webnovel

Alexander Lupo, The Alpha

Ada sebuah kastil tua di tengah kota. Bangunan ini didirikan pada abad pertengahan. Dan setelah hari demi hari, dan tahun demi tahun berlalu. Tidak ada yang peduli lagi. Mereka mengira kastil itu adalah bangunan cagar budaya.

Kastil itu tidak terlihat ditinggalkan; meskipun menyeramkan dan gelap, tidak ada rumput liar yang tinggi, tidak ada lumut, atau dinding yang retak.

Jadi... siapa pemiliknya?

Sebuah mobil dengan lambang spirit of ectasy memasuki kastil. Sepasang pagar besi yang tinggi dan besar membuka dan menutup secara otomatis. Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk utama. Teras rumah dengan batu pualam yang indah menyambut kedatangan sang pemilik.

"Selamat malam, Alpha." Jared, kepala pelayan, membukakan pintu mobil untuk tuannya.

"Selamat malam, Jared," dia menjawab sapaan itu, ia melemparkan jasnya ke arah Jared, dengan sigap pria paruh baya itu menangkapnya.

"Bagaimana pertemuannya, Alpha?" Jared melipat jas hitam di tangannya.

"Seperti biasa, Mereka mendorongku untuk menemukan Lunaku secepat mungkin," dia menyeringai kesal. Memangnya menemukan mate semudah membuka telapak tangan?

"Oh, aku setuju dengan mereka." Jared mengikuti langkah tuannya ke kamar.

Alexander Lupo adalah penguasa kastil ini. Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu adalah seorang alpha, juga Raja para manusia serigala. Dan seorang pengusaha sukses.

Pria ini tidak hanya kaya, tapi dia juga sangat kaya!! Pria ini tidak hanya kuat, tetapi dia juga kuat dan tak terkalahkan. Tidak mengherankan, ia menjadi Raja manusia serigala di usia yang masih begitu muda.

"Apa yang ingin Anda makan, Alpha? Saya akan memberitahu staf dapur memasak untuk makan malam."

"Hmm... steak ribeye, dipanggang dengan kematangan sempurna di atas asap kayu ceri, hanya garam dan merica sebagai bumbu, dan sebotol anggur," kata Alexander sambil melepas kemeja hitamnya. Bentuk garis maskulin terlihat pada tubuhnya yang atletis itu.

Tak heran jika banyak wanita yang mencoba merayunya. Kaya, tampan, pintar, dan kuat. Siapa yang tidak akan menyerah pada karismanya? Sayangnya, werewolf hanya tunduk pada satu pasangan. Dewi Bulan telah mentakdirkan cinta mereka menjadi ikatan yang tidak bisa dipatahkan.

.

.

.

Setelah mandi, Alexander menuruni tangga melingkar ke ruang makan; meja marmer panjang itu tampak begitu kosong. Hanya satu orang yang memenuhi kursi, siapa lagi kalau bukan dia?!

"Silakan menikmati makan malam Anda, Tuanku." Jared membuka penutup makanan. Steak ribeye kelas premium.

Sendok garpu saling beradu, menimbulkan bunyi dentingan dan keritan di piring bundar ketika Alexander mengiris daging. Dia makan dengan tenang, begitu tenang, terlalu tenang. Sampai terasa begitu menekan. Tidak ada suara lain selain suara klik.

"Anda membutuhkan Luna dan membuat selusin bayi serigala, Alpha. Jadi kastil besar ini tidak akan sesepi ini." Jared menghela napas panjang. Pria berusia lima puluh tahun itu menatap tuannya dengan sedih.

"Sepertinya kamu benar-benar ingin segera mati, ya?" Alexander melirik tajam ke Butler-nya.

"Tentu saja tidak, ma... maaf, Tuanku. Saya terlalu banyak bicara. Saya hanya berharap untuk kebahagiaan tuanku," jawabnya.

"Dia benar, Alex." tiba-tiba, suara tenang terdengar. Wanita dengan tongkat berjalan dibantu oleh pelayan wanita masuk ke dalam ruang makan.

"Nenek?" Alexander terkejut dengan kedatangannya.

"Tuanku." Chole, nenek Alexander, membungkuk.

"Tidak, tidak perlu! Aku cucumu." Alexander melarangnya.

"Kamu masih tetap Rajaku, Alphaku, Alex." wanita tua itu tersenyum hangat. Dia menepuk pundak cucunya.

"Huff ... Oke." Alexander hanya bisa menghela nafas dan tersenyum juga. Nenek Chole adalah satu-satunya keluarga Alexander, Ayah dan Ibunya meninggal saat Alexander masih kecil. Chole dibantu Jared mengasuh Alexander. Setelah Alexander tumbuh dewasa dan menjadi seorang Raja, ia memutuskan untuk tinggal menyepi di luar negeri.

"Ada apa, Nek? Hal mendesak apa yang membawamu ke sini?" Alexander menggandengnya ke kursi makan untuk bergabung menikmati makan malam. Nenek Chole tinggal di luar negeri; dia kembali ke kastil dengan tergesa-gesa untuk memperingatkan Alexander tentang penglihatannya.

"Aku melihat visi untuk masa depanmu, Nak. Kamu harus pergi ke museum besok. Kamu harus menunggu di patung alpha pertama dalam pack kita." Dia bergumam tentang ramalan tentang Alexander.

"Siapa, Nenek? Siapa yang harus aku tunggu?" Alexander mengerutkan alisnya karena penasaran.

"Lunamu."

*******

Tolong pilih

Tolong beri komentar anda

Silakan tambahkan ke koleksi Anda

Terima kasih sudah membaca ❤️❤️ Ahay