webnovel

|Alfa dan Omega| part 2

"Squila, Vanya aku ada tebakan nih. Hewan, hewan apa yang kakinya empat, tanduknya dua, namanya Kambing, suaranya embek?" ujar Bela tanpa ada jeda di setiap kalimatnya sehingga si pendengar hanya bisa terdiam sambil mengerjakan matanya sambil membentuk mulut seperti berkata, "o" sementara si penutur sedang senyum-senyum dan menaikkan alisnya.

Saat ini ketiganya tengah bersantai ria di kediaman Vanya. Tidak, lebih tepatnya di kamar biru muda dengan gambar Doraemon di setiap dingdingnya.

Bersantai ria seperti ini memang sangat sering di lakukan ketiganya. Terutama di saat-saat menjelang hari kemerdekaan seperti ini.

Terlebih lagi saat sekolah mereka sedang mengadakan pembelajaran jarak jauh. Ketiganya selalu berada di ruangan berukuran sedang dengan jendela yang mengarah pada kolam renang. 

Sadar akan keterkejutannya, Vanya segera membenarkan cara duduknya dan menatap lekat terhadap Bela, "ya ampun Bela, apa kamu harus berbicara secepat itu. Hm?" ujarnya sembari mengambil handphonenya yang tergeletak di dekat Squila.

"Tidak, hanya saja cara mengatakannya memang harus secepat itu. Kalian tahu, berada di kamar ini sepanjang hari membuatku semakin bosan. Ini hal yang sangat langka menurutku," ujarnya dan mendapat anggukan dari Vanya.

"huft," 

Ketiganya membaringkan diri di kasur besar itu. Semenjak adanya kegiatan belajar jarak jauh, ketiganya memang berdiam diri di kamar ini.

Kamar ini sudah menjadi semacam basecamp bagi mereka. Dan si empunya rumah juga sepertinya tidak keberatan akan hal itu.

"Memang jawabannya apa Bela?" tanya Squila sambil memandang wajah Bela. Posisinya Squila berada di tengah, Vanya sebelah kanan dan Bela di sebelah kiri.

"Entahlah aku hanya membaca soalnya saja, dan bahkan soalnya itu juga sebagian aku karang karena lupa," jawab Bela dan di akhiri dengan suara tawa yang kecil.

Vanya dan Squila yang mendengar itu hanya terdiam kemudian,  "Bela jangan kebiasaan deh," ujar keduanya secara bersamaan.

Tapi keduanya tetap memaklumi hal itu karena Bela bukan orang yang gemar membaca. Setidaknya ia menyukai game online.

Sementara Bela yang menyukai game online, Vanya dan Squila lebih gemar membaca daripada bermain game.

Tapi ketiganya memiliki kesamaan yang cukup mencolok. Sama-sama online. Ya, baik Squila, Vanya maupun Bela, mereka sama-sama menggunakan handphone untuk membaca dan bermain.

Wattpad. Ya itulah aplikasi yang selalu di buka oleh Vanya dan Squila. Namun Vanya akan mengetik kata demi kata, kemudian Squila yang membuka perpustakaan kemudian membaca semua cerita yang ada di dalamnya.

Squila sendiri menyukai cerita bergenre Fantasi yang berlatar belakang sekolah. Semacam sekolah academy, sekolah sihir dan sekolah lainnya semua ia baca sampai ke akar-akarnya.

"Squila, perpustakaan aku tampilannya kenapa beda ya?" ujar Vanya saat ia sudah menggenggam benda persegi panjang itu. 

Sementara Squila hanya menatap bingung  karena penuturan Vanya barusan. Berubah? Maksudnya berubah seperti apa?

"Berubahnya mirip Ultraman atau Power ranger Van? Kok aku ga tahu?" tanya Squila dan di respon dengan suara tawa oleh Bela.

Pasalnya sifat Squila memang seperti itu. Harus ada bukti yang memperkuat perkataan Vanya. Jika tidak ya seperti ini. Badannya saja yang tinggi, namun otaknya masih sepolos bayi. Tapi jangan anggap remeh pada kepintarannya.

"Mending kamu lihat sendiri deh Squila, kamu kan punya aplikasinya juga," ujar Vanya sambil merutuki dirinya sendiri yang bertanya pada Squila.

Beruntung Squila adalah sahabatnya, jika tidak sudah lama Vanya ingin menjambak rambut hitam yang tergerai itu.

Aish, memikirkannya saja sudah membuat Vanya gemas sendiri. Tapi ia juga tidak tega untuk menjambak rambut indah itu.

Di antara ketiganya, Squila lah orang Indonesia asli namun lahir di negara Berat.

Tidak lebih tepatnya Squila lahir di Jerman ketika Ayah dan Bundanya sedang ada tugas di negara itu.

Sementara Vanya, dia campuran dari negara barat dan negara timur. Ayahnya dari Inggris dan Ibunya dari Arab. Namun ia belum pernah sama sekali menginjak tanah di Inggris ataupun Arab. Hm, mungkin ini karena kesibukan sang Ayah selama tinggal di Indonesia.

Sementara Bela, dia orang campuran dari Belanda-Indonesia. Dan ia nampaknya lebih beruntung dari Vanya dan Squila karena ia sudah menginjak tanah lahir kedua orang tuanya.

"Hm, di update lagi ya?" keluh Squila setelah melihat isi wattpadnya. Hanya dapat membaca dua buku itu sungguh sangat tidak baik. Mengingat ia akan selalu membaca di waktu senggang.

Ia belum lihai dalam membuat cerita. Jadi untuk saat seperti ini ia lebih suka membaca. Setidaknya wawasannya bertambah setelah membaca satu atau dua cerita. Ya, seperti itulah harapannya.

"Tapi cerita kamu kenapa belum pernah di update lagi Vanya?" tanya Squila sementara Bela hanya mendengar sambil memainkan game online miliknya. Ikut bergabung dalam percakapan Vanya dan Squila akan membuatnya pusing karena tidak tahu apa yang sedang mereka bahas.

"Lagi belum punya ide," jawab Vanya tanpa menatap lawan bicaranya. Ck, sangat tidak sopan.

Sementara Bela menaikkan satu alisnya bingung. Ada apa ini? Seorang Vanya kehabisan ide? Sungguh ini suatu kejadian langka, "Mending kamu masuk kamar mandi terus berendam atau apa pun itu. Kalo perlu berendamnya pake air dingin biar otak kamu balik lagi," ujar Bela di akhiri tawa kecil olehnya.

Menurut buku yang pernah di baca oleh Bela, inspirasi bisa datang kapan saja dan dimana saja tanpa memandang tempat dan waktu. Ya seperti itulah beberapa artikel yang pernah ia baca. Dan menurutnya itu sedikit masuk akal. Sedikit, dan itu sedikit.

"Emang kamu pernah dapat ide di kamar mandi?" tanya Squila balik. Sepertinya Squila memiliki bakat menjadi reporter sekarang. Tidak bukan sekarang, bahkan sedari dulu ia selaku bertanya ini itu jika ia tidak mengerti. Dan jangan salahkan Bela yang ikutan gemas pada manusia imut ini. Sepertinya Squila memang menjadi salah satu alasannya untuk bersemangat.

Lagian di antara mereka bertiga Squila adalah orang yang paling muda dan Vanya adalah orang yang paling tua. Jadi Squila memang harus di jaga agar terhindar dari  orang-orang yang ingin memanfaatkannya.

Squila itu aset berharga di sekolahnya. Sma Darmawan.

Squila menduduki peringkat pertama di tiga semester berturut-turut mengalahkan seniornya. Bayangkan saja mendapat peringkat pertama dari 910 siswa jurusan Ipa di sekolahnya dan mendapat peringkat dua dengan nilai yang sangat tinggi dari semua siswa Ipa dan Ips.

Bayangkan saja jika semua jumlah murid Ipa dan Ips di satukan. Maka ada kurang lebih 1.820 siswa dan Squila menduduki posisi ke dua. Itu sangat luar biasa untuk di banggakan.

Tapi seperti inilah Squila yang imut itu. Ia terlalu fokus belajar sampai-sampai melewatkan kejadian menabjubkan di sekolahnya.

Terkadang Vanya bingung kenapa ia dapat dengan mudah berteman dengan gadis polos yang satu ini. Secara baik dirinya maupun Bela sama-sama memiliki sifat yang jauh berbeda dengannya.

"Hubungan kamu sama Arga gimana Van?" tanya Bela di sela-sela kesibukannya.

Vaya yang mendengar itu sedikit terkejut kemudian mengatur kembali ekspresi wajahnya agar tidak terlihat panik, "ga papa, aku sama dia ga ada hubungan apa-apa," elak Vanya dengan santai.

Squila yang mendengar percakapan keduanya hanya diam tidak bersuara. Squila memang tidak tahu jika Vanya dan Arga berhubungan. Bahkan ia tidak tahu hubungan apa yang di maksud.

"Kamu sama Kak Arga ada hubungan apa? Kalian kan enggak satu keluarga," ujar Squila dan berhasil mendapat dua pasang mata yang menatap tajam padanya.

"Squila, kamu kemana aja?" geram Bela. Alhasil Squila menjadi semakin bingung. Jelas-jelas seharian ini dia bersama dengan Vanya dan Bela.

"Kan seharian ini aku sama kalian, emang aku kemana?"

Jawaban dari Squila membuat Bela semakin gemas pada gadis mungil ini.

Bagaimana mungkin Squila sepolos dan selugu ini?

Aish, Vanya hanya geleng-geleng kepala karenanya, "aku sama Arga enggak ada hubungan apa-apa Squila, tadi Bela latihan Drama aja," ujar Vanya pada akhirnya.

Squila hanya mengangguk. Dan itu membuat Vanya dan Bela sedikit tenang karena terbebas dari pertanyaan Squila.

Sebenarnya bisa saja mereka memberitahu Squila apa maksud dari pertanyaan Bela itu. Tapi mereka tidak ingin pikiran Squila menjadi liar seperti orang-orang. Itu permintaan Kakek dan Nenek Squila.

"Tapikan pelajaran Drama masih lama, semester depan," ujar Squila.

Damn it,

Vanya lupa pada pernyataan itu. Dan Bela sudah memijat jidat nya karena tidak tahu lagi harus berkata apa.

"Kok pada diam sih," keluh Squila karena tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya.

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏