Bangkok, Thailand.
_____________________
Tanggal 25 Desember memang Natal untuk umat Kristiani. Mereka akan merayakannya dengan berbagai cara. Dan jalanan kota penuh dengan keramaian yang wajar. Ada hiasan khas merah hijau di mana-mana. Musik dan parade menggunakan kereta kencana, haleluyah, badut Santa, dan anak-anak membawa permen.
Pusat kota juga ramai karena konser spesial dari grub beatbox "Pentatonik - Caroll of The Bell" unjuk gigi secara live. Mereka berlima menghibur warga Bangkok yang cinta cara dan pembawaan unik selama menyanyi. Apalagi kelima anggotanya meminimalkan alat musik di atas panggung. (*)
Namun, semua keramaian itu tidak berpengaruh untuk kediaman utama Takhon. Sebab selain beragama Buddha ... Thanawat, Sanee, Miri, Paing, Apo, dan triplets hadir dalam diskusi besar sebelum mengundang Keluarga Romsaithong untuk pertemuan keluarga.
Saat itu Paing Takhon bahkan banyak diam tidak seperti biasa. Alpha itu mendengarkan kedua orangtuanya bicara, apalagi Miri dan Apo sendiri. Mereka memilih menghormati yang lebih tua. Bagaimana cara keduanya menyelesaikan masalah. Karena tentu lebih ahli lagi daripada Paing.
Oh, lihatlah. Thanawat juga sempat memarahi sang Putera tunggal, karena menurutnya kedatangan Apo belum ditadahi sebaik itu.
"Kau itu juga tetap salah, Nak. KURANG TANGGAP! Sudah jelas ya Nak Apo ini dipukuli suaminya, kenapa tidak uji visum sekalian? Heran ... kemana hasil sekolahmu di Inggris sana. Sudah jauh-jauh Pa mengirimmu ke luar negeri, bertahun-tahun, S3 juga tidak sekali ... masih saja bingung menghadapi hal seperti ini," omel Thanawat tegas melebihi Yuzu Takhon. (*)
(*) Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan resmi untuk pemeriksaan luka medis terhadap manusia baik hidup atau mati di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan. Biasanya kasus KDRT dan pembunuhan bisa masuk ke sini.
"Tenang, Pa. Tenang ... Paing pasti juga panik pas waktu itu. Jangan terlalu keras padanya ...." kata Sanee mencoba membela.
"HALAH! Tidak ada ya, toleransi kalau sudah begini," kata Thanawat sambil menyentakkan lengan keriputnya. "Atau kalau bukan visum, setidaknya kan ada foto lukanya. Ini tidak. Cuma diobati dan sembuh semula? Oke. Kalian berharap ke pengadilan tanpa cukup bukti. LEMAH! Lemah! Kita bisa kalah, apalagi dengan hanya 1 saksi."
DEG
Apo pun menunduk karena dia juga salah dalam ini. Tapi, sumpah ... dulu dia masih perih kalau membayangkan Mile diseret ke penjara. Dan hatinya tidak sanggup melihat sang suami mengenakan baju tahanan--shit! Astaga ... sekarang sadar pun dia malah terlambat.
"Tapi kau bilang dia pakai narkoba dan obat terlarang juga kan, Sayang?" tanya Sanee. Mencoba menurunkan ketegangan dalam ruangan. "Itu masih dipakai untuk merebut triplets. Tapi, ya begitu ... karena kau yang mengawali prenup-nya, pasti alot saat membalik omongan si jaksa."
Apo pun mengangguk pelan. "Iya, Oma. Narkobanya sudah, tapi obat yang "itu" aku yakin belum dipakai," katanya. "Hanya saja, soal bukti ... mungkin bisa kita usahakan lagi? Lain waktu--tapi belum tentu Mile melakukan kekerasan ulang."
Apalagi aku sudah di sini, Pikir Apo. Tanpa sadar meremas pinggiran sofa. Lagipula pulang cuma untuk dipukuli lagi? Tidak. Aku juga tidak mau itu.
"Tak masalah, kalau untuk pertemuan saja kita bohong sedikit nanti," kata Thanawat. "Bilang kalau punya cukup bukti, walau belum. Yang penting Romsaithong bisa tersudutkan dulu."
DEG
Ah ...
Telapak Apo pun semakin mendingin. Dia baru tahu Keluarga Takhon punya sisi licik juga, tapi kali ini dia tetap setuju. Baiklah, mari kita menjadi setan bersama-sama.
"Iya, tapi terserah Anda mau ikut saran kami atau tidak," kata Sanee, yang kini fokus menatap Miri. "Karena kalau dengar watak menantumu itu, agak mustahil ... ya bisa cerai baik-baik. Dan aku bilang begini bukan untuk menghina."
Miri pun berusaha mengatur kata-katanya. "Baik, baik. Aku iya, karena sidang pun tak mungkin langsung," katanya. "Sambil menekan, kita bisa usahakan pencarian Amaara. Apalagi konser live channel Nak Takhon sebentar lagi. Hmm ... kalau tidak salah saat tahun baru kan? Penyisiran bisa dilakukan pas waktu itu."
Jeda sejenak, Paing baru unjuk kata diantara mereka. "Iya, Oma. Aku dan rekan sudah merencanakan penangkapannya kemarin," katanya. "Ada beberapa cluster yang siap bertugas. Tapi memang kusuruh mereka berbaur saja."
"Bagus, hanya jangan sampai ketahuan media," kata Thanawat mendukung. "Tapi, kalau memang situasinya semakin parah--hajar saja tidak masalah. Terang-terangan biar selesai. Manfaatkan dua mata pisau untuk meliput topik yang ini. Jangan biarkan mereka terus terusan menusuk kita, Nak. Toh boroknya bukan cuma di KDRT!"
Nada bicara Sanee pun tertular tegas sekarang. "Iya. Lagipula kalau tidak pakai cara A, maka yang B masih bisa dilempar," katanya sambil menatap Apo. "Toh pernikahan keduanya tanpa persetujuanmu kan, Sayang? Ini bukan pelanggaran, tapi masih bisa dijadikan pertimbangan saat berdebat."
Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....
Diskusi panas pun masih berlanjut hingga pukul 10 malam. Itu pun sulit disudahi andai triplets tidak rewel. Mereka pasti ingin tidur tenang di kamar. Tak tahan lagi dengan keributan orang dewasa di sekitarnya.
"OEEEEEEEEEEEEEEEE!!"
"OEEEEEEEEEEEEEEEE!!"
"OEEEEEEEEEEEEEEEE!!"
Jerit mereka di dalam stroller. Apo pun pamit terlebih dulu. Lalu dipandu pelayan ke sebuah kamar tamu. Astaga, tadi itu benar-benar tegang sekali, Pikirnya.
Namun, meski tidak tahu bagaimana kelanjutan obrolan itu, Apo tetap percaya bagaimana Paing mengatur semua bersama mereka. Toh Miri juga ada di sana. Dia bisa bertanya ulang di lain waktu, sekarang cukup fokus saja ke urusannya sendiri.
CKLEK!
"Apo ...." panggil Paing yang mendadak masuk kamar tersebut. Apo yang baru menyelimuti triplets pun menoleh bingung, terutama saat ditabrak peluk Alpha tersebut.
BRUGH!
"Eh, eh, eh--Phi!" kata Apo yang terbelalak. Dia pun balas memeluk karena Paing gelisah sekali. Mungkin ada hal yang belum dia ketahui juga. "Ada apa? Ugh ... tadi kalian mengobrolkan sesuatu? Bilang saja kalau ada yang tidak--"
"Maaf kalau Phi tidak sebaik itu, Apo. Dan maaf kalau aku masih kurang untukmu ...." kata Paing hingga Apo tertegun.
"Eh?"
"I'm not perfect, Apo. Dan kau benar soal aku lambat dan segalanya," kata Paing lagi. "Tapi, bisa tunggu semuanya selesai? Walau proses rencananya mungkin akan membebanimu ...."
DEG
Hah? Tunggu--rencana apa memangnya?
"Phi ... aku--"
Pelukan Paing mendadak mengerat lagi. "Aku benar-benar hanya ingin kau menunggu hingga selesai ...." pintanya. "Tolong percayalah dan jangan tinggalkan aku hingga semuanya selesai ...."
***
😇 Siapa bilang Paing pure angel? Atau menunggu sisi liarnya, mungkin? Inget, dia adalah Alpha Sigma dan mereka semua adalah pebisnis. Enggak ada yang 100% suci, paham? Seperti kata Apo, "Mari kita menjadi setan bersama-sama." Tinggal kalian saja menilai setiap tokoh gimana.
______ ANGELIC DEVIL: The Crown (22 Januari 2023)