webnovel

CHAPTER 6 : PROTAGONIS DAN GERBANG KOTA

Kami berjalan menuju kota, meski malam, jalan terlihat jelas berkat bunga lucciole yang bersinar menerangi jalan. Kami berjalan santai menuju kota, mengikuti jalan dari hutan menuju kota.

"Jack, apa hutan yang kita lalui itu tidak dihuni monster. Saat kita berjalan melalui hutan, aku tidak melihat satupun monster"

"Ah.. itu, itu karena lucciole. Lihat, saat kamu menatap bunga lucciole bukankah bunga itu bersinar terang tapi entah mengapa tidak menyilaukan"

"Iya benar, aku merasa aneh, bunga itu bersinar terang tapi tidak menyilaukan"

"Benar kan, sinar bunga lucciole tidak menyilaukan untuk mata manusia tapi bunga itu sepertinya sangat menyilaukan untuk monster, jadi biasanya kebanyakan monster menghindari bunga lucciole karena terlalu menyilaukan"

"Ooo, jadi seperti itu, aku mengerti"

"Hero, apakah ditempat asalmu tidak ada bunga lucciole"

"Mungkin, kerena aku tidak pernah melihatnya"

Rose menambahkan.

"Bunga lucciole juga bunga yang tumbuh secara acak diberbagai tempat, bahkan ada yang bilang pernah melihatnya di padang pasir"

"Ooo, itu mengejutkan"

"Ya, bunga lucciole merupakan bunga yang dikategorikan sebagai bunga yang penuh misteri, yang sampai sekarang masih belum bisa diungkapkan sepenuhnya"

"Bunga yang menarik, bukankah bunga lucciole sangat berguna, bunga itu bisa dijadikan penerangan sekaligus mengusir monster"

"Memang, tapi tidak efisien, seperti yang saya katakan bunga lucciole tumbuh secara acak dan tidak bisa dipindahkan, apa bila bunga lucciole dipetik bunga itu akan layu dalam beberapa detik, juga ada yang pernah melakukan percobaan dengan mengangkat bunga tersebut sekaligus dengan tanahnya, memang bertahan lebih lama dari pada dipetik tapi itu hanya meningkat beberapa menit"

"Memang bunga yang misterius"

"Ya"

*******

Akhirnya kami sampai juga di gerbang kota, entah kenapa aku menjadi gugup, tidak, tidak, ayo Hero bukankah kamu sudah menyatakan bahwa kamu akan menjadi protagonis di dunia ini, ini baru langkah pertama menuju jalan protagonis.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya, meski hanya secara mental, aku tidak ingin dilihat oleh Jack, Joe, George dan Rose. Lalu Jack berbicara.

"Karena sudah malam, sepertinya tidak ada antrian orang yang memasuki kota"

"Benar Jack, ini menghemat waktu kita"

"Iya Joe, sejujurnya aku tidak ingin menunggu begitu lama, tubuhku mulai kedinginan"

"Kalau begitu cepat, karena kamu bilang seperti itu saya mulai kedinginan juga"

"Sabar Rose, oke, ayo cepat-cepat ke pos pemeriksaan di gerbang kota"

Saat mereka membahas tentang dingin, aku juga mulai kedinginan. Aku mulai memeluk tubuhku dan sedikit gemetar kedinginan. Jack yang melihat diriku gemetar memanggil Rose.

"Rose Hero sepertinya kedinginan, bisa keluarkan sihir api mu untuk menghangatkannya"

"Oh!, Hero mendekat kesini, 'fire ball' "

Rose mengeluarkan bola api seukuran bola bowling mini, aku mendekat kearah Rose, ooo, aku mulai sedikit merasa hangat.

"Terima kasih Rose, Jack"

"Haha, sama-sama"

"Sama-sama"

"Hei Rose, apa boleh aku ikut, aku juga kedinginan"

"Joe, saya bukan api unggun, tahanlah, lihat Jack dan George mereka dapat menahannya"

"Jangan samakan aku dengan dua gorila itu, aku hanya penyihir bisa dengan kekuatan fisik yang normal"

"Hei Joe, siapa yang kau sebut gorila, Kesampingkan George, aku ini manusia"

"Hehe, tidak perlu memuji ku seperti itu"

"Hhhh, baiklah Joe, kamu boleh mendekat"

"Hore! Terima kasih"

Aku terkejut, tidak ku sangka ada orang yang senang di sebut gorila dan juga, ternyata gorila juga ada di dunia ini. Melihat keheranan diwajah ku, Rose berbicara.

"George menyukai gorila, menurut pendapat pribadi George, gorila adalah binatang yang melambangkan kejantanan dan keperkasaan"

"Mmm, setiap orang memiliki sudut pandang dan nilai masing-masing"

"Aku setuju denganmu"

Setelah menghangatkan diri sebentar, kami berjalan ke pos pemeriksaan dan ada 2 orang yang mengenakan armor sedang menjaga gerbang disebelah kanan dan kiri. Penjaga yang berada disebelah kanan mendekat kearah kami.

"Hei Jack, bukankah kamu cuma mengambil misi memetik tanaman obat, kenapa sampai selama itu"

Jack menggaruk belakang kepalanya dan menjawab penjaga gerbang yang menyapanya.

"Haha, ada hal yang tidak terduga terjadi"

"Apakah terjadi sesuatu?, Apa mungkin kamu pergi ke padang rumput itu?, Bukankah tanaman obat yang dicari itu juga ada di hutan didepan sana, tidak perlu sampai memasuki padang rumput, juga karena ini sudah malam, apakah kamu bertemu dengan woodsquid?"

"Ya, begitulah, kami berhasil melarikan diri dengan selamat, aku tidak sampai seceroboh itu untuk benar-benar menantang woodsquid"

"Saat memasuki padang rumput itu, kamu sudah bisa dibilang ceroboh, hhhh, aku senang kalian selamat"

"Haha, ya kamu benar dan terima kasih telah menghawatirkan kami Torr"

"Ya, omong-omong, bukankah kamu sudah tahu bahwa padang rumput itu berbahaya saat malam, kenapa kalian menghabiskan waktu hingga malam disana… Ah!, Apakah orang setengah telanjang disana ada hubungannya"

Setelah fokus berbicara dengan Jack, penjaga gerbang yang bernama Torr akhirnya melihatku dan bertanya kepada Jack. Jack menggaruk pipi kiri dengan jari telunjuknya dan menceritakan cerita tentang diriku dan mengapa aku berada di padang rumput. Maaf Jack, itu cuma cerita palsu.

"Sebenarnya…..

*******

Penjaga gerbang bernama Torr itu menangis, tidak, bahkan penjaga gerbang di sebelah kiri yang ikut mendengar juga menangis. 

Sepertinya cerita itu memang efektif, Ah! George juga menangis lagi, hei George, bukankah kamu sudah tahu cerita itu, meski yang paling kekar di party Jack tapi George menurutku adalah yang paling lembut. 

Penjaga gerbang bernama Torr itu menggosok matanya dengan punggung tangan lalu mendekatiku dan menepuk pundak ku berkali-kali. Aduh!, Aduh!, Hei, bukankah kamu menepuk pundak ku terlalu keras.

"Pasti sulit untuk mu, maaf, aku tidak bahkan tidak memiliki kata-kata yang bisa kuberikan kepadamu, tapi saat kamu nanti dalam masalah, kamu bisa bilang padaku, aku pasti akan membantumu..."

Penjaga bernama Torr itu mulai menangis lagi, Ah! Ingus penjaga gerbang mulai keluar.

"Biasanya orang tanpa kartu identitas dikenakan biaya masuk yang lumayan mahal, tapi aku akan membiarkan kamu lewat secara gratis"

"Apakah tidak apa-apa"

"Tidak apa-apa, aku yang akan membayar biaya masukmu"

"Tunggu, Torr"

Penjaga gerbang yang lain menyela Torr. Apakah penjaga gerbang dilarang membayarkan uang masuk orang lain, Ah!, aku tidak memiliki apa-apa selain kain yang ku kenakan dibawah ku ini, tidak, kain ini bahkan bukan milikku, aku hanya meminjamnya dari party Jack. Mungkin aku perlu pinjam uang dari Jack, Joe, George atau Rose. Saat aku mulai berfikir di kepalaku, penjaga gerbang yang lain mulai berbicara.

"Biar aku ikut membantu membayar biaya masuk"

"Steinwand, apakah kamu yakin?"

"Tentu saja, setelah mendengar cerita itu, mana mungkin aku bisa diam saja, tidak, aku tidak bisa"

"Baiklah, ayo kita bayar bersama"

"Ya"

Ternyata penjaga gerbang bernama Steinwand itu ingin membantu membayar biaya masuk ku juga, wajah penjaga itu basah dengan air mata. Lalu kedua penjaga gerbang itu saling bersalaman dengan pose seperti melakukan panco, dengan air mata masih menetes dari mata mereka.

Aku menundukkan kepalaku dan membuat wajah seperti orang yang terharu dan mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih, tuan penjaga gerbang"

"Tidak, tidak perlu berterima kasih, juga panggil saja aku Torr"

"Benar kata Torr, panggil saja aku Stee, teman-teman ku yang lain juga memanggil ku begitu"

"Baiklah, kalian juga tolong panggil aku Hero, biarkan aku mengucapkan terima kasih, tapi.. apakah tidak apa-apa kalian membayarkan biaya masuk ku, bukankah Torr bilang itu lumayan mahal"

"Jangan sungkan Hero, biarkan kami membantu mu, aku sudah menganggap mu sebagai kawanku, tidak, saudaraku"

"Benar kata Torr, Hero adalah saudara kami, seperti kata Torr, jika kamu mengalami masalah kamu bisa datang kepadaku juga, aku juga akan membantu mu"

"Ya"

Aku mengangguk dan tersenyum sambil meneteskan air mata.

"Saudaraku"

"Saudaraku"

Torr dan Stee berbicara dengan selaras dan memelukku. Rose batuk dan berbicara kepada kami.

"Maaf mengganggu momen mengharukan kalian, tapi kita perlu masuk dan pergi ke guild petualang"

"Rose, biarkan mereka seperti ini sebentar"

"George, saya paham apa maksudmu tapi, kalau kita terlalu lama disini, bukankah nanti sulit untuk mencari tempat Hero untuk menginap. Kita tidak bisa membawa Hero ke penginapan tempat kita menginap, karena disana sudah penuh, Hero juga tidak bisa tidur dikamar kalian, bukankah kamar kalian sudah sesak karena kalian tidur bertiga, saya tidur sendiri dan saya tidak keberatan jika-"

"TIDAK BOLEH, aku percaya dengan Hero tapi, hanya ini saja… meskipun itu Hero, aku tidak akan membiarkan laki-laki dan perempuan tidur dikamar yang sama"

Jack menolak dengan tegas apa yang Rose katakan. Baru kali aku melihat Jack berwajah begitu tegas seperti itu. Mmm… ternyata begitu, ternyata Jack…

"Lihat, ketua kita bicara begitu, Jack sangat ketat dengan hal seperti itu"

"Ya, itu benar"

Jack menjadi seperti mayat hidup dan berbicara dengan suara yang tidak ada semangat, berbeda dari wajah tegas yang Jack tunjukan tadi. Mmm… apa yang Rose adalah itu... orang yang tidak peka. Dilihat dari manapun Jack itu memiliki perasaan pada Rose. Bahkan Torr dan Stee langsung berhenti memelukku dan menggelengkan kepala mereka. Joe dan George bahkan hanya bisa tersenyum dan mengarahkan tatapan kasihan kepada Jack. Rose yang tidak menyadari hal ini lanjut berbicara.

"Jack, saya juga percaya dengan Hero, makanya saya tidak keberatan, dan meski Hero mau mencoba melakukan sesuatu, saya akan menendang selangkangannya sekuat tenaga"

Semua orang selain Rose menjadi pucat. Tentu saja aku juga.

"Menerima tendangan serius dari nona Rose"

"Iya Torr, Memikirkannya saja membuatku takut"

"Aku percaya kamu pasti akan melakukan itu, tapi tetap tidak boleh"

"Dan begitulah"

"Meski Rose tidak bilang akan menendang ku pun, aku tidak akan macam-macam"

Benar, protagonis tidak akan menyerang perempuan saat tidur, memang sekarang ada juga cerita seperti itu tapi, aku akan sebisa mungkin mengambil jalan protagonis yang lebih umum.

"Kalau Hero tidak bisa menemukan tempat untuk menginap, kami tidak keberatan membiarkan Hero untuk tidur di pos jaga"

"Ya, meski sedikit tidak nyaman, aku dan Torr nanti akan bicara dengan penjaga yang lain"

"Terima kasih atas tawarannya, bila aku tidak menemukan tempat untuk menginap, aku akan mampir kesini lagi"

Rose berbicara.

"Kalau begitu ayo masuk, lihat, Hero tidak pakai baju, kalau seperti ini terus nanti Hero bisa sakit"

Torr dan Stee terkejut. Mereka saling bertukar kata dengan pelan.

"Nona Rose perhatian pada orang lain?"

"Ya, aku tidak percaya nona Rose yang cuek pada orang lain bisa perhatian seperti ini, mungkin ini pertanda sebelum badai datang, atau mungkin akan ada serangan monster"

"Mm… apa aku mendengar sesuatu"

Rose menyipitkan mata kearah Torr dan Stee. Mereka menjadi pucat.

"TIDAK, SILAHKAN LEWAT"

"YA, MUNGKIN NONA ROSE SALAH DENGAR"

"Kali ini saya akan anggap begitu, ayo masuk semuanya"

"Ya"

"Ayo masuk"

"Oke"

"Terima kasih, Torr, Stee"

"Ah! Aku hampir lupa, Hero taruh tanganmu ke kristal ini sebentar"

"Kami percaya dengan saudara kami tapi, ini juga pekerjaan kami"

Torr menyuruhku meletakkan tangan pada kristal bulat biru seukuran bola bowling. Mmm, kristal apa itu?.

"Apa itu?"

"Ini adalah kristal identifikasi kriminal, dengan menyentuh kristal ini kami dapat mengidentifikasi apakah seseorang masuk daftar buronan atau tidak"

Ooo, kristal yang menarik, dengan ini mereka dapat mengetahui seseorang adalah buronan atau tidak dan mencegah seseorang itu masuk kota. Aku tanpa ragu menyentuh kristal itu.

Tentu saja aku yakin bahwa aku bukan buronan, apa yang membuat aku seyakin itu?, Tentu saja itu karena aku baru saja tiba di dunia ini.

"Baiklah, Hero tidak ada dalam daftar buronan"

"Ya, tentu saja kami yakin bahwa saudara kami bukan orang seperti itu"

"Silahkan masuk, selamat datang di kota Eins"

"Silahkan masuk, selamat datang di kota Eins"

Mereka berbicara dengan selaras dan menyambut ku masuk. Kami memasuki kota dan cahaya dari penerangan kota menyilaukan mataku.