webnovel

Bersama

Up : Senin, 25/01/2021 - Pukul 01.00 WIB

Masih warning ++21

___________________________________________

" Aku berani bersumpah demi diriku, kalau aku tidak pernah menyentuh wanita manapun selain kamu!" ucap Andra dengan menunjukkan dua jarinya membentuk huruf V di depan wajah Reva.

" Bullshit!" sahut Reva.

" Benar, sayang! Aku hanya membohongimu! Aku tidak pernah bisa tegang jika bukan denganmu, walau aku mencoba. Tapi hanya mencoba tanpa ada niat untuk ML dengan mereka!" ucap Andra pelan. Reva terkejut, dia memutar tubuhnya dan melihat mata kekasihnya itu. Andra membalas tatapan mata Reva. Reva bisa melihat ketulusan dan kejujuran Andra di mata pria itu.

" Jadi kamu..."

" Aku berkata jujur, sayang! Aku tidak pernah sekalipun mengkhianati cinta kita, walaupun kita sudah tidak bersama lagi!" kata Andra jujur. Reva mengecup kening pria itu lalu turun ke mata dan hidung kemudian ke bibir. Cup! jantung Reva berdesir melihat kejujuran Andra, dia sangat bersyukur mendapatkan pria seperti Andra.

" Apa kamu memaafkan aku?" tanya Andra lembut. Reva memainkan jarinya di dada Andra.

" Jangan membangunkan dia lagi, sayang! Atau aku akan membuatmu tidak bisa berjalan dengan baik!" kata Andra yang merasakan tubuhnya meremang mendapat sentuhan jari Reva di dadanya. Reva segera menarik jarinya dari dada Andra dan memutar tubuhnya.

" Aku mengantuk!" kata Reva.

" Tidurlah!" bisik Andra.

Keesokan harinya Reva membuka matanya, dia meraba-raba tempat disebelahnya. Kosong! Kemana pria bodoh itu! batin Reva. Reva tersenyum mengingat kejadian percintaannya semalam dengan Andra. Dia baru merasakan sisi lain dari Andra saat bercinta. Reva bangun dari tidurnya dan turun dari ranjang lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah mandi dan melakukan ritualnya, Reva memakai kaos milik Andra yang kebesaran di tubuhnya. Reva turun ke lantai bawah, dia tidak melihat kekasihnya itu. Dia menuju ke dapur dan menyepol ke atas rambutnya setelah memakai apron.

Andra masuk ke dalam apartementnya dan bermaksud naik ke lanati atas. Tapi langkahnya terhenti saat matanya melihat sosok seksi di dapur apartementnya. Andra segera mendekati Reva yang sedang memasak. Dipeluknya kekasihnya itu dari arah belakang. Reva terkejut dan hampir saja memukul Andra jika saja dia tidak mendengar suara Andra.

" Selamat Pagi!" bisik Andra ditelinga Reva dan menghirup dalam-dalam aroma Reva.

" Kamu sangat memabukkan, sayang!" lanjut Andra. Bibir Andra sudah menempel di leher Reva dan membuat tubuh Reva meremang.

" Aku sedang memasak!" ucap Reva pelan menggigit bibirnya sambil menahan gejolak birahinya akibat tangan nakal Andra yang meraba pahanya dan mengusap-usap liangnya.

" Kamu nakal, sayang! Kenapa kamu tidak memakai celana dalam!" kata Andra.

" Aku...tidakkkk...memmmbawa!" ucap Reva terbata merasakan jari Andra yang sudah masuk ke dalam liangnya dan bermain disana.

" Ndra! Please! Aku...mauuuu...ahhhh..!" desah Reva semakin gila karena tangan-tangan nakal Andra di liang dan dadanya.

" Apa kamu menggoda dan menungguku untuk menyentuhmu, sayang? Kenapa dalemanmu tidak menempel di tubuhmu!" kata Andra yang merasakan juniornya sudah tegang dan menusuk-nusuk pantat Reva. Andra melepaskan apron Reva, lalu melepaskan kaos Reva hingga wanita itu toples dengan mata terpejam dan bibir mengatup merasakan cumbuan Andra.

" Andy!" desah Reva.

" Call me, baby!" pinta Andra.

" Andy! Gosshhhh! I'a going out!" racau Reva yang merasakan Andra memainkan jari-jarinya di dalam liangnya dan berhasil menyentuh G-Spotnya. Tapi Reva meradang, karena Andra melepaskan jarinya disaat dia akan mendapatkan pelepasannya.

" Shittt! No! Andy! Please!" ucap Reva mendamba.

" Apa, sayang? Kamu harus dihukum karena tidak memakai apa-apa saat memasak! Bagaimana jika Anzel masuk ke sini?" ucap Andra kemudian meninggalkan Reva yang merasakan tubuhnya sangat mendamba sentuhan Andra. Argghhh! Andraaaa! batin Reva kesal. Dengan cepat Andra naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya. Dia melepaskan pakaiannya dan masuk ke dalam shower. Saat dia asyik membasahi tubuhnya dibawah shower, tiba-tiba dia merasakan ada yang memegang juniornya. Andra membuka wajahnya dan melihat Reva yang telah berlutut di depannya sambil bersiap melumat juniornya. Shhiitttt! Shhhh! Andra memejamkan matanya dan menahan desisannya akibat sensasi yang diberikan Reva. Seakan membalas Andra, beberapa saat kemudian Reva langsung keluar dari shower saat Andra telah menegang sempurna. Damn you Reva! batin Andra yang membuka matanya dan melihat Reva berjalan keluar kamar mandi sambil mengeringkan tubuhnya. Dengan secepat kilat Andra keluar dan menyambar Reva lalu melemparnya ke atas ranjang. Wajah Andra telah diselimuti gairah menatap tubuh polos Reva. Tanpa menunggu lama, Andra melumat liang Reva dan membuat wanita itu terkejut lalu menggeliat-geliatkan tubuhnya merasakan nikmat duniawi.

" An...dyyyy! Ahhhh!" desah Reva.

" Aku akan membuatmu tidak bisa turun dari ranjang, sayang!" bisik Andra di telinga Reva. Bulu kuduk Reva meremang, dia telah berani menggoda dan memancing seekor singa.

Seperti janjinya, Reva benar-benar tidak dapat turun dari ranjang, setelah seharian Andra menghajar seluruh bagian tubuhnya dari kepala hingga ujung kakinya. Seluruh tubuh Reva seperti tertimpa besi berton-ton beratnya, tulangnya serasa remuk, bibirnya terasa kebas, tubuhnya lengket oleh ludah Andra dan kringat pria itu dan bagian intimnya selain terasa sangat kebas juga terasa perih. Reva benar-benar baru membuktikan kegilaan kekasihnya di atas ranjang. Dari sikapnya yang lembut, menjadi sedikit kasar sampai gila semua dicurahkan kepada Reva. Tapi semua itu dilakukannya atas dasar cinta dan Reva sangat menikmati walau tubuhnya berakhir seperti sekarang ini.

Ponsel Reva berdering berkali-kali, Reva tidak mengangkatnya karena untuk bangun saja rasanya dia tidak sanggup.

" Ada telpon, sayang! Kenapa tidak kamu angkat?" ucap Andra yang telah mandi dan memakai pakaian. Dia sedang duduk di sofa sambil mengerjakan pekerjaannya yang sudah lama ditinggal. Reva hanya terdiam mendengar ucapan Andra, Huh! Dasar nggak peka banget! Apa dia nggak lihat kalo tubuhku rasanya seperti mati rasa saat ini! batin Reva kesal. Andra lalu meraih ponsel Reva yang ada di tasnya yang terletak di meja.

" Papa?" ucap Andra hampir menjatuhkan ponsel Reva karena kaget membaca nama di layar ponsel Reva. Reva hampir saja tertawa melihat tingkah kekasihnya itu. Huh! Tadi aja kayak singa kelaparan, begitu melihat papa yang nelpon jadi kayak kucing! batin Reva tersenyum. Andra berjalan mendekati Reva dan menyentuh pundak kekasihnya yang dikira tertidur itu.

" Sayang! Papamu nelpon!" kata Andra. Reva masih terdiam.

" Sayang! Buka matamu!" kata Andra mengecup kening Reva dan Reva sangat senang mendapat perlakuan lembut Andra.

" Hmmm?" sahut Reva pura-pura terbangun.

" Papamu telpon, sayang! Jawablah! Aku takut nanti dia membunuhku!" kata Andra ketakutan. Reva menahan tawanya, dia menatap wajah Andra yang sedikit pucat.

" Telpon balik!" ucap Reva.

" Apa? Kamu serius, sayang? Kamu telpon sendiri, ya!" kata Andra dengan wajah khawatirnya.

" Kamu membuatku seperti ini, sayang! Tubuhku rasanya remuk dan lemas!" kata Reva dengan wajah kesal.

" Maaf, sayang! Aku tidak bisa menahannya! Aku sudah berpuasa hampir satu tahun dan kamu membuatku sangat bergairah, sayang!" jawab Andra dengan wajah menyesal telah membuat wanitanya seperti sekarang ini.

" Telpon kalo begitu!" kata Reva memaksa.

" Baik! Tapi kamu yang bicara ya!" kata Andra. Lalu dia menekan kembali nama Valen di daftar panggilan. Drrttt! Terhubung! Segera Andra menekan loud speaker ponsel Reva.

" Halo, Revaaaaa!" teriak Valen. Reva menjauhkan telinganya sementara Andra melompat kaget mendengar teriakan Valen.