapa kamu tidak bertanya pada Nenekmu, siapa tau Nenekmu mengetahui sesuatu." tanya Vania yakin jika nenek Zahra mengetahui sesuatu tentang Brian ataupun Zahra.

" Itu tidak mungkin Van..." ucapan Zahra terhenti saat. dering ponsel milik Zahra. berbunyi. tertera nomer asing, Zahra mengerutkan dahi siapa gerangan yang menelponnya.

" Hallo dengan nona Zahra?" terdengar suara dari seberang sana.

" Iya betul Zahra disini?" kata Zahra dengan dahi berkerut.

" Begini nona Zahra, Nenekmu dirumah sakit tetangga yang mengantarkannya kesini, cepatlah kesini nona Zahra."Mendengar Nenek dirumah sakit, tanpa sadar ponsel yang di tangan Zahra terjatuh air mata Zahra mengalir tanpa henti.

Vania yang melihat ponsel Zahra terjatuh segera mengambilnya.

" Hallo..saya Vania temannya Zahra, kalau boleh tau ini siapa dan kenapa Zahra menangis?" kata Vania.

" Saya dokter Hani yang menangani Nenek Zahra, beliu berada di IGD cepatlah kemari agar saya bisa menanganinya lebih lanjut." terang Dr Hani.

" Baik kami akan kesana sekarang juga " setelah mematikan sambungan telpon Vania menginjak pedal gas dengan kecepatan penuh menuju rumah sakit, untungnya rumah sakit dengan posisi Zahra saat ini tidak terlalu jauh.

Mereka sampai di parkiran rumah sakit, Zahra keluar dari mobil meninggalkan Vania yang memarkirkan mobilnya.

Zahra masuk kerumah sakit dan bertanya pada salah satu perawat untuk menanyakan ruang IGD.

" Suster ruang IGD sebelah mana ya?" tanya Zahra.

" Mbak lurus aja dari sini nanti, belok kanan ruang IGD disitu "

" Terima kasih suster." Zahra berlari tanpa memperdulikan orang yang menatapnya heran, yang ada dalam pikiran Zahra saat ini adalah Neneknya yang berada IGD. sesampainya di depan ruang IGD Zahra bertemu dengan Dokter Hani.

" Dok bagaimana keadaan Nenek saya?" tanya Zahra pada dokter setelah mereka berada di depan ruang IGD.

" Zahra melihat kondisi Nenekmu saat ini, lebih baik Nenekmu segera operasi." mendengar kata operasi membuat tubuh Zahra terkulai lemas, beruntung Vania datang tepat waktu sehingga tubuh Zahra tak sampai terjatuh.

" Dok lakukan apapun demi kesembuhan Nenek saya." kata Zahra dengan tubuh bergetar air matanya tidak mampu lagi ia tahan.

" Zahra ikutlah keruanganku ada yang ingin aku katakan mengenai kondisi Nenekmu." Kata dokter Hani dan Zahra mengikuti Dokter Hani dari belakang, Vania mendampingi Zahra. dirinya tidak ingin sesuatu terjadi dengan sahabatnya. dia tau jika sahabatnya membutuhkannya. sesampainya di ruang Dr, Zahra di persilahkan duduk.

" Zahra duduklah.." Kata dokter, Hani.

" Terima kasih Dok, apa yang ingin Dokter katakan mengenai kondisi Nenek saya."

" Begini Zahra, mengingat Nenekmu yang sudah tua dan kondisinya saat ini, untuk melakukan operasi memang di haruskan tetapi..." Ucapan dokter Hani terhenti, dan menatap wajah Zahra yang terlihat syok.

" Tetapi apa Dok..?" kata Zahra semakin kebingungan.

" Begini Zahra sekalipun Nenekmu melakukan oprasi namun hanya empat puluh persen untuk tingkat keberhasilannya. maaf Zahra terpaksa saya katakan seperti ini agar kamu mempersiapkan mental mu jika mendengar kondisi Nenekmu nanti..." ucapan dokter Hani terhenti dan Menatap wajah

" Dok...apa tidak ada cara lain lagi ?" Tanya Zahra.

" Tidak ada Zahra ini jalan satu-satunya." seorang perawat datang memberikan kabar jika kondisi Nenek Zahra semakin kritis.

" Dok.. pasien yang berada di IGD semakin kritis." Kata Perawat yang datang keruang dokter Hani.

" Zahra kami akan melakukan operasi Nenekmu sekarang sudah tidak ada waktu lagi Zahra." Dokter Hani berlari keluar dari ruangan, menuju ruang IGD.

seorang perawat yang memangil Dokter Hani mendekati Zahra.

" Nona Zahra... maaf sesuai prosedur jika pasien akan melakukan operasi. keluarga pasien harus menyelesaikan administrasi terlebih dahulu. mengingat kondisi Nenekmu sebaiknya selesaikan administrasi secepatnya." terang perawat pada Zahra. tubuh Zahra, terhuyung kebelakang dirinya tidak tahu apa yang akan ia lakukan.

" Baik suster saya akan lunasi administrasi sekarang juga, tolong lakukan yang terbaik untuk Nenek saya." kata Zahra, dengan Suara lirih.

" Kami akan berusaha..." setelah mengatakannya pada Zahra perawat memasuki ruang IGD, Zahra menatap Vania.

" Zahra aku temani ya ke depan." Zahra hanya menganggukkan kepala. mereka bergegas menuju bagian administrasi. sesampainya di sana tanpa basa-basi Zahra menanyakan biaya operasi Nenek. petugas menjelaskan semua dengan terperinci mengenai semua biaya termasuk operasi dan rawat inap, total semua lima ratus juta.

Mendengar nominal lima ratus juta membuat Zahra berfikir keras bagaimana caranya untuk mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu secepat ini, bahkan tabungannya tidak mencampai seratus juta.

Vania yang mengerti kondisi Zahra saat ini, ikut memikirkannya mengingat tabungannya hanya lima puluh juta, bagaimana caranya membantu Zahra.

" Zahra pakailah tabunganku, tidak banyak sih tapi setidaknya kita bisa memberikannya dulu pada petugas administrasi. agar Nenekmu segera di operasi." kata Vania.

" Kamu benar Vania, terima kasih kamu selalu ada untukku "Zahra menyerahkan uangnya dan juga uang milik Vania terkumpul seratus juta sisanya dia akan memikirkannya lagi yang terpenting saat ini Neneknya mendapatkan pertolongan.

Dalam kegundahan hati Zahra tiba-tiba mengingat apa yang di katakan oleh Brian, jika Zahra menerima tawarannya menikah dengannya di pastikan semua masalah yang menimpa Zahra terselesaikan. Zahra menepis pikiran itu, ' Mario apa aku harus menghubunginya dan meminjam uang padanya, tidak aku tidak mau, sudah terlalu banyak aku menyusahakannya '

Zahra terus memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa mendapatkan uang empat ratus juta dalam hitungan jam ini. hingga akhirnya Zahra mengambil keputusan.

" Vania..aku pergi dulu tolong kamu tetap disini jika ada sesuatu pada nenekku kamu hubungi aku." Tanpa menunggu jawaban dari Vania Zahra berlari keluar.

" Zahra kamu mau kemana. tunggu Zahra..." Zahra terus berlari mengabaikan panggilan Vania.

"Zahra semoga kamu tidak menemuinya." Kata Vania. dirinya tidak ingin jika Zahra menemui Brian.

dalam perjalanan Zahra ingat apa yang diucapkan dokter padanya mengenai kondisi nenek dan biaya yang harus dikumpulkan saat ini juga. ' Tuhan haruskah aku menemuinya meminta padanya untuk menolong nenekku dan yang menerima tawarannya untuk menjadi istri seorang Brian.' kata Zahra dalam hati. sesaat kemudian taksi yang dinaiki oleh Zahra telah berhenti di depan bangunan mewah milik Brian Zahra keluar dari taksi dan memanggil penjaga yang berjaga di kediaman Brian.

"Pak, tolong buka pintu gerbangnya saya ingin bertemu dengan Tuan Brian?" kata Zahra.

"Eh! neng Zahra ada apa neng?" jawab penjaga lalu membuka pintu gerbang untuk Zahra.

"terima kasih pak." ucap Zahra lalu melangkah. menuju kediaman dengan langkah ragu dirinya. mendekati rumah Brian.