•note: jika dari awal sudah siap untuk terluka, kenapa di akhir cerita masih saja mengharapkan dia yang sudah pergi hilang tanpa kata?
Caca memberikan helmnya pada Anka ketika baru saja turun dari motor cowok itu. Dia tersenyum senang apalagi hampir seharian menghabiskan waktu bersamanya.
"Makasih ya," ucapnya.
Anka mengangguk.
"Yah... Kita juga nggak bakal kayak gini lagi, soalnya nenek besok udah pulang," lanjutnya cemberut.
Anka menghela nafas, dia mengulurkan tangannya untuk menepuk kepala Caca.
"Jangan sedih, kan masih punya waktu di sekolah," ujarnya.
Caca mengangguk mengiyakan, gadis itu kembali tersenyum lebar.
"Ya udah sana masuk, mandi terus makan. Gue nggak mau lihat Lo lama-lama di sini, dekil!" ejek Anka mengusir Caca dengan mengatai gadis itu.
Caca mendengus, dia menatap sinis ke arah Anka lalu menjulurkan lidahnya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com