webnovel

Ace, Kapten Tim Basket

Setelah sekolah berakhir. Eden pergi ke lapangan basket indoor yang terletak di belakang gedung utama. Eden bertolah toleh mencari Arley, teman sekaligus tetangganya. Arley belum terlihat di dalam ruangan.

Eden duduk di kursi penonton untuk menunggu Arley. Dia mengamati latihan pemanasan tim sekolah. Tim basket sekolahnya memang terkenal; mereka sering memenangkan pertandingan. Tak heran, banyak anak-anak dari sekolah lain yang bersedia datang meski hujan lebat mengguyur kota demi melihat permainan mereka.

Di sisi lapangan, ada sekelompok gadis bersorak-sorai sembari mengayunkan pom-pom. Mereka adalah pemandu sorak sekolahan, sedang melatih tarian mereka untuk turnamen ini. Mereka berteriak, bersorak, dan mengatur formasi sambil menari.

[Mereka luar biasa dan cantik. Meski menyebalkan, harus kuakui mereka hebat.] kata Eden dalam hatinya; dia menatap Bianca, Lina, Nina. Tiga gadis ini adalah bagian dari tim pemandu sorak.

Beberapa saat kemudian, Arley menepuk bahu Eden. "Hei, E, apakah kamu sudah siap?"

"Ya." Eden tersenyum pada Arley, gadis berambut pendek dengan tubuh jangkung.

"Oke! Tolong bantu aku untuk mengatur botolnya, tampilannya harus bagus! agar produk kita menarik perhatian, dan mereka akan membeli." Arley mendatangi pramuniaga lain yang tampak sibuk dengan pekerjaannya—menawarkan air isotonik kepada penonton.

Eden memandang mereka; gadis-gadis itu mengenakan pakaian yang sangat seksi. Pakaian olahraga tanpa lengan dan hot pants dengan sepatu kets dan kaus kaki tinggi. Mereka berkeliling menawarkan botol minuman dingin. Membuat Eden merasa minder bila harus melakukan hal yang sama.

"Bolehkah aku menunggu di stand saja? Aku tidak percaya diri memakai pakaian itu." Eden bertanya pada Arley.

"Tidak, E., kamu harus berkeliling dan melakukan hal yang sama. Ini kostummu. Ganti baju, cuci muka dan pakai make-up! Kamu terlihat berantakan, E!" Arley memberikan pouch berisi alat make up miliknya pada Eden. Ia mendorong bahu Eden agar gadis itu segera bersiap. Pertandingan akan di mulai sebentar lagi.

[Oh … Astaga!] Eden tidak punya pilihan. Dia bergegas ke kamar kecil untuk mengganti seragamnya menjadi kostum seperti Seles Girls lainnya.

Eden merasa tidak nyaman dengan kostumnya, tetapi jika dia ingin menghasilkan uang, dia harus memakai pakaian ini, berkeliling, dan menjual produknya kepada penonton.

.

.

.

Tak lama Eden telah kembali dari toilet. Mengenakan kostum yang sama dengan yang lain.

"Wow, kamu terihat sangat imut, E. Kukira bukan kamu," puji Arley. Eden tampil beda dengan kostum dan riasan sederhana itu.

"Haha... jangan mengejekku!" Eden tersenyum tipis.

"Oke! sekarang pergi ke sana dan jual sebanyak yang kamu bisa! Bonus dihitung dari berapa banyak botol yang bisa kamu jual. Jadi semangatlah!!" Arley menyerahkan sebuah kotak penuh botol ke tangan Eden.

"Aduh, berat!" Eden menghela nafas.

Eden berkeliling tribun penonton untuk menjual minuman. Dia harus tersenyum dan bersikap baik, dengan begitu akan ada banyak orang akan membeli dan mengurangi beban di pundaknya.

"Minuman dingin! Isotonik! Dua hanya satu dolar." Eden berteriak saat dia menawarkan dagangan.

.

.

.

Setelah penampilan pemandu sorak selesai, pertandingan dimulai. Dua tim datang ke lapangan, semua orang langsung berteriak histeris. Semua penonton bersorak; teriak mereka untuk memberikan dukungan kepada tim juaranya masing-masing.

Tim Merah dari sekolah Eden dan Tim Biru dari sekolah lawan. Mereka saling menatap, menunggu wasit meniup peluit tanda dimulainya pertandingan.

Eden juga berhenti berjalan dan berbalik untuk menonton pertandingan final bola basket. Eden tidak tertarik dengan permainan itu, dia hanya tertarik pada seorang pemuda yang berlari di sepanjang lapangan sambil menggiring bola.

Ace, sesuai dengan namanya dia adalah kartu as tim sekolah. Tampan, cerdas, dan unggul dalam segala hal. Eden menyukai Ace; dia mengidolakannya.

"Hei, Nona!! Aku mau!" Suara pembeli membuyarkan Eden dari lamunannya. Dia membawa gadis itu kembali ke dunia nyata.

"Ah... ya, ini. Terima kasih." Eden menundukkan kepalanya sedikit sebagai rasa terima kasih.

Eden kembali berputar untuk menjajakan minuman dingin. Sementara pertandingan terus bergulir.

Pertandingan itu epik. Tim lawan berusaha mengejar skor, seri. Di detik-detik terakhir, Ace dengan cekatan menggiring bola dan melakukan lay-up shoot. Bola masuk, Ace mendapatkan nilai tambahan untuk tim merah—kemenangan untuk sekolah mereka.

"YEEEAAAHH!!" semua orang berteriak, senang atas kemenangan mereka.

"Yes…!" Eden tanpa sadar ikut bersorak gembira.

Dari kejauhan, Eden bisa melihat wajah tampan Ace berseri-seri bahagia. Semua teman mengelilinginya, mengangkat Ace, dan melemparkannya ke udara. Mereka berhasil memenangkan pertandingan karena tembakan terakhir dari Ace.

[Syukurlah.] Eden hendak pergi, ketika dia berbalik, dia menabrak Bianca.

"Wah wah ... hei ... lihat siapa ini?" Bianca tertawa, melihat Eden dalam pakaian seksi sambil berjalan-jalan menjual minuman.

"Jangan ganggu aku, Bianca! Biarkan aku bekerja dengan tenang." Pinta Eden.

"Lihat, si Miskin berani melawan." Lina mendorong bahu Eden.

"Berapa harganya?? Ini aku beli!"

"Satu dolar untuk dua botol," jawab Eden singkat.

"Oke, kita beli!!" Bianca memberikan botol kepada teman-temannya. Mereka membuka tutup botol dan segera menuangkan air ke kepala Eden.

"Ugh!" Eden terkesiap saat air membanjiri tubuhnya.

Eden merasa kedinginan saat cairan itu menyentuh kulitnya. Lekukan tubuhnya juga jadi terlihat karena dia basah.

"Jangan jadi sok pahlawan, gadis miskin!" Bianca menegurnya. Lina dan Nina tertawa, mereka mengabadikannya dalam bentuk foto dan membagikannya di jejaring sosial.

"Hey!! Apa yang kalian lakukan?" Suara Ace terdengar, membuat Eden tersentak. Mereka semua menoleh, Ace berlari dari tengah lapangan ke tempat mereka berdiri.

"Ace...kami hanya..." Bianca terdiam, tak bisa beralasan karena bukti di depan mata.

"Kalian sangat keterlaluan!" Ace melepas handuk yang tergantung di bahunya untuk menutupi tubuh Eden yang gemetaran. Mereka bertiga meninggalkan Eden karena takut dengan tatapan tajam Ace.

"Eh??" Eden bingung, apa dia baru saja mendapat perlakuan manis dari Ace?

"Cepat ganti baju, nanti kamu masuk angin!" Ace menoleh ke Eden. Lidah Eden mati rasa, dia hanya bisa menunduk saat Ace pergi dari sisinya.

[Aduh, bodohnya aku!! Aku seharusnya berterima kasih padanya.] Eden kecewa pada dirinya sendiri. Dia hanya bisa menatap punggung Ace saat dia berjalan pergi. Mudah merasa minder membuat Eden tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik.

Eden menutupi dirinya dengan handuk yang diberikan Ace padanya. Ace benar-benar tipe 'ONE GUY' dalam imajinasinya ketika dia mendengarkan lagu One Time —oleh Justine Beiber. Meski susah dan nyaris mustahil, hati Eden tetap berharap bisa menjadi 'ONE GIRL' bagi Ace juga.

********

Kalian bagaimana?? Sudah punya One Guy belum?? Hihihi ❤️❤️

Tolong pilih

Tolong beri komentar anda

Silakan tambahkan ke koleksi Anda

Terima kasih ❤️