Hamba-hamba Allah yang saleh artinya yang dimuliakan oleh Allah s.w.t. dengan nikmat makrifat terhadap Allah s.w.t. macam-macam kelebihannya kemuliaannya. Seperti yang disebutkan oleh yang mulia Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary dalam rumusan Kalam Hikmahnya yang ke-68 sebagai berikut:
"Sebagian manusia yang telah dipilih mereka itu oleh Allah s.w.t. untuk berkhidmat kepadaNya, dan sebagian manusia yang telah ditentukan mereka itu oleh Allah dalam mencintaiNya. Kepada masing-masing, orang-orang ini dan orang-orang itu Kami berikan bantuan dari pemberian Tuhanmu dan pemberian Tuhanmu itu tiada terbatas."
Kalam Hikmah ini memberikan pengertian kepada kita sebagai berikut:
I. Allah s.w.t. berhak memilih dan menentukan segala sesuatu menurut kehendakNya dan menurut iradahNya, dan segala-galanya itu tidak ada hak bagi kita buat bertanya: Kenapa demikian kehendak Allah dan ketentuanNya?
Tetapi hikmah-hikmahNyalah yang dapat difahami dan ditanggapi oleh manusia. Demikian pulalah jika kita melihat kepada seluruh manusia selaku hamba-hamba Allah s.w.t., dalam garis besamya dapat kita ketahui, bahwa mereka itu terbagi kepada dua macam manusia yang setiap bagiannya mempunyai nilai khusus dan kemuliaan yang khusus pula. Mereka itu adalah:
1. Bagian manusia yang telah dipilih oleh Allah s.w.t. untuk berkhidmat kepadaNya, beramal ibadat dan taat kepada segala peraturanNya. Karena itu maka patutlah mereka mendapatkan kurnia bahagia di hari akhirat, yaitu syurga sebagai anugerah Allah s.w.t. Yang termasuk dalam golongan ini ialah hamba-hamba Allah yang telah berpredikat menurut ketentuan Allah, dan disebut Az-Zahidun (para Zahid) dan Al-'Abidun (para 'Abid).
Disebut Az-Zahidun, sebab kegemaran dan kesukaan mereka sudah berpindah dari dunia ke akhirat. Mereka tidak gembira lagi dengan datangnya nikmat duniawiah dan mereka tidak pula sedih atau mcnyesal jika nikmat dunia itu tidak datang atau lepas dari mereka. Keadaan terse but sesuai dengan anjuran Allah s.w.t.:
"Supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang lepas dari tanganmu, dan tiada bangsa terhadap apa yang diberikan Tuhan kepadamu, dan Allah tiada mencintai setiap orang yang sombong, lagi yang membanggakan diri." (Al-Hadid: 23)
Itulah orang-orang yang zuhud, yang lari dari makhluk, yakni menganggap kecil sekalian makhluk, tetapi menganggap besar Allah s.w.t. dengan nikmat-nikmatNya yang abadi dan hakiki. Dengan perasaan yang demikianlah, bulat pcrhatiannya kepada Allah s.w.t. dengan istiqamah, sabar, tekun dan yakin yang sempurna dalam mematuhi peraturan-peraturan Allah s.w.t.
Maka demikian pulalah dengan hamba-hamba Allah yang termasuk dalam Al-'Ibaad, mereka pun dalam mengerjakan taat dan menjauhkan maksiat adalah demi untuk sampai kepada maksud dan cita-cita, yaitu dekat dengan Allah s.w.t. Mereka telah menjadi putera-putera akhirat dan bukan putera-putera dunia. Sebab mereka telah dapat menjauhkan diri mereka dari kekuasaan hawa nafsu dan pengaruh panjang angan-angan.
Berkata Saiyidina Ali bin Abu Thalib r.a.: "Sesungguhnya yang paling aku takuti ialah mengikut hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikut hawa nafsu dapat menghambat yang hak dan kebenaran; dan adapun panjang angan-angan dapat melupakan seseorang itu ke negeri akhirat. Ketahuilah, bahwasanya duma terus berjalan membelakangkan dirinya.
Ketahuilah sesungguhnya akhirat terus berjalan datang menghadap. Dan bagi tiap-tiap dari keduanya mempunyai putera-putera. Jadilah kamu dari putera-putera akhirat dan jangan jadi kamu dari putera-putera dunia. Karena bahwasanya hari ini untuk amal dan bukan hari pembalasan. Dan besok hari pembalasan dan bukan hari amal.
Demikian gambaran hamba Allah yang sebenarnya, yang taqwanya kepada Allah s.w.t. telah sedemikian rupa.
II. Sebagian hamba Allah yang telah ditentukan oleh Allah s.w.t. semata-mata mencintaiNya. Cinta dalam arti telah putus hubungannya dengan dunia, yakni telah keluar dari hatinya cinta kepada selain Allah s.w.t. Cintanya kepada Allah dari seluruh hatinya dan ini tidak mungkin jika hatinya masih terikat dan tertambat kepada selain Allah s.w.t. Bagi orang yang beginilah ditempatkan sabda Rasulullah s.a.w.:
"Bahwa dunia itu tahanan bagi orang mukmin, tetapi syurga bagi orang kafir."
Dalam bagian ini kita dapati manusia-manusia yang disebut dengan Al-'Aarifun dan Al-Ulama.
Al-'Aarifun adalah hamba-hamba Allah yang saleh yang mereka itu melihat Allah dalam segala-galanya. Sebab menurut kata Abu Yazid r.a., salah seorang ahli tasawuf yang besar, bahwa Allah s.w.t. telah memperlihatkan hakikat DzatNya dan sifatNya atas sekalian hati wali-waliNya. Cuma sebagian dari mereka ada yang terus dapat memikul nilai makrifat yang tinggi kepada Allah, maka jadilah mereka termasuk "Al-'Aarifun". Ada pula yang belum patut memikul nilai yang demikian, maka kesanggupan mereka tidak lebih dari semata-mata ibadat yang terarah karena Allah s.w.t. Demikianlah maksud perkataan Abu Yazid r.a.
Ketahuilah pula bahwasanya para ulama yang betul-betul mempunyai ilmu pengetahuan yang banyak dan mendalam serta mengamalkan ilmunya, mereka termasuk dalam hamba-hamba Allah yang ditentukan oleh Allah untuk mencintaiNya, sehingga hampir mereka kepada Allah dan masuklah mereka dalam golongan orang-orang yang dekat kepada Allah seperti para Nabi dan aulia-aulia yang salihin.