webnovel

Annasya

Nasya atau Annasya adalah seorang gadis muda yang harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Dimulai dari kehidupan pernikahannya yang tak seindah cerita novel, berjuang untuk bangkit. Hingga bertahan dari semua kerasnya dunia. Kehidupan rumah tangga yang jauh dari kata romantis, harmonis apa lagi bahagia.

princess_LeeBin · Historia
Sin suficientes valoraciones
7 Chs

1

Annasya Gauri Alindra, itu lah namanya. Seorang gadis biasa yang mulai beranjak dewasa. Kehidupan pun biasa saja, tak ada yang spesial. Layaknya gadis pada umumnya.

Nasya, begitu lah biasa orang-orang memanggil nya, Nasya hanya anak dari keluarga biasa saja. Ayah dan ibu nya adalah orang tua yang sederhana, ayah bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan yang cukup bonavit, sedangkan ibu nya hanyalah seoarang ibu rumah tangga biasa yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengurus keluarga. Nasya anak tunggal.

Meski pun Nasya anak tunggal namun ayah dan ibu nya tak pernah memanjakan Nasya dengan berlebih, mereka ingin Nasya tumbuh menjadi wanita yang hebat kelak.

Saat ini Nasya berumur 20 tahun, umur yang mulai menikmati masa peralihan. Dari remaja menjadi dewasa. Nasya hanya gadis lulusan SMA biasa, bukannya ia tak ingin meneruskan pendidikan nya kejenjang selanjutnya. Meski orang tua nya mampu, namun Nasyatak ingin membebani mereka lagi. Nasya ingin kuliah dengan hasil uang nya sendiri.

Jadi Nasya memutuskan untuk bekerja terlebih dulu, mengumpulkan uang barulah ia akan mendaftar di perguruan tinggi.

Seperti pagi ini, Nasya bersiap untuk pergi bekerja. Setelah sarapan bersama dengan ayah dan ibu Nasya berangkat dengan menggunakan motor yang di belikan ayahnya sebagai hadiah kelulusan. Meski Nasya menolak, namun kedua orang tuanya bersikukuh memaksa Nasya untuk menerimanya.

" Bu, Nasya berangkat dulu ya. Assalamualaikum..." Pamit Nasya pada ibu nya yang selalu mengantar Nasya berangkat kerja di depan pintu rumah mereka.

" Waallaikum sallam... hati-hati ya Nak!"Seru sang ibu melambaikan tangannya menatap Nasya yang sudah melaju dengan motornya. Setelah kepergian Nasya, ibunya mulai meneruskan pekerjaan rumahnya.

Sementara ayah Nasya sudah pergi bekerja lebih dulu di banding Nasya.

Rumah dan tempat kerjanya lumayan jauh, memerlukan waktu hampir empat puluh lima menit dengan menggunakan motor, belum lagi jika lalu lintas sedang ramai dan macet waktunya pun bisa sampai satu jam lebih. Itulah mengapa Nasya lebih senang menggunakan motor untuk pergi kerja.

Setelah bermacet-macetan di jalan, tibalah Nasya di sebuah parkiran gedung tempatnya bekerja, meski ia hanya sebagai staf administrasi biasa. Namun Nasya tak pernah main-main jika sudah bekerja.

Karena baginya pekerjaan apapun akan terasa ringan dan menyenangkan jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Meski begitu, itu pula yang membuat Nasya semangat untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih lagi.

Setelah memarkirkan motornya Nasya bercermin sebentar merapihkan penampilannya sebelum ia memasuki gedung tersebut. " Pagi Nas..." Sapa seorang security tersenyum ramah pada Nasya.

" Pagi pak Toni." Balas Nasya tak kalah ramah pada security yang bernama Toni itu.

" Udah Nas, udah rapih ko." Ucap pak Toni lagi yang memperhatikan Nasya merapihkan penampilannya.

" Ah..pak Toni, Nasya jadi malu deh." Seru Nasya tertawa. Nasya memang sangat ramah pada semua orang, bahkan pak Toni yang seorang security pun sangat akrab dengan Nasya. Nasya sadar diri meski ia seorang staf namun karena umurnya yang masih muda, jadi Nasya selalu meminta siapa pun untuk memanggil namanya saja.

" Ya udah pak, Nasya masuk dulu ya. Mau siap-siap dulu. " Pamit Nasya lagi melangkah masuk kedalam gedung.

" Siap Nas! Semangat!" Ucap pak Toni menyemangati Nasya.

Nasya melangkah memasuki gedung dan langsung menuju tangga untuk naik ke ruangannya. Karena di tempat Nasya bekerja tidak ada lift, jadi semua karyawan menggunakan tangga.

" Nasya!!" Seru seseorang dari arah pintu masuk. Nasya menoleh kan kepalanya melihat Salsa yang melambaikan tangan padanya.

" Biasa aja kali, gak usah lari-larian kayak gitu."Sahut Nasya setelah Salsa di sampingnya.

" Hahahaha...ini udah biasa tau." Sahut Salsa.

" Oh iya, denger-denger hari ini ada audit ya?" Ucap Salsa lagi.

" Kayaknya sih, yang gue denger kemarin gitu." Nasya menghela nafasnya.

" Aduh bakalan ribet banget ni, bisa lembur lagi ini mah." Salsa menurunkan bahunya lemah.

" Sabar, kan Lo gak sendiri." Naya sedikit menyemangati Salsa.

Salsa hanya tersenyum menanggapi ucapan Nasya.

Nasya dan Salsa sudah berteman dekat sejak Nasya bekerja di perusahaan itu, Salsa yang menjadi seniornya, mengajarkan semua hal dasar pada Nasya dulu saat ia masih menjadi pegawai baru. Dan dari situ lah persahabatan mereka terjalin.

Meja kerja Nasya dan Salsa pun bersebelahan, mereka selalu melakukan bagian mereka bersama, hingga tak jarang keduanya terlihat seperti adik dan kakak.

" Nas, Lo udah sarapan belom?" Tanya Salsa saat membuka sebuah kotak bekal yang biasa ia bawa.

" Udah ko tadi, biasa. Kalo gak sarapan dulu nanti ada siraman rohani." Jawab Nasya tertawa.

" Hahahahaha....Anak mamah dasar." Sahut Salsa menyuap roti bekal yang ia bawa tadi.

" Udah Lo makan aja yang banyak. Biar kuat ngadepin audit." Ejek Nasya lagi.

" Sue Lo!" Salsa hanya tertawa menanggapi ejekan Nasya.

" Nasya!" Seru seseorang dari arah belakang. Nasya pun menoleh mencari asal suara tersebut.

" Iya pak, ada apa?" Jawab Nasya saat melihat pak Ali, pimpinannya berdiri di belakang nya.

" Nanti jangan lupa siapin data-data yang kemarin sudah saya info kan ya." Ucap pak Ali pada Nasya.

" Iya pak, sudah saya rapihkan tinggal di cek ulang." Jawab Nasya ramah.

" Oke, jangan lupa nanti taro dulu di meja saya, setelah itu lanjut siapin data yang buat di tunjukin pas audit ya?" Seru pak Ali lagi memberikan interupsi.

" Sudah siap semua pak." Jawab Salsa cepat dan berdiri di samping Nasya.

" Sip, kamu juga jangan lupa ya Sal bantuin Nasya." Ucap pak Ali menatap Salsa sengit. Meski begitu pak Ali orang yang sangat ramah dan baik. Namun karena ia atasan, jadi ia harus bersikap tegas pada bawahannya.

"Tenang pak, sudah kita selesaikan udah rapih semua kok." Sahut Salsa.

Pak Ali hanya mengangguk dan berlalu kembali ke ruangannya.

" Belom juga mulai, udah deg-degan duluan." Ucap Nasya mengusap dadanya yang sejak tadi gugup.

Meski sudah dua tahun lebih Nasya bekerja dan menghadapi pak Ali dan atasan lainnya, namun ia selalu gugup dan takut jika menghadapi mereka semua.

Salsa hanya tertawa melihat wajah gugup Nasya yang begitu polos. Maklum lah Nasya masih terbilang baru untuk menghadapi dunia kerja seperti sekarang. Di seusianya ini harusnya Nasya sedang asyik-asyik nya menikmati masa muda mereka. Namun Nasya memilih untuk bekerja dan melewati sedikit masa senang-senang nya.

Waktu sudah menunjukan pukul Sepuluh pagi Nasya dan Salsa sedang fokus berkutat pada tumpukan laporan mereka, terlebih lagi hari ini ada audit jadi pekerjaan mereka sedikit bertambah lebih banyak. Salsa meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku sejak tadi.

" Nas, gimana udah kelar belom?" Tanya Salsa melirik komputer Nasya.

" Dikit lagi, jangan ganggu dulu. Takut salah gue." Ucap Nasya masih fokus pada komputernya.

" Oke, gue mau ke pantry dulu ya." Ucap Salsa meninggalkan Nasya.

" Hemmm..." Nasya masih fokus dan menyelesaikan bagiannya.

Tak lama pun terdengar suara beberapa langkah kaki orang yang berjalan menuju ke arah nya. Nasya menjadi sedikit gugup saat melihat pak Ali dan beberapa atasannya sudah mulai melakukan audit.

Nasya menjadi semakin gugup saat melirik ke meja Salsa. 'Sial! Lama banget sih ini orang. Haduh!!' Gumam Nasya masih terus menatap fokus pada komputernya dan sesekali melirik ke arah depan.

Nasya melihat pak Ali yang sedang menatapnya memberikan sebuah kode padanya. Nasya kaget dan menjadi Ling lung seketika.

" Tenang Nas!" Ucap Salsa yang tiba-tiba menepuk bahunya kirinya dari belakang.

" Udah kelar kan laporan yang kemaren, sini biar gue yang kasih dan jelasin." Ucap Salsa mengedipkan sebelah matanya.

Nasya akhirnya bisa tersenyum lega saat Salsa membantunya. Salsa memang sangat bisa di andalkan jika seperti ini, Salsa juga sudah sangat hapal bagaimana sifat Nasya saat ia sedang gugup. Makanya Salsa selalu yang mengambil alih jika harus berhadapan langsung dengan para auditor. Bukannya ingin mencari kesempatan atau hal lain. Namun Salsa juga tak melulu menggantikan Nasya, ia pun terkadang membiarkan Nasya untuk menghadapinya, karena dengan begitu barulah Nasya akan bisa belajar dengan baik.

Setelah dua jam lebih para auditor berkeliling dan mengecek semua data beserta laporan, akhirnya mereka pun selesai dan meninggalkan perusahaan itu. Kini Nasya dan Salsa beserta pegawai yang lainnya bisa bernafas lega.

" Alhamdulillah...hari ini berjalan lancar. Semangat semuanya!" Ucap pak Ali menyemangati para bawahannya.

Akhirnya mereka pun bernafas lega dan tersenyum senang.

" Oke sekarang jam makan siang, cus makan. Gue laper!"Ucap Alan.

" Yeh dasar bakul nasi. Makan Mulu Lo!" Seru Gina.

" Biarin, otak gue gak bisa mikir kalo laper." Sahut Alan santai.

" Udah-udah gak usah pada rempong." Sahut Salsa ikut-ikutan. " Kalo Lo pada kaga laper, udah kita aja Lan yang makan." Serunya lagi berjalan mengikuti Alan.

Nasya hanya tersenyum melihat Salsa yang seperti nya sudah kelaparan sejak tadi.

Akhirnya mereka semua makan siang di kantin yang sudah di sediakan.

.

.

.