webnovel

Chapter 5: Amaryllis Feltros

Bianca berlari menuju ke bunga yang kini telah berkembang menjadi seukuran manusia. Aliran energi yang didapatnya memungkinkan dia untuk berlari jauh lebih cepat dari orang-orang seusianya.

Jika Kian kembali muncul dirinya tidak akan sanggup melawannya. Dia harus mengakhirinya sekarang juga. Rasa gugup muncul dengan detak jantungnya yang terus berpacu semakin cepat.

Bianca sampai di bunga tersebut namun sebelum dia dapat menancapkan belatinya, bunga tersebut mulai mekar.

'Oh tidak… oh tidak'

'Oh tidak… oh tidak'

Perkataan itu terus berpacu di hatinya saat Bianca melihat sosok humanoid yang mulai muncul di depannya. Sosok tersebut menatap ke arah Bianca yang merupakan orang pertama yang ditemuinya.

'Celakalah aku… inikah akhir hidupku'

Bianca yang melihat ini hanya bisa pasrah dan menjatuhkan belatinya. Dia berharap bahwa Kian hanya akan menghukumnya dengan kematian cepat.

Sosok di depan Bianca terlihat sedikit berbeda dengan 'Kian' yang Bianca ingat. Dia kini memiliki warna kulit yang menyerupai manusia. Rambut hitamnya yang mencapai ke pundak. Terlebih lagi, sosok ini memiliki tinggi yang sama dengan Bianca.

namun dari matanya, warna ungu yang bercahaya di tengah malam. Sosok di depannya ini tidak salah lagi adalah Kian!

Bianca tersandung kebelakang dan berusaha untuk menjauhkan dirinya dari 'Kian' yang mana 'Kian' ini hanya bisa memiringkan kepalanya dan melambaikan tangannya seolah dia tidak ingin melakukan apapun kepadanya.

Bianca menyadari bahwa iblis di depannya tidak ingin menyerangnya. Goncangan kaki dan pernapasannya yang mulai tenang. Sesaat dia hendak membuka mulutnya,

Aliran petir merah muda mulai datang ke arah mereka.

"APA YANG TELAH ENGKAU LAKUKAN PADA KAKAKKU!!! "

Teriakan penuh amarah datang dari sosok lain yang telah muncul reruntuhan dan mendekati mereka bersamaan dengan Ayunan dari tombak berkapak yang di pegangnya.

Semua itu terjadi dengan sekejap bahkan Bianca tidak menyadari kedatangannya. Dia baru menyadarinya setelah merasakan angin yang dihasilkan oleh ayunan tersebut mengenainya.

Bianca melihat ke arah datangnya serangan tersebut. Menyadari bahwa siapa orang di depannya memiliki wajahnya yang tidak mengenakan helm.

Gadis tersebut memiliki wajah yang menyerupai Cynthia. Dia adalah Amarillys Feltros.

Bianca mencari tahu kenapa serangannya tidak menganainya. Dia pun menemukan sebuah bunga berukuran manusia telah memblokir serangan ke arahnya.

Amaryllis yang melihat ayunan tombaknya di telah di blokir. Menyimpulkan sosok di depannya adalah orang yang telah melukai kakaknya.

Sebelumnya Amarillys telah datang ke reruntuhan bersama anggota kelompoknya yang telah kembali dari desa yang telah berubah menjadi lahan bunga.

Mereka terkejut melihat kondisi Cynthia yang kehilangan setengah wajahnya serta beberapa bagian dari tubuhnya yang telah ditumbuhi bunga. Amaryllis meninggalkan kedua anggotanya yang disuruh untuk menangani kondisi kakaknya sambil mencari biang keladi dari permasalahan ini.

Tidak jauh di pinggiran reruntuhan tersebut Amaryllis menemukan Bianca bersama dengan sosok tidak dikenalnya. Melihat Bianca yang kini memiliki Aliran Sihir, Amaryllis membuat kesimpulan dari apa yang telah terjadi. Amarahnya memuncak.

Tanpa basa basi, Amaryllis langsung menyerang kedua orang di depannya. Menyadari bahwa serangannya telah diblokir oleh bunga, amarah memuncak.

"AKU KECEWA PADAMU BIANCA!!! BERANINYA ENGKAU MEMBUAT PAKTA DENGAN IBLIS!!!"

Bianca panik melihat amarah Amaryllis yang juga dianggapnya sebagai kakaknya kini telah bermaksud untuk membunuhnya. Bianca yang tidak dapat berkata apa-apa, mendengar suara yang datang dari 'Kian' yang ada di depannya.

"Sebaiknya anda tenang dulu dan mungkin kita tunggu kakakmu ini sadar"

Bianca terkejut mendengar jawaban yang datang. Suaranya serupa dengan Kian, namun gaya bahasanya dan tempramen nya jauh berbeda dari Kian yang ia ketahui.

'Kepribadian ganda ?'

Itulah pikirnya. Bianca sebelumnya telah membaca dongeng tentang seorang putri berkepribadian ganda.

Amaryllis seolah tidak memedulikan jawaban sosok di depannya, terus melepaskan serangannya. Namun tidak ada serangannya yang kena. Semuanya diblokir oleh bunga-bunga yang sama.

Amaryllis yang menyadari bahwa sosok di depannya tidak berencana menyerangnya. Akhirnya menghentikan serangannya dan memerintahkan keduanya untuk mengikutinya.

Mereka setuju dan ikut dengan Amaryllis yang kadang melirik ke arah mereka berdua. Amaryllis sampai di Cynthia dan rekannya yang masih berusaha untuk mengobati luka Cynthia.

Melihat Amaryllis yang diikuti dengan Bianca dan sang Iblis, kedua rekannya menjadi tegang dan mengarahkan senjatanya ke arah Amaryllis.

"Tenanglah kalian, mereka berdua tidak berencana menyerang. "

Jawab Amaryllis yang masih menunjukkan perasaan benci ke dua sosok di belakangnya.

Keduanya mulai merendahkan senjatanya dan melapor ke Amaryllis.

"Nona Amaryllis kami bisa mengatasi luka-luka ringan Nona Cynthia. Tapi luka-luka yang dipenuhi bunga ini… kami tidak berani mencabutnya sejak mereka tumbuh di daging wajahnya Nona Cynthia. "

Amaryllis hanya bisa menatap ke arah Bianca dan iblis di sebelahnya. Dia berusaha untuk menahan amarahnya yang membuatnya ingin menebas Sang Iblis.

"Sembuhkan Kakakku! "

Perintahnya ke sang Iblis.

'Kian' yang mendengar perintah Amaryllis mulai mendekati tubuh Cynthia di depannya. Dia pun melihat ke kedua orang di sebelahnya dan menyadari bahwa mereka adalah kembar.

"Aku akan melenyapkan bunga-bunga ini dan mengembalikannya ke bagian tubuhnya namun kalian mesti cepat mengobatinya sejak bagian tubuh tersebut telah terlepas dari tubuhnya. "

'Kian pun mengayunkan tangannya dan bunga-bunga di wajah dan tubuh Cynthia mulai melayu dan hilang"

Pasangan kembar di sebelahnya bergegas menjahit, mengaplikasikan obat dan, memerban wajah dan tubuh Cynthia. Amaryllis menyadari bahwa Iblis di depannya telah mengembalikan wajah Kakaknya kecuali bunga di matanya. Dia pun bertanya kepada sang Iblis.

"Jika aku kembalikan bunga ini, Matanya akan kembali namun dia telah terputus dari jaringan tubuh matanya dan hanya akan jatuh keluar....Maaf.."

Mendengar nasib kakaknya yang disebabkan oleh sang Iblis, Amaryllis hanya bisa menangis

"Kenapa… . Hic…kenapa… bisa begini… engkau.. ENGKAU!!! WAAA-"

Amaryllis meninju sang Iblis namun sang Iblis tidak membalas atau memblokir.

Dia hanya bisa menerimanya. Luka-luka lebam dari pukulan kini bermunculan di dirinya. Dia hanya bisa melihat Amaryllis yang memukulnya dengan diam. Aliran listrik muncul disetiap pukulannya.

Melihat pukulan listrik tersebut berdampak kecil bagi dirinya, Andri memutuskan untuk menerimanya sambil melihat ke Cynthia yang masih tidak sadarkan diri.

Bianca mulai bertanya ke 'Kian' yang masih berdiri dipukuli Amaryllis.

"Kenapa engkau bisa membuat bunga di tubuhku tidak meninggalkan luka? "Tanya Bianca..

"Ini karena 'diriku' yang waktu itu tidak memiliki maksud melukaimu."

Jawab 'Kian'.