webnovel

|19| Ingat! 'Milikku'!

Pagi ini, Vellice bangun lebih pagi dari biasanya. Ia bahkan sudah siap dengan seragam lengkapnya di ruang tamu, ketika Anna belum keluar kamar. Alasannya? Tentu saja karena gadis itu ingin nebeng ke perempuan yang disebut orang lain sebagai adiknya itu.

“Kakak?” tanya Anna terkejut mendapati kakaknya sedang menonton tv di ruang tamu.

Vellice tak menjawab sapaan itu. Vellice langsung berdiri mengikuti Anna ketika perempuan itu keluar dari rumah mereka. Tapi, mulutnya langsung mencebik kesal ketika melihat Arlan dengan mobilnya yang sudah terpakir di halaman rumah mereka. Vellice melipat tangannya kesal menatap mereka. Tangannya ia lipat di depan dada. Pupus sudah harapannya untuk menebeng adiknya.

“Kak Arlan?” tanya Anna begitu Arlan keluar dari mobil. Arlan mengabaikan sapaan itu.

Laki-laki itu membuka pintu mobil bagian depan samping kemudi.

“Masuk Lice” ucap Arlan. Matanya menatap ke arah Vellice yang sedang menaikkan sebelah alisnya karena bingung.

“Lo nggak mau jemput Anna?” tanya Vellice langsung.

“Nggak, aku jemput kamu” ucap Arlan penuh penekanan. Sebenarnya, ia terus menerus menelfon perempuan itu. Namun, tidak ada jawaban. Bahkan chatnya tidak dibaca. Kemarin minggu, ia sengaja seharian berada di rumah ini untuk menunggu Vellice. Tapi, sampai malam ia tunggu perempuan itu tidak memunculkan batang hidungnya. Ia juga jadi semakin kesal ketika Anna terus-terusan mengajaknya berbicara.

Vellice mengendikkan bahu acuh, perempuan itu tanpa peduli dengan perasaan atau tatapan Anna langsung memasuki mobil. Begitu Vellice masuk pintu mobil ditutup oleh Arlan.

“Lo berangkat sendiri bisakan?” tanya Arlan basa-basi ke arah Anna.

“Iya kak” ucap Anna sambil tersenyum manis. Perempuan itu menunggu hingga Arlan mengeluarkan mobilnya dari perkarangan rumah.

“Jahat banget” gumam Vellice.

“Kenapa memangnya?” tanya Arlan.

“Ya masa, lo nggak ngajak Anna sekalian” sahut Vellice.

“Lebih jahat mana sama kamu? Seharian kemarin aku tunggu di rumah nggak pulang puang. Di chat, di telfon ga bisa semua” ucap Arlan.

“Emang ada kewajiban ngeladenin lo?” tanya Vellice. Perempuan itu menatap ke arah jalanan.

“Mulai sekarang ada” sahut Arlan.

“Kenapa?” tanya Vellice dengan kening berkerut.

“Karena mulai saat ini kamu milikku” ucap Arlan sambil tersenyum puas setelah berhasil mengatakan itu.

Sedangkan Vellice menatap Laki-laki itu remeh. Ia sudah tahu bagaimana ending cerita ini. Ia juga tahu bagaimana sikap Arlan pada Anna selama ia tidak bersama mereka. Tentu saja semua adegan dalam novel tetap terjadi.

Ingatannya kembali pada saat di UKS. Ketika kejadian itu terjadi, ia sudah bertekad tidak akan berusaha mengubah alur cerita mereka. Iya, mereka. Bukan dirinya. Karena ia tetap tidak ingin mati. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi dengannya jika ia mati di dunia ini.

Para pemain akan sadar ketika bersama dirinya, ketika tidak sedang dalam adegan dalam novel. Mereka akan mengingat semua tentangnya. Termasuk Arlan. Tapi, mereka akan tetap melupakan hal yang bertentangan dengan isi novel jika sedang tidak mengingat Vellice.

Seperti, ketika yang seharusnya Atta menggendong Anna ketika pingsan. Video yang tersebar tetap ketika Arlan yang menggendong Anna. Pada malamnya, Arlan bercerita ke Vellice kalaudirinya mungkin saja gila. Karena memiliki dua ingatan. Yaitu, saat ia menggendong Anna. Juga saat Atta yang menggendong Anna.

Satu fakta lagi yang tidak boleh terlewat. Ketika mereka memutuskan menelfon Atta, Laki-laki itu bahkan tidak ingat kalau mereka pernah dekat dengan Vellice. Laki-laki itu dapat mengingatnya hanya setelah melihat bagaimana wajah Vellice. Ya, dengan cepat Atta stalk instagram Vellice. Saat itu pula ia mengingat apa saja yang mereka lakukan bersama Vellice.

Jadi, tidak ada salahnya kan ia mengabaikan Arlan. Perempuan itu hanya terkekeh menjawab pernyataan Arlan.

“Kenapa ketawa? Aku serius” sahut Arlan.

“Hmm, paling juga nanti lupa” sahut Vellice santai. Mendengar jawaban itu Arlan langsung menceritakan kejadan kemarin.

“Kemarin minggu, paginya. Aku ke rumah kamu. Awalnya niat mau ngajak Anna maen” ucap Arlan jujur.

Vellice hanya mengangguk saja.

“Tapi, pas liat instagram search paling atas nama kamu. Ku buka deh. Terus baru inget kalo semalem aku stalk kamu” ucap Arlan.

“Terus?” tanya Vellice.

“Ya, maka dari itu! Aku nggak mau lupa sama kamu lagi! Pokoknya mulai sekarang ga boleh jauh-jauh dariku” sahut Arlan tegas.

“Ga bakal berhasil” ucap Vellice sambil tertawa lebar.

“Kenapa?” tanya Arlan.

“Kita udah nyoba”ucap Vellice sambil tertawa, seolah itu bukan masalah baginya.

“Kapan? Di mana? Kenapa aku nggak inget?” tanya Arlan cepat.

“Udah deh, gausah aneh-aneh. Lo sama hidup lo. Dan gue sama hidup gue. Selesaikan?” tanya Vellice.

Arlan megerem mobilnya mendadak. Ia kesal dengan kalimat yang dilontarkan oleh Vellice.

“Nggak ya! Kamu nggga tahu gimana posisiku! Kamu tahu?Aku udah ke rumah sakit. Apa yang merka bilang? Halusinasi Vellice!” seru Arlan kesal. Setelah mengucapkan kalimat itu Arlan memukul stir mobil dan mengacak rambutnya frustasi. Mengapa ia selalu lupa tentang perempuan disampingnya ini?

Melihat hal itu Vellice tersenyum tulus. Kenapa? Ia sedikit terharu kalau Laki-laki itu sampai mendatangi rumah sakit. Padahal, semua ini tidak semudah penyakit jiwa. Ini jauh lebih dari itu. Kalau ia menceritakan kebenarannya, ia hanya tidak mau berakhir di rumah sakit jiwa.

Vellice menarik tangan Arlan yang dia gunakan untuk mengacak rambut. Vellice menggenggam tangan itu. Menautkannya di sela-sela jari tangannya yang kecil. Arlan balas menggenggam erat tangan itu.

Vellice menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.

“Jalan, aku ga mau dihukum” ucap Vellice.

Hanya dengan hal kecil itu, hati Arlan menghangat. Laki-laki itu selalu mengalami banyak hal berbeda jika berada di dekat Vellice. Maka dari itu, ia akan berjuang agar tidak pernah melupakan kenangan mereka. Ia hanya ingin berada di sisi Vellice. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, satu yang pasti ia akan membuat banyak petunjuk di semua tempat mengenai Vellice. Agar dirinya tidak akan lupa dengan perempuan itu.

Ini adalah pagi terbaik bagi Arlan, yah setidaknya sebelum ia melihat Lucas yang berdiri di ambang gerbang sekolah bersama teman temannya yang lain.

Begitu turun dari mobil. Arlan kembali menggenggam tangan Vellice, seolah tak mau melepaskannya lagi.

“Lo mau terus gandengan?” tanya Vellice.

“Kan aku udah bilang, kamu milikku sekarang” sahut Arlan.

Vellice mendengus mendengar jawaban itu. Walau tak dapat dipungkiri hidungnya memerah. Ya, ia selalu seperti itu saat merona. Dirinya yang ada di dunia nyata ataupun dirinya ketika menjadi tokoh Vellice. Apa karena ada beberapa kemiripan antara dirinya dan tokoh Vellice maka ia bisa tiba-tiba masuk ke dunia ini?

Dengan tangan masih saling bertautan, Arlan dan Vellice datang menuju Lucas. Laki-laki itu sudah terlihat begitu memasuki gerbang sekolah.

Lucas menaikkan sebelah alisnya. Matanya terang-terangan menatap tautan tangan mereka.

“Dia cowok lo?” tanya Lucas. Tangannya dengan kurang ajar menunjuk muka Arlan.

“Iya” ucap Arlan tegas.

“Hahaha, adek sama kakak lo embat semua? Lo lupa? Kemaren- kemaren siapa yang masih sering jalan sambil pelukan sama cewek cupu itu?” ucap Lucas sinis.

Vellice menghela nafas keras, hingga membuat mereka mengalihkan perhatiannya pada Vellice. Perempuan itu menyugar rambutnya dengan tangan kiri. Lalu, berbicara dengan tegas.

“Gue Cuma pengin pulang. Bisa gila gue lama-lama kalo tinggal disini” perempuan itu bahkan tidak peduli bagaimana tanggapan Lucas dan Arlan yang mendengarnya.

“Maksud kamu?”

“Maksud Lo?”

Tanya Arlan dan Lucas secara bersamaan.

Vellice melepaskan tautan tangannya dengan Arlan.

“Jadi, lebih baik kalian ga usah ribet ngurusin gue. Toh, gue juga bakal pergi” ucap Vellice acuh. Perempuan itu langsung melenggang pergi menuju arah kelasnya.

Arlan langsung mengejarnya. Bukan cuma Arlan, bahkan Lucas ikut memasuki sekolahnya.

“Jelasin dulu!” seru Arlan. Tngan Laki-laki itu langsung menggenggam lengan Vellice erat.

“Gue lagi males jelasin” ucap Vellice acuh. Perempuan itu langsung berteriak memanggil teman temannya yang lewat.

“Girls!!!” serunya. Lara, Angel, Alfa dan Shelly langsung menghampiri Vellice. Mereka sudah tidak membawa tas nya, itu berarti mereka sudah sampai kelas.

“Baru aja kita mau nungguin lo di lobby” ucap Lara.

“Dia siapa?” tanya Alfa menunjuk Lucas.

“Tukang service” ucap Vellice acuh.

“Enak aja tukang service! Oh iya, ini handphone lo” ucap Lucas memberikan handphone Vellice yang sudah benar. Tadi, Laki-laki itu kesini memang karena ingin memberikan handphone perempuan itu.

“Handphone kamu rusak?” tanya Arlan langsung.

Vellice mengangguk.

“Makanya! Dihubungin sulit banget!” seru Shelly langsung.

Vellice hanya meringis menatap teman-temannya.

“Lo masih utang penjelasan sama gue” ucap Lucas, tangannya bergerak akan mengacak rambut Vellice. Namun, Arlan menepis tangan Laki-laki itu. Matanya menatap tajam ke arah Lucas.

“Oh, asal lo tahu. Kejadian seminggu yang lalu, di warung belakang sekolah – Aww!” ucapan Lucas terputus karena cubitan dari Vellice.

“Cewek, yang gue peluk itu Vellice” ucap Lucas sambil tersenyum penuh kemenangan. Ia langsung berlari menjauhi mereka sebelum menjadi korban kekerasan Vellice.

Tangan Arlan yang menggenggam lengan Vellice, mengerat. Laki-laki itu beralih menatap Vellice lekat.

“Apaan nih? Sejak kapan lo sedeket ini sama dia?” tanya Angel, tangannya menunjuk ke arah genggaman tangan Arlan.

Belum sempat Arlan menanyakan sesuatu. Laki-laki itu sudah di panggil oleh guru pembina OSIS.

“Pulang sekolah sama aku” ucap Arlan, tangan Laki-laki itu mengelus pipi Vellice lembut sebentar. Setelah itu, ia berlari menuju pembina OSIS yang menunggunya di pinggir lapangan.

Sedangkan Vellice, perempuan itu sedikit terkejut dengan perlakuan Arlan tadi. Sial, hatinya menghangat. Batin perempuan itu.

“Vel, gue ga salah liat kan?” gumam Alfa.

“Lo... sama Arlan?” tanya Angel. Mereka kini menatap Vellice yang sedang terkena efek terkejut.

Vellice tanpa menjawab mereka langsung berlari menuju kelasnya.

“Vel! Jawab dulu!” seru Lara.

“Gue penasaran!” seru Shelly.

Sedangkan Vellice hanya bungkam saja. Mereka saja terkejut, apalagi dirinya.

“Tidak- tidak” gumam Vellice sambil memukul kedua pipinya.

“Jangan dipukul” ucap seseorang bersamaan ada dua tangan yang menggenggam tangannya. Menahan dirinya agar tidak memukul pipinya lagi.

“A-“ belum sempat Vellice mengatakan sesuatu, seorang guru sudah meneriaki mereka.

“Arlan!! Ke arah sini!” seru pembina OSIS kesal. Laki-laki paruh baya itu menatap kesal ke arah Vellice, karena dirasa perempuan itu mengganggu konsentrasi Arlan.

“Jangan dipukul-pukul lagi. Ntar merah” ucap Arlan. Kedua telapak tangan besarnya menangkup kedua pipi Vellice.

Setelah mengacak rambut perempuan itu sebentar, Arlan langsung berlalu pergi.

“Fiks ini, kalian udah pacaran” ucap Lara menyimpulkan. Yang lain mengangguk menyetujui perkataan itu.

“Pacaran dari mana coba” desis Vellice. Perempuan itu berjalan cepat menuju kelasnya.

***