webnovel

BAB 1

"Sil, ada panggilan nih dari bang Burhan."

Aku yang sedari tadi pagi hanya uring-uringan di kamar akhirnya di panggil mba Lia.

"Jam berapa? Dimana katanya mba?"

"Di hotel mawar, sekarang."

"Okeh, aku siap-siap dulu."

Bergegas aku kekamar mandi, berhubung aku sudah mandi pagi tadi jadi tinggal mencuci muka dan sikat gigi, lanjut memoles wajahku dengan make up tak lupa menyemprotkan parfum di seluruh pakaian yang ku kenakan agar bang Burhan mabuk akan wanginya.

Oh, iya perkenalkan namaku Sariatun imur tujuh belas tahun, tapi sekarang di ganti oleh mba Lia dengan nama Sisil biar lebih bagus katanya.

Aku bekerja jadi wanita panggilan, dirumah mba Lia adalah tempat aku tinggal dan beberapa teman seprofesi lainya.

Disini tepatnya rumah mba Lia ada empat wanita termasuk aku, mba Lia sebagai mucikari yang mencarikan lelaki hidung belang untuk kami.

Jam sudah menunjukan pukul lima sore, aku memasuki area hotel setelah mba Lia mengantarku dan langsung menuju kamar 23 tepat bang Burhan.

Tok..tok..

Pintu dibuka oleh pria berumur lima puluhan dengan badan agak gemuk dan kepalanya yang botak.

Aku langsung masuk dan memeluknya. "Ih, abang kok baru manggil Sisil sih. Aku kangen tau bang." Ucapku dengan suara dibuat manja.

"Iya abang baru ini ada waktu santai, Sil."

"Cih emang gue nggak tau baru kemaren dia make si Wanda." Gumamku dalam hati.

Aku langsung mendorong bang Burhan ketepi kasur dan melepaskan kancing bajunya.

"Sabar dulu Sil, kita santai dulu kamu buru-buru amat, nggak sabar ya." Ucap Bang Burhan sambil menjawil pipiku.

"Iya, Sisil kangen nih sampai nggak sabaran pengen nerkam abang." Sahutku, padahal pengen cepat aja biar cepat selesai dan pulang.

"Kita pesan makanan dulu gimana?"

"Yah, bang aku baru aja makan." Alasan aja sih biar nggak lama-lama disini soalnya nggak nyaman banget berduaan dengan lelaki tua jelek pula, kalau nggak pekerjaan males banget deh.

"Kita langsung aja yuk, bang. Aku dah pengen banget ini." Paksaku sama bang Burhan.

"Oke, kalau kamu maksa sayang." Bang Burhan mendekati sambil melepas pakaiannya.

Dan melepaskan pakainku hingga kami sama-sama tanpa busana. Dicumbuinya setiap jengkal tub*hku membuat aku ter*ngs*ng.

Permainan berakhir setelah bang Burhan mencapai klimaks.

"Hah,,hah,, kamu puas sayang." Tanya bang Burhan sambil tersengal.

"Iya, bang aku puas banget kamu sangat gagah bisa membuat aku lemes gini." Bohongku, mana mungkin bisa puas dengan barang sekecil itu desahan ku cuma akting biar pelanggan puas.

Lima menit setelah selesai aku bergegas membersihkan diri, memasang kembali pakaianku.

"Sudah mau pulang, Sil?" Tanya bang Burhan.

"Iya, bang. Mba Lia nungguin di loby."

"Padahal abang pengen ngobrol dulu."

"Mba Lia nungguin, bang. nanti dia marah tau aja kan dia galak." Kata ku.

"Iya deh, nih bayarannya dan ini aku kasih kamu bonus." Ucap bang Burhan seraya memberikan beberapa lembar uang berwarna merah.

"Iya bang, makasih. Nanti panggil aku lagi ya." Tak lupa aku berikan kecupan mesra dipipinya.

Setelah menutup pintu kamar aku sisihkan uang pemberian bang Burhan.

Karena hasil yang didapat akan dibagi dua dengan mbak Lia jadi yang bonus harus disimpan kalau tidak uang bonus akan di bagi juga.

Ku temui mbak Lia yang sedang duduk dikursi loby sambik asik dengan ponselnya.

"Mbak."

"Eh, sudah? Ada job nih dia nyari Bella tapi berhubung Bella lagi halangan gimana kalo kamu aja yang kesana." Kata mbak Lia.

"Oke mbak, rejeki jangan ditolak." Jawabku cepat.

"Mana bayaran yang tadi." Kata mbak Lia sambil menengadahkan sebelah tangannya.

"Nih, mbak." Jawabku seraya memberikan empat lembar uang berwarna merah.

"Nih, bagian kamu." Mbak Lia memberikan kembali dua lembar kepadaku.

Jadi pelanggan akan memesan ke mbak Lia seorang wanita dan bayarannya sudah disepakati di awal kalau sudah sepakat siwanita akan di antar mbak Lia ketempat yang dijanjikan. Disini bayarannya relatif dari empat ratus ribu sampai lima ratus sekali main tergantung kesepakatan di awal.

Terkadang ada yang memberi bonus kalau pelanggan puas. Oke lanjut.

Tanpa mengganti pakaian hanya memoles make up dan memberi parfum kepakaianku aku langsung menuju tempat yang sudah dijanjikan.

Sampai di sebuah hotel atau losmen berbeda dari tempat yang tadi disini cuma ada tempat tidur dan kamar mandi.

Kami mengetuk pintu dan orang yang didalam kamar keluar, seorang lelaki dengan berpenampilan kayak preman kucel dekil. Ieweh, kalau bukan pekerjaan sudah aku pergi.

Setelah terjadi obrolan mbak Lia dengan pelanggan baru ini aku ditinggal berduaan.

Pria yang bernama Rizal ini ternyata tukang parkir, pantes.

Tanpa aba-aba dia langsung menyerangku, seperti macan kelaparan.

"Pelan-pelan Mas." Ucapku ketika dia melepas pakaianku dengan bringas.

"Aku sudah tidak tahan, sudah sebulan istriku habis melahirkan tidak bisa dipake." Katanya. Aku hanya pasrah menerima setiap serangannya.

Untung permainan ini berakhir dengan cepat, rasanya badanku mau remuk.

"Nih uangnya."

"Iya, terimakasih mas aku permisi."

"Minta no hp dong." Katanya saat aku hampir keluar.

"Maaf aku kebetulan nggak bawa ponsel mas, dan nggak hafal nomernya."

"Oh. Ya sudah."

Aku gegas pergi menemui mbak Lia, tak sabar rasanya ingin cepat mandi dirumah.

Sesampainya dirumah aku cepat mandi membersihkan badan yang sudah dijamah dua pria, kalau di ingat rasa bergidik geli saat para pria itu melampiaskan nafsunya.

Aku baru sebulan menggeluti pekerjaan ini, sebelumnya aku hanya pegawai cuci piring di sebuah warung makan.

Izasah yang cuma lulusan sd hanya bisa memberiku pekerjaan seadanya.

Ingin melanjutkan sekolah tapi apalah daya tidak punya uang, ayah dan ibuku bercerai saat aku masih kelas empat sd.

Ayahku menikah lagi dengan wanita yang lebih muda dan sangat jarang memberiku uang masih beruntung aku bisa sekolah sampai lulus walau hanya sekolah dasar.

Flashback

Dua bulan yang lalu saat aku masih bekerja di warung makan, aku bertemu mbak Lia, wanda dan yang lainnya.

Saat membersihkan meja di sebelah meja makan mbak Lia, mbak Lia memanggil.

"Iya, Mbak."

"Bisa minta nomer hp kamu nggak?" Tanya mbak Lia.

"Buat apa mbak minta nomerku?" Tanyaku heran.

"Aku mau nawarin kerjaan."

"Kerjaan apa, mbak?"

"Kerjaannya gampang kok, bayarannya juga lumayan."

"Nomer kamu aja sini biar lewat telpon aja jelasinnya." Kata wanita disebelah mbak Lia sambil menyerahkan ponselnya.

Ku ketik nomerku di ponselnya Walau masih bertanya-tanya didalam hati pekerjaan apa yang ditawarkan mereka.

"Jam berapa kamu off kerja?"

"Jam lima sore aku sudah off mbak?" Jawab ku.

Aku pamit kepada mereka setelah memberi nomer ponselku, karena banyak cucian piring menunggu.