webnovel

|4|Not Me

Siang yang indah ini rusak begitu saja. Vellice sedang menatap kerumunan siswa yang berlalu lalang di bawah sana melalui koridor kelas lantai dua.

Tiba-tiba saja ada pot bunga meluncur dari lantai atas dihadapannya. Ia langsung menoleh ke bawah. Pada saat itu pula ia melihat Anna yang berada dalam pelukan Arlan.

Arlan langsung menoleh ke atas. Saat itu pula Arlan menatap tajam ke arah Vellice.

Vellice sedikit terkejut dengan tatapan Arlan. Namun, ia langsung menatap tajam ke arah laki-laki itu. Vellice yang muak akan semua drama ini langsung memasuki kelas sambil menggerutu.

"Vel!" Bruk!

"Astaga..." ucap Vellice malas. Ketiga temannya datang berteriak mengejutkannya dilanjutkan tubrukan mereka.

"Lo habis ngerjain adek lo kok ga ngajak ngajak si!" seru Lara tak terima.

"Iya nih! Nyebelin! Kalo mau seru-seruan harus bareng dong!" seru Angel.

"Ck! Dapet berita darimana coba" sahut Vellice.

"Lo tahu sendiri dinding sama lantai di sekolah kan bisa nge gosip " sahut Lara.

Vellice memutar bola matanya malas. Ia segera berdiri, begitu tersadar mereka masih lesehan di lantai.

Begitu berdiri ia kembali berjengit terkejut ketika ada yang mencengkram tangannya erat dan langsung menyentaknya hingga membuat ia balik badan.

Baru saja ia mencoba menyeimbangkan badannya. Sebuah tangan mengenai pipinya sangat keras. Cukup membuatnya tersungkur di lantai.

"Lo gila! Lo mau ngebunuh adek lo! Psycho tahu nggak lo! Itu pot anjing! Cukup buat adek lo mati di tempat! Bego!" teriak Arlan menggebu gebu. Bahkan tidak ada yang berani bernafas di ruangan itu.

"Bagus!" sahut Vellice memecah keheningan.

"A-pa" sahut Arlan tanpa mengeluarkan suara. Ia bahkan terkejut dengan jawaban Vellice.

"Bagus kalo dia mati" sahut Vellice tajam sambil bangkit dari lantai.

"Lo -" Arlan bahkan tidak dapat berkata-kata lagi. Ia cukup tercengang. Tangannya reflek mencengkram dagu Vellice. Mengapit kedua pipi Vellice dengan satu tangannya. Cengkraman itu menguat seiring dengan amarahnya yang meluap.

"Kak! Lepasin!" seru Anna yang tiba-tiba datang memeluk Arlan dari belakang. Vellice muak dengan hal ini.

Arlan melemparkan tatapan membunuh ke arah Vellice. Bukan Vellice jika tidak membalas tatapan itu. Vellice menatapnya tajam.

"Lemah" ucap Vellice tanpa suara, ia hanya menggerakkan mulutnya saja.

Arlan melepaskan cengkramannnya. "Ke ruang BK sekarang!" seru Arlan.

***

"Saya bakal ngajuin ke muka hukum" ucap Arlan.

"Terserah" sahut Vellice sebal.

"Arlan, kamu jangan seperti itu ya? Kita beri hukuman saja untuk Vellice" ucap Bu Yulia.

"Hukuman!? Apa? Skors? Bukan hukuman itu! Dia malah seneng! Hormat di lapangan? Dia udah kebal! Bersihin kamar mandi? Yang ada dia nyuruh orang lain!" seru Arlan.

"Perpustakaan kita bukannya selalu berantakan? Ruang osis bukannya kayak kandang sapi? Gudang olahraga sudah lama belom di bersihin" ucap Bu Yulia sambil tersenyum.

Arlan pun kini seketika merasa senang. "Kalau begitu hukumannya menuruti semua yang saya mau" ucap Arlan.

"Baiklah, terserah kamu" sahut Bu Zulia.

"Tunggu tunggu! Ga! Enak aja! Lo suka nyuruh yang aneh-aneh! Mending jalur hukum aja lah!" seru Vellice.

"Vellice! Berani kamu membantah? Kamu pikir bakal ada yang membela kamu kalau kamu masuk penjara? Siapa yang mau ngeluarin kamu! Tidak ada! Tidak akan pernah ada" sahut Bu Yulia.

"Ck!" Vellice berdecak dan segera lari keluar sambil membanting pintu.

"Vellice!" seru Bu Yulia.

"Mereka pikir mereka ini apa? Cih! Cuma tokoh fiktif aja songongnya minta ampun" gerutu Vellice.

"Akh!" pekiknya terkejut.

Arlan datang langsung menyentak Vellice hingga menatap dinding di sisinya. Arlan mengurung Vellice dengan kedua tangannya.

Matanya menatap nyalang ke arah Vellice. Ia masih saja tidak terima. Bagaimana bisa orang yang hampir membunuh orang lain sesantai ini?

"Kenapa? Mau nampar gue lagi? Mau nyiram gue lagi!?" pekik Vellice.

Bukk!

Arlan memukul dinding tepat di samping kepala Vellice.

"Lo se emosi itu gara-gara gue nyakitin si cupu? Cih! Kalo suka nikah sana!" serunya santai, dengan nada lebih seperti mengejek.

"Lo!" Arlan mencengkram dagu Vellice. Ia lagi lagi emosi.

"Mulai besok! Sapu sama pel semua lantai di sekolah!" seru Arlan. Ia langsung segera pergi dari sana.

***

Seperti yang dikatakan Arlan kemarin. Hari ini Vellice berangkat pagi pagi sekali hanya untuk membersihkan sekolah.

Sebenarnya ia juga sudah berniat menghindari tanggung jawabnya. Namun, bagaimana itu bisa terjadi jika pukul 5 pagi tiba-tiba sudah ada Arlan yang berdiri di dalam kamarnya.

Juga dengan seenak hatinya ia membangunkan Vellice dengan menarik selimutnya kasar. Tidak tahukah Arlan jika pagi itu ia sedang sangat kedinginan.

Vellice yang tersentak terkejut langsung membuka matanya.

"Arlan!" pekik Vellice lebih terkejut. Ia langsung duduk dari tidurnya dengan cepat. Hal itulah yang membuat kepalanya merasa pening seketika.

"Mandi" ucap Arlan.

"Apaan sih?" gerutu Vellice. Ia bahkan kembali berbaring lagi dan memeluk gulingnya.

Arlan langsung merebut guling itu, membuat Vellice lagi-lagi membuka matanya. Sebentar, karena ia kembali memejamkan matanya. Walaupun guling dan selimutnya sudah tergeletak di lantai. Ia tetap kembali terpejam. Matanya benar-benar lengket. Suasana pagi yang dingin seperti ini sangat menyenangkan untuk tidur panjang.

"Akh!" Vellice tiba-tiba memekik terkejut lagi. Arlan dengan seenaknya langsung menggendong Vellice.

"Berisik!" ucap Arlan. Ia langsung melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi.

Di dudukkannya Vellice di atas kloset tertutup. Saat ia ingin pergi bajunya tertahan karena di genggam erat oleh Vellice.

Sekarang bahkan Vellice menyenderkan kepalanya di perut Arlan yang sedang berdiri di hadapannya.

"Lo harus bersih-bersih sekolah! Mandi sana!" seru Arlan lagi. Masih berusaha membangunkan Vellice.

"Hmm ngantukk" gumam Vellice pelan. Ia masih saja memeluk Arlan.

"Perlu gue mandiin!?" gertak Arlan.

"Hmm?? Terserahh" gumam Vellice pelan. Tidak, saat ini Vellice dalam keadaan tidak sadar.

Arlan lagi-lagi dibuat terkejut dengan tingkah gadis dihadapannya ini.

Seketika Vellice membuka matanya lebar dan langsung berdiri hingga menubruk Arlan di hadapannya.

"Lo gila! Dingin banget!" teriak Vellice. Bagaimana tidak marah, ia di guyur air oleh Arlan.

"Lo yang gila! Mandi sana!" seru Arlan ia langsung menutup pintu kamar mandi dengan keras.

"Tunggu-tunggu, tadi Arlan bukan sih?" gumam Vellice.

***

Begitu keluar dari kamar Vellice, Arlan langsung turun kebawah. Ia mendapati Anna yang sedang berkutat di dapur.

"Sepagi ini kamu udah masak? Kenapa ga beli aja?" ucap Arlan tiba-tiba mengejutkan Anna.

"Astagfirullah!" seru Anna terkejut.

"Mm maaf udah kebiasaan kak" ucap Anna sambil menunduk.

"Kamu kenapa sih? Dikit dikit maaf. Maaf. Kemarin aja waktu kakak kamu bikin kamu hampir sekarat. Kamu tetep minta maaf. Yang salah itu dia! Bukan kamu! Kamu selalu aja lemah kayak gini. Bikin aku gabisa ninggalin kamu sendiri" ucap Arlan.

"Maaf kak" ucap Anna.

"Apa!? Maaf lagi!?" seru Arlan.

"Ma-maaf" ucap Anna sambil menunduk semakin dalam. Kedua tangannya ia kaitkan. Ia benar-benar takut dan gugup saat ini.

***

Di jam sepagi ini, sekolah masih sangat sepi. Namun sudah ada beberapa siswa yang datang. Padahal jam masih menunjukkan jam 6 pagi.

"Sana! Tunggu apa lagi?" ucap Arlan. Laki-laki itu duduk di kursi depan kelas sambil membuka bukunya. Ia mulai membaca dengan nyaman. Sesekali melirik Vellice yang sedang menyapu.

"Hhhh menyebalkan!" umpat Vellice. Bahkan di dunia nyata sekalipun ia tidak pernah membersihkan kamarnya. Ini apa!? Membersihkan sekolah!? Seriously!?

"Minggir!" seru Vellice kala kaki Arlan menghalangi tempat yang akan ia pel.

Arlan menaikkan sebelah alisnya dan mengangkat kakinya.

Vellice selesai membersihkan koridor itu tepat pukul setengah tujuh pagi. Para muridpun mulai berdatangan.

Setelah mengembalikan sapu dan pel. Vellice tidak lagi melihat Arlan duduk di kursi depan kelas.

"Ck!"

"Oi! Tumben ga telat lo? Oh iya kemaren gimana? Dihukum apaan lo?" tanya Lara.

"Lo pikir gue dateng pagi pagi ngapain? Gara gara dihukum lah!" seru Vellice kesal.

"Wah beneran!? Biasanya juga kabur lo" sahut Angel.

"Gimana mau kabur coba. Jam 5 subuh dia udah bangunin gue di kamar gue! Seniat itu ngehukum gue!" seru Vellice kali ini ia sambil menghentakkan kakinya sebal.

"Apa!? Dia!? Arlan!" seru Alfa.

"Lo- lo ga ngelakuin hal memalukan kan!? Lo ga tiba-tiba berubah jadi cupu kan!? Lo kan suk-" ucapan Shelly langsung terhenti ketika Vellice membekap mulutnya.

"Lo gila" desis Vellice sambil melotot.

"Oiya tas lo mana Vel? Udah lo taruh kelas?" tanya Angel.

"Oiya" ucap Vellice menepuk jidatnya. Ia menoleh ke arah belakang. Melihat kursi yang tadi di duduki Arlan. Tadi ia menaruh tas nya disitu. Tapi, lihatlah sekarang tas itu sudah menghilang.

"Gatahu lah bodoamat ilang" gumam Vellice sambil mengendikan bahu.

"Btw Vel, lo tahu besok Sabtu katanya bakal ada renang?" ucap Angel.

"Ha? Renang? Buat apaan?" sahut Vellice.

"Penilaian lah dodol! Kita bakalan bareng sama kelas lain. Bakal ada adik kelas juga. Kalo ga salah jumlahnya 5 kelas ntar" sahut Lara.

"Banyak banget ya" sahut Shelly.

"Iyalah, sekolah kita nyewa satu gedung kolam renang. Disana kan ada 3 kolam" sahut Alfa.

"Mana gue ga bisa renang lagi. Vellice mah enak. Dia juara olimpiade renang tahun lalu. Ck! Kalo gue?" gumam Alfa.

Vellice langsung menepuk jidatnya mendengar itu. Ia lupa kalau tokoh Vellice pernah juara renang. Sedangkan dirinya? Ngambang di kolam renang aja ga bisa!

"Lo sih Vel! Gue minta ajarin. Gamau mulu" sahut Alfa.

"Itu sih lo nya yang dodol! Tinggal ngambang doang sulit!" seru Shelly.

"Kalian yang bego" sahut Vellice ia segera duduk ke bangkunya.