5 tahun berlalu sejak bocah itu memulai ide gilanya. Sejak saat itu pula dia dikenal sebagai anak aneh di desa Druk.
Siapa yang tak aneh jika menghabiskan seluruh waktunya di Hutan Terlarang yang berbahaya?
Berulang kali teman, paman dan orang orang di desa memperingatkan anak itu untuk tak mendekati Hutan Terlarang. Tapi seperti kerasukan, peringatan itu sama sekali tak digubris.
Bahkan ada waktu di mana bocah itu tak pulang berhari hari dan membuat seluruh orang di desa mencarinya, tapi seperti tak mengerti apa yang dia lakukan, dia kembali dengan santai.
Tentu saja itu salah. Bocah itu baru kembali dari pengalaman hampir saja mati akibat dia ceroboh.
Dia bersyukur teori menjadi lebih kuat dengan membunuh itu benar, tapi berkat itu pula dia kurang hati hati dengan tindakannya. Beruntung, dia saat itu dekat dengan jamur yang memiliki efek penyembuhan. Jika tidak, dia sudah mati sekarang.
Dan bukan itu saja yang menjadi masalah. Dia kekurangan alat dan teknik untuk melawan monster.
Apa yang harus dia lakukan?
Itu sederhana. Yang dia lakukan hanyalah meminta pamannya untuk diajari menggunakan senjata.
"Aku tahu kau akan pergi meskipun aku tak mengajarimu. Jadi aku akan melakukannya. Setidaknya kau tak akan cepat mati. Tapi dengan beberapa syarat."
"...aku akan pikirkan."
"Rein, kau ini sungguh mirip dengan mereka. Apa kalian sekeluarga memiliki kekuatan untuk membuat orang kesal?"
Yang dimaksud dengan 'mereka', tentu saja itu adalah orang tua Rein.
Sayang, Rein tak pernah bertemu dengan mereka. Dia hanya sesekali mendengarkan paman mengeluh tentang mereka.
"Paman, jika kau tak mau mengajariku, aku tak masalah. Lagipula aku bisa meminta orang tua di pinggir desa."
"Kau ini..."
Paman Rein mendesah seolah menyerah.
Kemudian, jadwal Rein yang semula menghabiskan waktunya untuk berburu monster berubah.
Dalam beberapa hari dia akan memburu monster, dan hari lainnya dia akan berlatih menggunakan senjata. Untuk meningkatkan efisiensi berburu monster, dia juga berburu teknik lain seperti membuat jebakan, meracik potion sederhana, dan juga membuat senjata dari monster.
Jika hidup di kota, belajar semua itu akan membutuhkan banyak biaya, tapi di desa Druk hampir semua penduduk memiliki ketrampilan untuk berburu monster.
Letak desa Druk yang dekat dengan Hutan Terlarang adalah alasan kenapa mereka memiliki keahlian tersebut. Selain bertani, hasil utama penduduk adalah berburu monster di Hutan Terlarang.
Cukup banyak mantan Petualang di desa dengan pengalaman berburu monster puluhan tahun. Dan karena penduduk desa Druk adalah sebuah keluarga besar, belajar semua ketrampilan itu bukanlah hal yang sulit bagi Rein.
Satu satunya sisi negatif dari tindakan Rein adalah dia tak memiliki teman. Maklum, tak banyak anak kecil yang ingin memburu monster sebelum mereka dibaptis untuk mendapatkan Job. Jika berburu di usia muda, itu hanyalah untuk memberikan gambaran atau pengalaman bagaimana cara berburu monster suatu hari nanti.
Lalu perubahan besar pada Rein adalah cara berburu monster setelah dia hampir mati.
Pengetahuannya tentang Seven Hearts membuatnya hampir mengetahui seluruh kelemahan monster, level monster, dan skill yang dimiliki monster. Tetapi ada monster yang tak ada di dalam permainan. Dalam situasi berhadapan dengan monster seperti itu, dia tak memiliki pilihan selain harus berhati hati dan mengandalkan insting untuk berhasil mengalahkannya.
--Tahun lainnya berlalu, di bagian dalam Hutan Terlarang terdapat sebuah gua penuh dengan perabotan sederhana, tempat tidur dari kayu dengan lapisan kulit monster. Tetapi yang paling mencolok adalah berbagai macam senjata yang terbuat dari material tubuh monster tersusun secara rapi.
Pintu kayu terbuka dan seorang pemuda memasuki gua dengan kantung kecil. Pakaiannya terbuat dari kulit monster dan di beberapa bagian penting dilapisi oleh tulang dan metal untuk melindungi bagian tubuh yang vital. Tetapi yang paling mencolok adalah pedang yang dia gunakan untuk berburu monster. Mungkin karena terlalu sering berlumuran darah, aura menyeramkan terlihat dari pedang itu.
Melepaskan sepatu kulit, pemuda itu melepaskan pakaian dan langsung menuju bagian kamar mandi untuk mencuci wajah yang kotor dengan keringat.
"..."
Merasa segar, Rein menuju bagian dapur gua. Dia menyalakan alat sihir kecil sebagai sumber cahaya.
Dia mengambil sesuatu dari kantung kecil yang dia bawa. Itu adalah daging monster yang beberapa kali lebih besar dari ukuran kantung, tapi itu tak masalah karena itu adalah kantung sihir.
Tak seperti permainan lainnya, pemain tak memiliki tempat penyimpanan sistem. Mereka bisa menyimpan barang menggunakan kantung sihir seperti yang Rein miliki. Yang membedakan hanyalah kapasitas jumlah dan berat barang yang bisa disimpan.
Hari ini dia berhasil mengalahkan Silver Gold Wolf. Salah satu monster level 70 ke atas.
"Aku pikir saatnya mengincar monster yang lebih kuat daripada Silver Gold Wolf. Armored Bear mungkin target yang tepat."
Level 70 mungkin terdengar tinggi, tapi pada kenyataannya Rein sama sekali tak tahu apakah monster yang dia kalahkan memiliki level setinggi itu.
Bertahun tahun berburu monster, dia menjadi lebih kuat dan dia sadar level sama sekali tak menunjukkan kekuatan monster. Dia beberapa kali hampir mati karena monster yang dia ketahui memiliki level lemah dalam permainan.
Akhirnya Rein tak menggunakan level dalam permainan sebagai dasar lagi. Dia hanya mengandalkan insting dan pengalaman untuk melawan monster. Jika dia merasa sudah terlalu mudah mengalahkan monster tertentu, dia akan berganti target pada monster yang lebih kuat.
Seekor burung kecil memasuki jendela gua yang sudah dipersiapkan untuk burung kecil itu. Burung kecil itu digunakan oleh para penduduk desa untuk saling mengirim pesan.
"...Hm?"
Membaca isi pesan yang ditulis di kertas kecil, mata Rein sedikit melebar karena terkejut.
Seorang bangsawan akan berburu monster di Hutan Terlarang. Dia disuruh menjadi pemandu dan sekaligus pengawal tambahan.
Mengingat status bangsawan yang cukup tinggi, paman Rein berharap tak terjadi suatu yang buruk pada bangsawan itu. Jika terjadi sesuatu, hal buruk akan terjadi pada desa Druk.
"Paman tahu aku tak terlalu suka terlibat dengan para bangsawan. Apa tidak ada orang lain?"
Banyak penduduk desa Druk yang berprofesi sebagai pemandu hutan. Ini cukup aneh paman Rein menyuruh dia sebagai pemandu.
"Haaa... Karena harus berurusan dengan bangsawan, sebaiknya aku mempersiapkan banyak hal. Termasuk barang itu."
--keesokan harinya, Rein menuju wilayah luar Hutan Terlarang. Di sana salah satu jalan memasuki Hutan Terlarang paling dekat berada di dekat desa Druk.
Rein melihat ke berbagai sudut dan akhirnya melihat kelompok 5 orang yang terlihat begitu mencolok sedang duduk dengan suasana berat.
"Apakah kalian kelompok yang ingin dipandu memasuki Hutan Terlarang?"
5 orang itu melirik ke arah Rein dengan ekspresi terkejut. Tapi keterkejutan itu berubah menjadi kemarahan. Terutama salah seorang pria kekar yang membawa perisai dan juga pedang besar.
"Aku berpikir orang seperti apa yang membuatku menunggu begitu lama, tapi aku tak menyangka kau seorang bocah. Apa kau bercanda denganku?"
Rein tak menjawab dan terdiam. Meskipun terdiam, dia sebenarnya mengamati 5 orang yang terdiri dari satu wanita dan 4 orang pria tersebut.
Sang wanita bisa terlihat jelas kalau dia adalah pemimpin dari kelompok itu. Meskipun pria kekar mengeluarkan aura yang kuat dan mengancam, tapi wanita itu mengeluarkan aura yang tenang dan tersembunyi. Hanya orang dengan aura seperti itu yang biasanya paling kuat atau berbahaya.
"Aku tak memiliki urusan dengan pelayan. Kakak cantik, apa tujuanmu ke Hutan Terlarang?"
Mengabaikan pria kekar, dia langsung berhadapan langsung dengan wanita yang tak terlalu tua darinya. Tidak, bisa disebut wanita itu seorang remaja pada masa matangnya.
"K-kau!!"
Wajah pria kekar memerah dan seolah ingin segera memberi pelajaran pada Rein. Pria itu memukul Rein dengan tinjunya yang besar.
Tapi belum sempat sampai di wajah Rein, sosok pria itu tiba tiba menghilang.
Boom!? Suara keras terdengar dan sosok pria kekar yang tadi berniat memukul Rein tiba tiba sudah tersungkur di salah satu pohon dengan mata memutih tak sadarkan diri.
Kejadian itu tentu saja membuat mereka menjadi pusat perhatian, tapi itu hanya sesaat saja seolah sudah terbiasa dengan kejadian itu.
Yang lebih terkejut saat ini adalah 4 orang lainnya yang hanya mengamati.
"Apakah kakak puas dengan perkenalanku?"
Rein bertanya dengan senyuman sambil melirik ke arah rumah kayu yang berada tak jauh dari mereka.
"Tera, sembuhkan John. Aku rasa kami beruntung bisa dipandu oleh orang sekuat dirimu, tuan..."
"Kakak bisa memanggilku Pemandu"
"..."
Gadis itu hanya tersenyum sambil mengangguk tanda mengerti.
Tak menyebutkan nama memiliki arti banyak hal. Tapi kali ini Rein tak menyebutkan nama karena hanya ingin menjaga jarak dan menjelaskan kalau hubungan mereka hanyalah sebatas klien.
Di rumah kayu, Rein duduk dengan wajah serius.
"Langsung saja, aku ingin tahu bagaimana kakak cantik bisa mengetahui diriku?"
Gadis itu tersenyum senang karena dipanggil cantik.
"Aku ingin dipandu oleh seorang yang mengenal baik Hutan Terlarang. Lalu karena berbagai hal, aku ingin pemandu itu seorang yang bisa menjaga rahasia. Saat itulah seorang mengenalkan dirimu."
"Yah.. aku rasa memang tak ada pemandu lain seperti diriku."
Mungkin terdengar seperti Rein memuji dirinya sendiri, tapi itu adalah kenyataan.
Rein tanpa basa basi mengerluarkan gulungan kertas. Di sana tertulis sebuah kontrak yang bertuliskan Rein akan memandu mereka di Hutan Terlarang dan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga keamanan dan keselamatan mereka. Tak lupa juga menjaga kerahasiaan apa yang terjadi selama di Hutan Terlarang.
Ada detail kontrak lain, tapi yang paling penting adalah kedua itu.
"Seperti yang kau lihat, ini adalah kontrak sihir. Kita berdua tak akan bisa melanggar meskipun menginginkannya. Jika setuju, kau bisa langsung menandatangani."
Beberapa menit setelah membaca, gadis itu menandatangani kontrak, tak lupa dengan cap tangan darah. Tentu saja Rein juga melakukan hal yang sama.
Setelah ditandatangani, kontrak sihir itu bersinar sesaat tanda sihir yang mengikat keduanya telah aktif.
Nama yang tertulis bukanlah nama yang sebenarnya. Bahkan keduanya bisa menulis nama bebas karena yang terpenting dari kontrak sihir adalah darah.
Rein menulis nama Jack. Sedangkan gadis itu menulis nama Iris. Keduanya adalah nama palsu.
Tanpa basa basi Rein dan kelimanya memasuki hutan terlarang.
"Aku tak ingin tahu tujuan kakak Iris ke Hutan Terlarang, tapi sebaiknya kau jelaskan apa tujuan mu agar aku bisa memandu dengan lebih baik"
"Aku pikir kau tak tertarik."
"Memang, hanya saja mengalahkan monster untuk menaikkan level dan melatih skill adalah sebuah konsep yang berbeda. Mengerti?"
"Hm... kau benar."
Untuk menaikkan level Rein akan memandu mereka kepada monster dengan level tinggi dengan tingkat kesulitan yang mudah dan sesuai dengan pertumbuhan level Iris dan kelompoknya.
Jika ingin meningkatkan kemahiran skill, Rein akan memandu mereka pada monster yang sesuai dengan skill yang ingin ditingkatkan meskipun berlevel rendah.
Semua itu tidaklah mudah bagi pemandu biasa, tapi bagi Rein yang sudah lama tinggal di Hutan Terlarang, itu mudah baginya.
Alasan inilah yang membuat tarif Rein sebagai pemandu cukup tinggi, yaitu 100 koin emas. Itu harga yang sangat mahal, tapi Rein tidaklah terlalu peduli pada pendapat orang lain.
Dia menjual jasa premium, bukan jasa biasa.
"Aku berniat menaikkan level dulu. baru setelah itu menaikkan kemahiran skill. Apa itu mungkin?"
"Tidak. Hanya saja tiga hari tidakkah cukup. Jika ingin melakukan keduanya kau harus membayar biaya tambahan."
"Uang bukanlah masalah."
"..."
Rein hanya tersenyum kecil tak menjawab.
Selesai dengan kesepakatan dan tujuan, mereka akhirnya memasuki Hutan Terlarang.
Tak berapa lama mereka akhirnya bertemu dengan monster buruan. Selama berburu Rein hanya mengamati dari jauh. Dia sesekali memberikan saran bagaimana mengalahkan monster lebih efisien dan cepat.
Hal itu tentu membuat Iris dan lainnya berubah pandangan terhadap Rein. Dia mahal, tapi setimpal.
Setelah lama berburu, matahari mulai tenggelam.
"Kita sudahi hari ini. Monster akan lebih aktif saat malam. Jika membawa tenda, kalian bisa menyiapkannya. Aku akan berjaga."
"Aku mengerti. Bagaimana dengan makanan?"
"Aku bukan koki."
Rein lalu pergi dar mengambil 6 belati dari kantung dimensi. 6 belati itu dia lempar ke berbagai sudut membentuk formasi segi enam. Tak berapa lama kemudian dari gagang belati bersinar untuk sesaat.
"Apakah itu alat sihir?"
Iris tak membantu mendirikan tenda. Dia penasaran saat melihat apa yang dilakukan Rein.
"Semacam Itulah."
"Apa kegunaannya?"
"Untuk menjauhkan monster level rendah. Kakak Iris, kau bisa tidur nyenyak malam ini."
Iris mengangguk.
"Mau bergabung dengan kami? Aku bisa menjamin makanan kami enak dan tak beracun."
Rein melirik ke salah satu pria yang menyiapkan makan malam. Pria itu juga bertugas sebagai pendukung dan penyembuh.
"Terima kasih tawarannya, tapi tidak. Aku lebih memilih makanan ku sendiri."
"Aku tak akan memaksamu kalau kau tak mau. Hanya saja aku harap kita bisa lebih akrab."
"..."
Rein tak menjawab.
Dia mengabaikan Iris dan melompat ke atas pohon. Mengambil makanan dari kantung dimensi dan menikmatinya dengan lahap. Meskipun itu hanya daging kering yang dibumbui garam.
"Haaa..."
Iris mendesah kecil terlihat kecewa. Dia lalu pergi ke kelompoknya untuk menikmati sup daging pilihan dan bergizi.
"..."
Melihat ekspresi wajah Iris, Rein sama sekali tak bersimpati. Dia tahu betul harus menjaga jarak dari bangsawan.
Terutama bangsawan seperti Iris.
Bukan berarti dia membenci Iris. Justru kebalikannya, Rein cukup memiliki kesan baik terhadap Iris.
Tapi bukan berarti itu membuatnya harus memiliki hubungan dekat dengannya.
(Menggunakan Slave Knight sebagai pengawal untuk naik level. Pelayanan yang sungguh mewah.)
Perbudakan bukanlah suatu yang asing. Apalagi latar belakang permainan seperti Seven Hearts.
Di antara budak yang biasa ditemukan dalam cerita fantasi, di Seven Hearts ada sebuah budak spesial yang hanya dimiliki oleh bangsawan kelas atas.
Itulah Slave Knight. Para budak dengan keahlian tempur seorang Knight. Berbeda dengan budak lainnya yang tak memiliki hak, Slave Knight memiliki hak dan juga bayaran yang lebih tinggi daripada Knight biasa.
Bisa dibilang mereka adalah pasukan yang siap mati demi tuan mereka.
Tentu saja ada kerugian menjadi seorang Slave Knight. Mereka tak akan bisa menentang perintah tuan mereka. Jika membantah, mereka akan langsung mati.
Lalu apa bedanya dengan budak biasa?
Di Seven Hearts, kontrak budak hanya memberikan efek rasa sakit jika membantah. Lalu juga memiliki banyak celah. Celah inilah yang biasa dimanfaatkan oleh para musuh untuk mendapatkan informasi dan hal lainnya.
Tetapi Slave Knight akan langsung mati jika memiliki niat untuk mengkhianati tuan mereka. Karena alasan inilah Slave Knight lebih disukai oleh para bangsawan kelas atas. Tentu saja tak semua orang ingin atau bisa menjadi Slave Knight, jadi mereka puluhan kali lebih mahal daripada budak biasa.
(Aku memiliki firasat buruk. Aku ingin segera mengakhiri kontrak kerja ini.)
Rein mendesah dalam.
Saat pertama kali melihat Iris, dia langsung tahu kalau Iris tak lama dibaptis. Entah apakah dia memiliki Job yang buruk atau karena terlalu kuat sehingga harus menaikkan level secara sembunyi-sembunyi. Tapi itu menjadi sebuah tanda kalau dekat dengan Iris adalah sebuah tindakan bodoh.