webnovel

Dia, Bukan Ayah Kandungku

"Ayah ... Tolong hentikan semua ini. Ayah sedang mabuk, biarkan aku keluar!" teriak Sheila yang meringis ketakutan sembari memegangi tas yang ia peluk erat.

"Aku tidak peduli mabuk atau tidak. Aku hanya ingin membalas dendamku lewat tubuhmu yang wangi dan mulus. Hei ... Sheila! Kemarilah, tidak usah takut pada ayah."

Ayah Bram benar-benar di selimuti oleh rasa dendam yang membara. Ia dibutakan oleh rasa sakit hati dari Ritha sang istri yang tak lain adalah ibu kandung dari Sheila. Kini ia bersikap seperti binatang yang haus akan kenikmatan. Ia bahkan tidak peduli dengan risiko yang akan ia hadapi setelah ini.

"Tidak, Ayah! Tidaaak!" Teriakan Sheila yang terdengar nyaring menutup drama yang terjadi di toilet. Ayah Bram berhasil menyeret Sheila keluar dan menghempaskan tubuh Sheila di atas kasur yang masih rapi.

Ayah Bram membuka dengan cepat kancing baju Sheila dan menjamah tubuh gadis malang itu dari sudut ke sudut. Sheila hanya bisa menangis menyaksikan tangan Sang ayah yang bergerak ke sana kemari karena media tangannya diikat oleh tali yang sengaja dibawa oleh Ayah Bram.

"Nikmati saja, Ayah tidak akan mengecewakanmu Sheila," bisik Ayah Bram seraya menatap nakal kedua mata Sheila yang bergenang air mata.

Ayah Bram bergerak cepat, setelah beberapa menit ia bermain dengan tubuh Sheila, akhirnya Ayah Bram berhasil merenggut kesucian Sheila yang membuat Sheila berteriak kesakitan seperti urat nadinya akan putus.

Desahan yang mengandung makna kebencian itu tak bisa dibendung oleh Sheila karena ia tidak bisa menenangkan napasnya yang terus di pompa oleh dorongan demi dorongan yang dilakukan Ayah Bram.

"Aarrghh!" Ayah Bram membiarkan tubuhnya menindih pada tubuh Sheila. Kini kedua dada mereka pun menempel dengan irama degupan jantung yang masih terengah.

Ayah Bram menatap wajah Sheila seraya membuka ikat tali di lengan anaknya itu. Ayah Bram tersenyum bebas di hadapan wajah Sheila yang membuat Sheila semakin ingin memukul laki-laki paruh baya itu.

Ayah Bram beranjak perlahan dari tubuh Sheila dan menutup tubuh Sheila dengan selimut tebal. Lalu Sheila pun beranjak dan menggulung tubuhnya untuk berpindah posisi.

Sheila menyandar di kepala ranjang seraya menangis. Ayah Bram yang sedang memakai kembali pakaiannya, menitah Sheila untuk segera memakai juga pakaiannya dan bergegas untuk pulang.

"Kenapa? Kenapa ayah tega melakukan hal ini padaku?" tanya Sheila yang masih menangis tersedu. Ia enggan menatap kedua mata Ayah Bram.

"Cepat pakai pakaianmu! Aku sudah muak dengan berbagai macam pertanyaanmu yang tak penting itu!" teriak Tuan Antonius yang kesal karena Sheila telah menampar dirinya.

"Jawab aku! Kenapa dan apa alasan ayah tega berbuat keji seperti ini padaku?" tanya Sheila sekali lagi.

Kemudian Ayah Bram berjalan mendekati lagi Sheila yang masih duduk melipat kedua kakinya yang dibalut oleh selimut tebal. Ayah Bram duduk di bibir ranjang seraya mendekatkan wajahnya di hadapan wajah Sheila.

"Kamu ... Bukan ... Anak ... Kandungku!" ungkap Ayah Bram dan di akhiri oleh tawa kebencian yang membuat Sheila semakin bingung dengan sikap ayahnya tersebut.

Ayah Bram beranjak dan melanjutkan membenahi diri untuk bersiap pulang.

"Ayo cepat pakai bajumu, sebentar lagi ibumu pasti akan memarahiku karena kita pulang terlambat!" tegas Ayah Bram seraya melempari Sheila dengan baju-bajunya satu persatu.

"A---Apa maksud ayah bahwa aku bukan anak kandung ayah?" tanya Sheila.

"Kamu tidak mengerti apa pura-pura tidak mengerti? Saya bilang, kamu itu bukan anak kandung saya. Sheila ... Kamu adalah anak haram yang dilahirkan ibumu dan mendapat pengakuan sebagai anakku! Kalau kamu tidak percaya, kamu tanyakan saja kebenarannya pada ibumu yang berkuasa itu. Tapi ingat Sheila! Kamu jangan berani menceritakan tentang malam ini pada siapa pun! Kamu akan tanggung akibatnya!" tegas Ayah Bram.

DEG~~~

Seperti di terpa angin kencang, dan jatuh ke dasar laut yang tak bisa bernapas dengan lega. Tangis Sheila kini semakin nyaring terdengar saat mengetahui apa yang selama ini selalu menjadi pertanyaan atas sikap Sang ayah yang acuh tak acuh pada Sheila.

"Jangan menangis terus! Yang harus kamu salahkan adalah ibumu, bukan saya yang hanya ayah angkatmu! Cepat pakai bajumu, saya tunggu di mobil!"

BRUG~~~

Ayah Bram membanting pintu kamar hotel dan berjalan dengan langkah cepat meninggalkan Sheila yang masih merengek di atas ranjang.

"Jahaaat!" teriak Sheila mengiringi kepergian Ayah Bram.

Kemudian Sheila pun mau tidak mau mengikuti apa yang di katakan oleh Sang ayah tiri. Ia beranjak pelan dari ranjang dan melangkahkan kedua kakinya menuju kamar mandi.

Kini pijakan bumi terasa hampa bagi Sheila. Rasanya seketika runtuh saat ia mulai berjalan. Sheila melihat dirinya di cermin kamar mandi yang memperlihatkan seluruh lekuk tubuhnya yang mulus. Tatapan penuh kebencian pun mulai terpancar di setiap sudut wajahnya.

"Siapa pun dari kalian yang salah (Mama Ritha dan Ayah Bram) aku tak peduli jika harus membunuh kalian demi mengembalikan harga diriku!" gumam Sheila seraya mengepalkan kedua telapak tangannya hingga aliran darah seketika berkumpul di dalam genggamannya.

Ia pun mulai memasuki bathub dan menyalakan air hingga menenggelamkan tubuhnya yang sedang berbaring.

Lima belas menit kemudian ....

"Anak itu! Kenapa dia lama sekali?" geram Ayah Bram yang menunggu Sheila dari dalam mobil. Sesekali Ia ke luar untuk melihat Sheila sudah ada atau belum. Akhirnya Ayah Bram pun memutuskan untuk berjalan menuju kamar 304 lagi dan menyeret Sheila untuk keluar dari kamar hotel itu.

Namun saat Ayah Bram akan melangkahkan kakinya, Sheila tiba dengan tatapan kosong seolah tak pernah terjadi sesuatu padanya. Gerakan tubuh yang semula berontak menjadi dingin itu cukup sukses membuat Ayah Bram tertegun melihat Sheila.

Anak angkatnya itu langsung menaiki mobil sesuai perintah. Tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut Sheila. Bahkan ia sama sekali tidak melirik Ayah Bram yang berdiri di depan pintu mobil.

"Ada apa dengan anak ini?" desis Ayah Bram. Tidak ada pertanyaan lain yang terlontar dari mulut Ayah Bram. Ia pun lebih memilih memainkan alur yang telah ia susun dan membawa Sheila pulang ke hadapan Ritha, istri yang selama ini ia benci.