webnovel

Alta dan Allamanda

Philosophy Color Series 1 ## Bagi Lamanda, Alta adalah pembawa masalah dalam hidupnya. Tapi, bagi Alta, Lamanda adalah sebuah petaka, pembawa sial yang harus segera ia lenyapkan. Perjalanan cerita mereka penuh misteri, penuh dendam, dan.. luka. Hingga, pada akhirnya, salah satu dari mereka kalah telak dan merasakan beratnya penyesalan. Selamat membaca

yupitawdr · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
149 Chs

Bab 7 | Kemeja Alta

7. Kemeja Alta

Lucu ketika seseorang membencimu karena merasa tersaingi bahkan sebelum kamu melakukan apapun. Kelihatan banget nggak mampunya.

***

Sejak tadi Arsya hanya memandangi Lamanda yang masih diam saja, mungkin karena shock atas kejadian di kantin tadi karena Liora dan komplotan fans Alta itu benar-benar keterlaluan. Ia tidak habis pikir dengan pola pikir mereka, mereka menjadikan Alta center of attention dan nge judge cewek yang deket sama dia padahal Alta bahkan nggak peduli sama mereka. Mending,  kalau Alta itu tokoh publik yang patut di beri apresiasi,  lah ini?

Bagi Arsya, Alta itu sombong dan sok berkuasa. Apalagi fans garis kerasnya yang dikenal radikal di sekolah. Hal itu yang membuatnya tidak begitu suka,  meskipun tidak bisa ia pungkiri kalau tampang Alta memang di atas rata-rata. Memikirkan Alta malah membuatnya ingat kejadian akhir-akhir ini,  apalagi semuanya melibatkan Lamanda. Ia tidak mengerti ataupun tahu bagaimana Alta bisa menyangkut pautkan Lamanda dalam masalahnya dan menjadikan temannya itu tameng dari kegilaan fansnya.

Yang Arsya tahu hanya satu,  Alta memiliki kemiripan dengan bagian masa lalu Lamanda. Ia sudah sadar sejak awal,  sejak pertama kali melihat Alta di sekolah namun ia selalu mengabaikannya dengan mengalihkan pikirannya pada hal lain. Mungkin hanya kebetulan,  begitu menurutnya dulu.

Arsya menghembuskan napas dan mengetukkan jarinya pada meja, kembali memikirkan polemik di otaknya membuatnya tidak nyaman. Ia memandangi Lamanda dan Raskal bergantian,  mereka masih bungkam. Keadaan kelas pun masih sama, masih hening seperti saat mereka masuk kelas usai keributan di kantin tadi. Meskipun tidak bisa dipungkiri,  beberapa murid rese membicarakan dan menggunjing di belakang.  Arsya berdecih dan sudah hendak melabrak gerombolan di depan kelas ketika tiba-tiba hal lain melintas di pikirannya. Ia sontak berdiri ketika sadar akan sesuatu..

Kaila.

Arsya ingat jika Kaila kembali ke kantin untuk membeli minuman tadi. Dan sejak beberapa menit yang lalu gadis itu masih tidak mucul. Ia khawatir jika temannya itu dijadikan pelampiasan lagi oleh mereka. Apalagi Kaila bukan termasuk cewek yang bisa ngelawan ketika tanpa teman. Arsya berdiri membuat Lamanda mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Gue nyusul Kaila dulu ya Lam,"

Saat Lamanda mengangguk,  Arsya bergegas keluar kelas setelah sebelumnya menendang meja tempat gerombolan murid yang diincarnya tadi.

Di sisi lain, Raskal yang tidak begitu suka keheningan memilih menendang-nendang kaki Lamanda,  ia iseng dan menarik perhatian gadis itu agar tidak kembali memikirkan kejadian tadi. Mumpung nggak ada Arsya, lagian kalau ada Arsya nggak asik. Ia nggak bisa melakukan hal yang aneh-aneh buat mengganggu Lamanda.

"Lam, BH lo kelihatan tuh,  warna item," kata Raskal sambil tersenyum jahil. "Gue normal ya, jadi  jangan salahin gue kalau misalnya nanti gue ngelakuin hal yang 'iya-iya' ke lo," lanjutnya

Lamanda bergeming lalu meraih jaketnya yang disampirkan di kursi lalu menggunakannya sebagai penutup kemejanya yang basah.

Raskal berdengung sebentar lalu bertanya kembali untuk mengalihkan perasaan Lamanda, "Lo shock banget ya, Lam?"

Lamanda menghadap Raskal lalu menggeleng, saat hendak menelungkupkan wajahnya di aras meja ia dikejutkan oleh penampakan mie ayam di hadapannya lengkap dengan jus melon atau alpukat Lamanda tidak mengerti. Ia mendongak dan mendapati Alta berdiri. Lelaki itu kemudian menarik kursi terdekat dan duduk di samping Lamanda, "Gue tahu tadi lo makan sedikit. Sekarang makan dulu, " perintah Alta.

"Sekalipun gue lapar,  gue nggak mau makan dari pemberian lo," kata Lamanda sinis.

Alta menyeringai. "Sayangnya gue nggak suka dibantah."

"Dan gue nggak peduli itu," balas Lamanda. Ia menyingkirkan nampan berisi makanan dan minuman itu ke samping.

"Jangan bikin gue marah,  Lam!"

"Mau lo apa sih, Al?!!"

"Lo lupa sama jawabannya?" tanya Alta. Ia menyeringai lantas berdiri dari duduknya. "Perlu gue jawab ulang di depan mereka semua?"

Napas Lamanda memburu. Berhadapan dengan Alta benar-benar menguras emosi dan tenaganya. "Lo gila!!"

"And you caused it."

Lamanda meraih minuman di depannya dan melemparnya ke lantai membuat seisi kelas terperangah karena gelas itu hampir mengenai kaki Alta. Tapi,  Lamanda tidak sejahat itu,  ia hanya melampiaskan emosinya tadi dan mencoba untuk tidak terlihat takut berhadapan dengan Alta.

"Pergi dan berhenti gangguin gue!!"

Alta segera meraih pergelangan tangan Lamanda yang membuat Lamanda kaget, ia berusaha melepaskan cekalan tangan Alta namun gagal.

"Lepasin gue!!" teriak Lamanda.

"Nggak!!"

Raskal yang melihat itu mengusap wajahnya kasar. Ia jadi greget sendiri dan pengen jambak rambut blonde Alta sampai botak. Why kudu drama gini coba? Bukan tipikal Alta banget. Ia berdiri dan mencoba menahan lengan Lamanda.

"Lepasin,  Al. Lo nggak kasihan tangan Lamanda sampai merah gitu? Udah lah. Selesaiin baik-baik."

Alta menatap tajam Raskal. "Ini urusan gue, jadi singkirin tangan lo."

Raskal berdecak dan melepaskan tangannya. "Lo nggak malu dilihatin mereka? Omongin baik-baik aja elah,  kalau emang nggak bisa dan nggak ketolong ya udah cerai aja. Beres."

Alta tidak menggubris dan menarik Lamanda tapi gadis itu malah berpegangan pada meja. Alta geram dan menarik pinggang Lamanda hingga gadis itu menjerit.

"Alta lepasin!!"

Arsya yang baru saja datang bersama Kaila langsung bergegas dan mencoba menghalangi namun Alta memberi isyarat dengan tangannya untuk tidak ikut campur. Alta mengeratkan pegangannya dan kembali menatap Lamanda. "Ikut gue sebentar."

"Gue nggak mau!" bentak Lamanda. Ia hanya takut jika bersama Alta seperti ini akan membuatnya kembali terkena masalah seperti tadi atau bahkan lebih parah.

"Lo budeg ya Al! Dia bilang gak mau ya gak mau!" Arsya berdiri dan melepaskan cekalan tangan Alta di pergelangan tangan Lamanda. "Berhenti bikin sensasi dengan ngelibatin temen gue!!"

"Lo nggak tahu apa-apa jadi nggak usah ikut campur!! Mending lo urusin hidup lo sendiri!!" bentakan Alta sukses membuat Arsya naik pitam.

"Lo bilang gue nggak tahu apa-apa?! Lo nyadar dong lo itu siapa!! Mentang-mentang popularitas lo melejit di sekolah ini terus lo bikin ulah seenaknya sampai ngelibatin temen gue!  Maksud lo apa?!! Lo kurang puas dikenal mereka semua sampe bikin sensasi segala?! Sampah!!"

"Diem lo!!" bentak Alta yang sontak membuat Arsya bungkam. Tapi sesaat kemudian,  Arsya kembali emosi dan langsung melempar Alta dengan tasnya. Tepat mengenai wajah lelaki itu.

"Pergi nggak lo!!" Arsya mendorong Alta,  bermaksud menyuruh lelaki itu keluar tapi gagal,  terlebih Raskal sudah menahan tangannya.

"Sabar,  Sya. Ya Allah."

"Raskal! Lepasin gue!!!" teriak Arsya.

Meskipun kesal, Raskal tidak menanggapi dan memilih menjauhkan Arsya dengan menarik paksa gadis itu keluar kelas agar masalah Alta dan Lamanda cepat selesai.

Alta menghela napas sejenak kemudian menatap Lamanda. Ia meraih tangan Lamanda dan menariknya keluar meskipun gadis itu memberontak, saat sampai di pintu ia berbalik, "Kai,  mie ayamnya buat lo aja. Sekalian balikin nampannya sama bayar mienya."

Kaila melongo, belum sempat protes Alta sudah menghilang di balik pintu.