webnovel

Annethaxia Luo Putri Negeri Salju

Follow Instagram @sere_nity_lee untuk info novel terbaru Serenity Lee Juara 1 WPC 42 Indonesia #82 Male Lead Dimensi Lain NOVEL FANTASI-ROMAN Bukan cerita tentang Snow White, Cinderella, atau Beauty and The Beast. Ini cerita yang beda dengan yang pernah ada. Meski judulnya memakai nama pemeran wanita, tapi ceritanya lebih banyak dari sudut pandang pemeran pria. * Jacob Mandel, salah seorang pemilik dan sekaligus pewaris peternakan dan perkebunan Mandel Hills, di sebuah desa terpencil bernama Karaskas di belahan bumi yang memiliki empat musim. Kehidupannya sehari-hari begitu monoton. Mengurus peternakan dan perkebunan, juga merawat ibunya yang telah lanjut usia. Yang selalu menagih janji dua putranya untuk memberinya cucu. Semua berubah, ketika Jacob bermimpi bertemu Annethaxia Luo, dan memintanya untuk menolong putri bungsu Kerajaan Negeri Salju, ketika ia terjaga. Kerajaan yang berada di dimensi yang berbeda dengan bumi tempat Jacob tinggal. Jacob kemudian bertemu seorang gadis yang hilang ingatan di ladangnya. Bagaimanakah kisah ini selanjutnya? Kisah dua dunia, beda dimensi ruang dan waktu. Meniti dua kisah percintaan yang berbeda. Temukan jawabannya dengan mentap love novel ini. Agar bisa selalu update dengan bab baru. MAMPIR JUGA KE CERITAKU YANG LAIN YA KAK: 1. Mendadak Menikah 2. ALISHA (PRETENDING) 3. Zarina the Abandoned CEO 4. Terpotek Cinta CEO Botak tapi Ganteng 5. Elegi Cinta Asha 6. Saat Kita Muda 7. Angela the Alpha's Mate TERIMA KASIH

Serenity_Lee · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
10 Chs

009 Bertemu Jen

"Bagus, kalau kau mengerti. Kita lanjutkan perjalanan kita menuju Chamber 'Aaqat–ruang tersembunyi."

Salman dan Annethaxia Luo berjalan dengan langkah lebar. Annethaxia terlihat memimpin di depan. Menyusuri lorong demi lorong yang sangat panjang, berkelok, seolah tidak berujung.

Lorong yang jika dilihat dari atas, lorong-lorong tersebut tidak ubahnya adalah sebuah almataha—labirin yang besar, yaitu sebuah sistem jalur yang rumit, berliku-liku, banyak percabangan yang mengecohkan, serta memiliki banyak jalan buntu. Dan, jebakan yang mematikan.

Jika ada seseorang yang tersesat dalam almataha dan memilih jalur dengan jebakan, niscaya ia tidak akan keluar hidup-hidup.

Di almataha ini, seseorang yang memiliki level tertinggi sekali pun, dan bisa berteleportasi—kemampuan pengalihan materi dari satu titik ke titik lain tanpa melewati jarak antara kedua titik—niscaya tidak akan bisa menggunakan kemampuannya. Kekuatan yang satu itu telah dilemahkan.

Beberapa menit berlalu, Annethaxia dan Salman akhirnya tiba di ujung percabangan lorong. Tersisa dua lorong di depan yang harus mereka pilih.

Mereka berdua terdiam.

Dua lorong itu, memiliki dua peluang antara hidup dan mati. Salah satunya adalah lorong menuju Chamber 'Aaqat, sedangkan lorong yang lain, adalah lorong menuju kematian.

Belum pernah ada dalam sejarah Negeri Salju, orang yang salah pilih jalur, akan keluar dengan selamat.

Salman, sebagai pengawal kepercayaan Raja, diberi pengetahuan, di lorong mana, letak Chamber 'Aaqat dengan tepat. Hanya saja, karena ia bukan keturunan Raja, maka Salman tidak bisa melihat di mana letak pintu masuk ruang rahasia itu.

Bahkan jika Salman bisa menebaknya dengan jitu, tidak akan bisa memasukinya.

Pintu khusus itu telah dilindungi oleh perisai tak kasat mata dari orang-orang selain keturunan Raja yang sah. Sudah milyaran tahun tersembunyi sejak Raja Luo I bertahta.

Keraguan menelusup di sanubari Salman, bahwa wanita yang bersamanya, yang menyerupai Putri Annethaxia Luo, adalah putri palsu.

Dari yang Salman ketahui, beberapa individu dengan level 7—level tertinggi dari kultivasi—memiliki ilmu shapeshifting, yaitu kemampuan untuk mengubah diri dari wujud atau bentuk satu menjadi objek lain yang diinginkan.

Penguasa Shapesifting dapat mengubah dirinya menjadi apa pun, bahkan dapat mengubah orang atau mahluk lain.

Pada umumnya, pengguna ilmu ini hanya dapat mengubah dirinya menjadi bentuk lain dalam batas waktu tertentu. Makin tinggi ilmunya makin sempurna si pengguna dapat meniru.

Termasuk menyerupai seseorang yang sangat mirip aslinya, baik warna suara mau pun gerak-geriknya.

Mungkinkah? Pikir Salman. Dan ia masih menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

*

Mandel Hills, di bumi, pada masa sekarang.

"Kita berdua tahu, Karaskas desa kecil, Jacob. Dan hampir semua penduduknya mengenal satu sama lain. Sementara gadis itu ...." Jacob mengangguk, paham, tanpa wanita paruh baya itu melanjutkan perkataannya.

Jacob pun kembali ke dalam rumahnya, memastikan kondisi gadis itu.

Jacob masuk ke dalam kamarnya, dan melihat gadis itu telah siuman. Segelas minuman—yang Jacob duga adalah minuman elektrolit—berada di tangannya. Isinya tinggal seperempat gelas.

Gadis itu belum menyadari kehadiran Jacob di dalam ruangan yang sama. Para pelayannya telah menjalankan tugasnya dengan baik.

Pakaian gadis itu telah diganti dengan pakaian lama milik Jen. Terusan berbahan katun yang dingin, putih gading, dengan motif flora kecil di bagian atas pakaiannya. Lengan pendek.

Terlihat pas di tubuhnya.

Jacob menyilangkan ke dua tangannya di dada, dan bersandar pada salah satu tiang penyangga pintu kamarnya.

Memperhatikan wajah gadis itu, yang terlihat mulai membaik. Gadis itu meneguk sisa minumannya hingga tandas. Kemudian meletakkannya di atas nakas.

"Tuan, apakah ada yang dibutuhkan lagi?" Pertanyaan Luna, salah satu pelayannya, membuat gadis itu menoleh ke arah pintu, tempat Jacob berdiri.

Ditanya tiba-tiba oleh pelayannya, membuat Jacob salah tingkah, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sudah cukup. Kembalilah mengerjakan yang lain." Luna pun undur diri setelah mendengar jawaban tuan mudanya.

"Tunggu sebentar." Tiba-tiba Jacob teringat sesuatu. Luna membalikkan badannya.

"Ya, Tuan?"

"Beritahu aku nanti, jika mommy sudah datang."

"Baik, Tuan. Permisi." Jacob mengangguk dan mulai fokus kembali pada gadis yang tengah duduk di ranjangnya. Perlahan mendekatinya.

Jacob duduk di sofa. Matanya masih terpaku pada gadis itu, yang juga sedang memperhatikannya.

"Sudah lebih baik?" Gadis itu mengangkat bahu. Membuat Jacob menghela napas. 'Gadis ini ..., menyusahkan saja,' lanjutnya dalam hati.

"Apa kau bisa berbicara?"

Gadis itu masih bergeming.

"Apa kau mengerti apa yang aku ucapkan?" Jacob membuat isyarat tangan, membuka menutup dan menunjuk bibirnya.

Mengira, mungkin gadis ini tidak memahami bahasanya.

"Aku akan mengenalkanmu pada ibuku. Semoga kau paham."

Jacob menyerah, tidak tahu harus mengucapkan apa, agar gadis di hadapannya mau berbicara. Ia pun beranjak dari sofa, hendak keluar kamar.

Ketika Jacob telah di ambang pintu, gadis itu mengeluarkan kata-kata. Yang membuat Jacob menghentikan langkahnya. Namun, ucapan gadis itu tidak bisa Jacob pahami.

"Xnorhakalut yun reditonxali, saxidi." Jacob mengerutkan dahi, memutar badannya dan kembali mendekati gadis itu.

["Terima kasih sudah menolongku, Tuan."]

"Kamu bilang apa?"

"Laa ...." Gadis itu menggeleng.

["Lupakan ...."]

"Siapa kamu sebenarnya? Dan dari mana kamu berasal? Bagaimana kamu bisa berada di ladangku?" Jacob bertanya tanpa jeda.

Menekankan setiap kalimat yang diucapkannya. Membuat gadis itu ketakutan dan menunduk.

Udara di kamar Jacob terasa sangat dingin. Namun, gadis di depannya masih tampak kepanasan. Peluh terlihat masih membasahi dahinya. Meski rona merah dari wajahnya telah berangsur berkurang.

Jacob begitu penasaran dengan suhu tubuh gadis itu. Tangannya sudah terulur untuk menyentuh keningnya, ketika tiba-tiba suara di belakangnya menginterupsinya. Sehingga, tangan itu seperti mengambang di udara.

Dan gadis itu menyadarinya.

"Siapa yang kau bawa, Jac—nama kecil yang sesekali dipakai Jen, untuk memanggil putra ke duanya."

Rupanya, kabar tentang gadis yang Jacob bawa ke rumah ini, sudah diketahui Jen.

Jacob mundur selangkah. Membalik badan, kemudian berjalan menghampiri ibunya. Bibi Lee tampak menemani Jen, saat wanita kesayangannya keluar rumah.

"Mom, keluar ke mana?" Jacob, alih-alih menjawab pertanyaan Jen, putranya itu malah balik bertanya.

"Ck! Kamu ini, mommy yang bertanya lebih dahulu. Tidak kau gubris!" Jen terdengar merajuk.

Membuat Jacob mendengus, kemudian tersenyum kecil. Baginya, tingkah ibunya terkadang seperti anak kecil.

"Kejutan untukmu, Mom." Jacob memeluk serta mencium pelipis Jen. Mendengar jawaban putra ke duanya, mata Jen tiba-tiba membesar. Terlihat bersemangat.

"Benarkah? Apakah dia ...."

Jen mengecilkan volume suaranya, "Apakah dia calon menantuku?" Bisik Jen, sedikit berjinjit, mendekatkan bibirnya di telinga putranya, sehingga hanya Jacob yang bisa mendengarnya.

Seketika Jacob mati kutu.

'Bodoh!' rutuknya dalam hati. Jacob menjawab begitu saja, soal 'kejutan' untuk ibunya, tanpa berpikir panjang.

Jacob belum memutuskan. Apakah tertarik pada gadis itu atau memilihnya untuk menjadikannya adik angkatnya.

Lagi pula, gadis itu terlihat masih muda, mungkin sekitar lima belas tahun atau lebih, atau mungkin kurang.

Entahlah, Jacob menyerah, menebak berapa usia sebenarnya gadis yang ditemukannya tanpa sengaja, pertama kali di ladang penuh canola.

Memetik bunga-bunganya tanpa seijin darinya. Mencuri bunga lebih tepatnya.

"Jacob." Yang dipanggil namanya, merasakan lengannya ditepuk.

Jen berdiri tepat di sampingnya, pandangannya lurus ke arah ranjang Jacob. Memperhatikan gadis itu. Dari ujung kaki hingga ujung rambut. Begitu pun gadis itu.

Jadi penggemar setia Annethaxia Lou Putri Negeri Salju (ALPNS), keluarkan POWER STONE (PS) sebanyak-banyaknya untuk cerita ini. Biar othor tambah semangat UP! ^^

Baca juga ceritaku yang lain:

Elegi Cinta Asha-Romance

Alisha (Pretending)-Action-Romance

Mendadak Menikah-Romance

1 PS dapat gratis Fast Pass untuk buka bab terkunci

Cara dapat Fast Pass

1. Keluarkan POWER STONE untuk cerita ini (lambang batu permata biru)

2. Keluarkan ENERGY STONE untuk cerita terjemahan (lambang petir)

3. Login

Serenity_Leecreators' thoughts