webnovel

Berangkat Ke Sumatra

Empat hari menjelang keberangkatan, Mbak Widiya mencoba menanyakan kembali perihal ajakannya tempo hari ke Mas Rohman dan Mbak Ni'ma.

"Gimana dek, jadi mau apa tidak kamu ikut ke Sumatra sama kami,.?" Tanya Mbak Widiya.

"Kalau Cuma aku yang berangkat tidak jadi masalah Mbak, tapi kalau sama anak dan istriku uang kami kurang rasanya untuk beli tiket dan biaya di perjalanan nanti." Jawab Mas Rohman.

"Wes, Kamu gak usah mikirin itu, biar kami yang nanggung semua kebutuhan kalian berdua, paling ndak ngabisin lima juta." Pamer Mbak Widiya ke Mas Rohman.

"Iya mbak,tapi...?''Jawab Mas Rohman dengan penuh tanda tanya dan keraguan di dalam hatinya.

"Tapi apa..?!, wes to gampang-gampang, penting manut aku nggak usah banyak mikir. Ini kesempatan lo, kamu bisa lihat sendiri to Mbak mu sama Mas mu ini.?!" Tanya Mbak Widiya dengan meyakinkan Mas Rohman, sambil memamerkan tanda kesuksesan pada dirinya.

"Aku tak ngomong dulu sama simbok, dan mas-masku dulu." Jawab Mas Rohman.

"Iyo, tapi kemarin aku wes ngomong-ngomong sama Mbokmu dan yang lain, mereka sangat setuju lo Dik." Sahut Mas Hari dalam menanggapi Mas Rohman.

Setelah mendapat tawaran dari Mas Hari dan Mbak Widiya, Mas Rohman-pun mencoba berunding dengan sang Istri beserta seluruh keluarganya baik itu dari pihak keluarga Mas Rohman dan juga dari keluarga Mbak Ni`ma sambil minta do`a restu bila di perbolehkan jadi berangkat. Keluarga merekapun sangat mendukung rencana keberangkatan mereka, karena melihat kesopanan, keramahan, dan kedermawanan yang di tunjukkan oleh Mbak Widiya dan Mas Hari, juga melihat cara berpakaian sekaligus perhiasan yang di kenakan Mas Hari dan Mbak Widiya, mencerminkan bahwa mereka orang kaya yang berpendidikan dan berhasil mengangkat ekonomi keluarga mereka di Sumatra. Keluarga Mas Rohman tidak menaruh rasa curiga sedikitpun kepada Mbak Widiya dan Mas Hari, yang mereka tahu Mbak Widiya dan Mas Hari adalah orang yang sangat baik.

Sebenarnya Mas Rohman dan Istrinya tidak mempunyai banyak simpanan uang, namun karena dukungan keluarga serta harapan merubah ekonomi yang lebih baik, Mas Rohman-pun menyetujui ajakan Mbak Widiya dan Mas Hari. Tiket Bus pun Sudah di pesan oleh Mbak Widiya dan juga untuk Mas Rohman beserta Istrinya.

Pepatah jawa mengatakan "Jerune kedung keno di jajaki, Jerune ati sopo seng ngerti?!" "dalamnya lautan bisa di ukur tapi dalam hati manusia siapa yang tahu", tak semua yang berkilau itu berlian, Mas Rohman dan Mbak Ni'ma tak menyadari semua hal itu.

Malam terakhir sebelum keberangkatan, semua berkumpul di rumah Mas Rohman. Ada kebiasaan unik adat kampung di Desa Mas Rohman, bila ada salah satu keluarga akan bepergian jauh dengan waktu yang lama, maka seluruh keluarga akan berkumpul di rumah keluarga yang akan bepergian dan melakukan mele'an, yaitu tidak tidur hingga larut malam. Mas Rohman dengan Istrinya mengemas apa saja keperluan yang akan di bawa, suasana di rumah itu ramai canda tawa bersama keluarga.

Keesokan harinya mereka semua berangkat, di iringi isak tangis seluruh keluarga. Seolah-olah tak akan bertemu kembali, Keluarga Mas Rohman bergantian memeluk dan menasihati Mas Rohman agar menjaga anak Istrinya dan juga nasihat yang lainnya. Jarak Terminal Bus dengan rumah Mas Rohman cukup jauh, mereka diantar mobil milik Pak Bani. Sesampainya di Terminal, tiket yang katanya akan di tanggung oleh Mbak Widiya ternyata tidak di belikan.

"Maaf Dik, Mas mau ngomong sebentar sama kamu bisa?" Tanya mas Heri ke Mas Rohman.

"Bisa Mas, ada apa ya ?" Jawab Mas Rohman dengan penuh tanda tanya.

"Gini lo Dik, kamu tahu to Aku dan Mbak yu mu baru saja mengantar mondok anak kami. Jadi uang Mas sudah nipis, kamu bawa uang kan?," Penjelasan sekaligus pertanyaan Mas Heri ke Mas Rohman".

"Bawa Mas, ini uang simpanan kami, tidak banyak tapi insyaallah cukup untuk bekal perjalanan nanti." Terang Mas Rohman.

"Gini, Mas pinjam dulu uang kamu gak papa kan Dek? untuk bayar tiket kamu sama Istrimu, nanti sampai di rumah Mas ganti." Tanya Mas Hari.

"Iya Mas gak papa, berapa Mas harga tiketnya?" Jawab Mas Rohman sambil mengeluarkan dompetnya.

"Uang kamu ada berapa banyak?" Tanya Mas Hari lagi dan tidak menjawab pertanyaan Mas Rohman.

"Satu juta Mas, Cuma itu uang yang kami miliki." Jawab Mas Rohman.

"Nah gini saja, kita jadikan satu saja uang kamu sama uangku nanti biar cukup untuk bayar tiket dan makan selama perjalanan." Bujuk Mas Hari kepada Mas Rohman.

"Iya Mas gak papa itung-itung nitip sangu." Jawab Mas Rohman tanpa rasa curiga, sambil menyerahkan uangnya ke Mas Hari.

Karena anak Mas Rohman masih belia jadi tidak di kenakan tarif tiket Bus.

Perjalanan dari Jawa Timur ke Sumatra di tempuh Tiga hari Dua malam. Sepanjang perjalanan mulai timbul rasa kecurigaan dalam benak hati Mas Rohman dan Mbak Ni'ma. Kecurigaan itu mulai terasa setelah Bus yang di naiki Mereka menyebrang memasuki pulau Sumatra. Saat Bus yang di naiki mereka berhenti di salah satu Rumah Makan guna mengistirahatkan Armada dan seluruh penumpang. Ketika itu Mas Hari tidak mengajak Mas Rohman dan anak Istrinya masuk ke dalam Rumah Makan justru hanya membeli nasi 3 bungkus namun yang di berikan ke Mas Rohman hanya 1 bungkus.

"Nih jatah makan kamu." Ucap Mas Hari dengan menyerahkan 1 bungkus nasi ke Mas Rohman.

"Kok cuma sebungkus Mas? anak Istriku makan apa nanti?!" Tanya Mas Rohman ke Mas Hari.

"Kamu tuh sudah di kasih gak terima kasih malah protes.!!" Jawab Mas Hari dengan nada agak tinggi.

"Uang kamu itu sudah habis buat bayar tiket sama biaya makan dari Jawa Timur sampai Pelabuhan Merak.! bersyukurlah kamu itu masih aku kasih makan." Lanjut keterangan dari Mas Hari.

Sambil menahan amarah Mas Rohman meninggalkan Mas Hari dan membawa satu bungkus nasi tadi untuk di makan anak dan istrinya.

"Loh Yah, kok cuma satu bungkus nasinya, apa cukup ini..?! Tanya mbak Ni`ma ke Mas Rohman.

'Ayah' panggilan Mbak Ni'ma ke Mas Rohman.

"Lha iyo, wes gini wae, kamu makan dulu sama Adik.'' Kata Mas Rohman.

'Adik' panggilan Mas Rohman untuk anaknya.

"Katanya biaya semua di tanggung Mas Hari, kok gini jadinya? Tahu begini kita gak usah ikut Yah." Sahut Mbak Ni`ma.

"Lha terus mau gimana lagi bu',? sabar dulu, kita sudah di tengah perjalanan, mundur salah maju kita belum tahu, wes kita ikuti wae sampai di rumah Mas hari. Kalau sudah sampai baru kita tanyakan ke Dia." Jawab Mas Rohman sambil menenangkan Mbak Ni`ma.

Ibu' panggilan Mas Rohman ke Istrinya.

Akhirnya dengan penuh kesabaran dan perasaan campur aduk Mas Rohman dan Mbak Ni'ma memakan nasi yang hanya 1 bungkus tadi mereka bagi untuk bertiga dengan anaknya. Begitulah seterusnya sampai mereka tiba di rumah Mas Hari dan Mbak Widiya. Saat masih di perjalanan tepatnya di kota Lampung, ketika itu anak Mas Rohman di pangku olehnya. Jalanan yang begitu sepi tiba-tiba terdengar suara keras yang mengejutkan semua penumpang. "PPRRAAANGNGNG.....!!!!" Bus yang mereka naiki di lempar batu oleh orang yang tidak bertanggung jawab, kaca Bus sebelah depan pecah dan pecahan kacanya mengenai kepala Mas Rohman dan anaknya, darah mengucur dari kepala Mas Rohman sedangkan anaknya terkena serpihan kaca pada mukanya. Bus tidak berhenti justru di gas lebih cepat, karena sopir takut itu perampok yang akan menyatroni semua penumpang, dengan alasan keselamatan sopir Bus terus melaju meninggalkan tempat kejadian dan akhirnya berhenti di depan Rumah sakit . Semua kru Bus dengan cepat dan sigap membantu Mas Rohman dan membawa Anaknya masuk ke rumah sakit, alhamdulillah semua cepat di tangani dan tidak ada luka yang serius. Armada Bus-pun di ganti, seluruh penumpang memindahkan barang bawaannya ke dalam garasi Bus yang baru datang. Setelah beristirahat dan pengecekan penumpang, Bus-pun melanjutkan perjalanan.

"Hhuuffftt...." Mas Rohman menghela nafas panjang. "ada firasat apa ini." Gumam Mas Rohman.

"Apa yah,?" Tanya Mbak Ni`ma.

"Rasanya aku pernah mengalami kejadian seperti ini. Dulu pas aku beli sepeda motor baru, pas tak reyen eee motorku di lempar batu sama wong edan. Selang beberapa hari motor yang baru sebulan, di gondol maling." Jawab Mas Rohman

"Jangan-jangan kita nanti sampai di sana senasip motormu Yah." Tanya Mbak Ni`ma.

"Nanti kamu hilang di bawa wong edan gitu,?" Canda Mas Rohman ke Mbak Ni`ma

"Kamu ini yah bisa wae." Jawab Mbak Ni'ma.

"Wes tenang wae, hari kemarin merupakan sejarah, hari ini adalah anugerah dan hari esok masih rahasia illahi jadi kita syukuri dengan hati yang sabar." Ucap Mas Rohman menenangkan hati Mbak Ni`ma.

Bus melanjutkan perjalanan dan setiap kali Bus berhenti di rumah makan, Mas Rohman selalu di berikan nasi bungkus oleh Mas Hari dan hanya 1 bungkus untuk mereka makan bertiga. Untungnya Mbak Ni`ma masih punya simpanan uang yang di bawanya untuk berjaga-jaga, akhirnya uang itu di gunakan untuk membelikan jajan anak mereka. Mas Rohman sendiri dengan menahan rasa lapar mengatakan bahwa dia sudah kenyang, bermaksud agar nasi yang hanya satu bungkus tadi di makan oleh Istri dan anaknya. Ibaratnya yang kelaparan cukup satu orang saja, istri dan anaknya jangan sampai merasakan kelaparan. Perjalanan mereka-pun berakhir dan sampailah di terminal Jambi.