webnovel

Chapter 15: Tutorial (2)

"Hi!.. Kita bertemu lagi"

Andrian menyapa Marie dan Rose yang masih tidak menurunkan rasa kewaspadaan di depan dirinya.

"Marie, engkau mengenalnya? "

Rose berdiri di depan Marie. rapiernya masih diarahkan ke Andrian. Dia tidak tahu bagaimana caranya mengalahkan <Solion>, terlebih lagi melawan Andrian yang mampu mengalahkan <solion> dalam 1 serangan.

"Iya Rose, dia adalah sosok yang kutemukan berdiri diatas hamparan bunga di Akademi."

Marie mencoba mencari identitasnya dari guru-guru di akademi namun setelah sebulan dia tidak pernah menemukannya.

"Kurasa sebuah perkenalan itu sesuai, Namaku Andrian… 'pekerja taman' dari Akademi Elysium~"

"Terima kasih telah menyelamatkan kami Bapak Andrian"

"ᵀᵉʳᶦᵐᵃ ᵏᵃˢᶦʰ ᵖᵃᵏ ᴬⁿᵈʳᶦᵃⁿ"

Marie dan Rose berterimakasih kepada Andrian. Rose merasa sedikit canggung atas interaksi mereka sebelumnya.

"Sama-sama 'membasmi hama' juga merupakan tugasku… lagi pula, kita harus bekerja pada temperamen anda nona muda~"

"Ugh.. "

keluh rose dengan sedikit rasa malu.

"Hahaha.. Baiklah kurasa semuanya telah selesai kalian boleh kembali-"

Andrian bersiap untuk menyuruh mereka berdua untuk kembali ke kompleks akademi ketika dia menyadari Marie yang menatap ke sisa-sisa dari tubuh <Solion>.

Senyum diwajahnya muncul mulai melebar.

"-Apakah engkau menginginkannya Marie? "

"Eh..?! Aku tidak berani untuk memintanya pak. "

"Ayolah..Aku lebih suka jika Murid akademi ini lebih jujur pada diri mereka sendiri. "

Marie tidak ingin menerima tawaran Andrian.

Marie merasa Penawarannya ini mencurigakan. Apa yang dia dapat dari menawarkan bahan ini kepadanya? Dia merasa jika dia menerima tawaran dari Andrian sesuatu yang terjadi padanya.

"Haaais aku juga tidak ingin berhutang ke siapapun…bagaimana jika begini…"

Andrian duduk di atas salah satu batu sambil menggerakkan tangannya.

"Menangkan sebuah tantangan yang aku persiapkan dan engkau akan mendapatkan salah satu tulangnya. "

"Tergantung, tantangan macam apa?"

"He he.. Sebuah tantangan yang bisa engkau menangkan.. "

Andrian kini duduk bersila di atas batu. Badannya dimiringkan hingga setingkat dengan mata Marie.

. . .

Marie merenung di kepalanya namun renungan tersebut tidak berlangsung lama. Marie mengangkat kepalanya menatap ke Andrian. Dia telah memutuskan akan

"Akan ku lakukan. "

"HAHAHA… Ah.. Aku sempat khawatir engkau akan menolaknya Marie, tapi kamu juga selalu tidak mengecewakanku. "

"Untuk mendapatkan bahan katalis sihir, jika tidak ada pertukaran barang, tidak ada pembentukan hubungan murid-guru, dan barang tersebut bukan sesuatu yang dapat diberikan dengan cuma-cuma…Maka"

Kemudian Andrian menjentikkan jarinya.

Beberapa kelopak bunga mulai berguguran memperlihatkan tulang berwarna putih kekuningan

"Kamu cukup mengambilnya sendiri~. "

"… "

Marie hanya bisa melihat ke lapangan bunga di depannya. Dia mesti melewatinya? Marie berbalik melihat ke arah Andrian yang masih tersenyum di depannya.

Andrian kemudian membuka mulutnya.

"Apakah kamu akan menolaknya Marie? Menahan dirimu sendiri…dan berakhir menjadi buih di lautan Manusia? Tidak.. Tidak lagi..bukan?"

Perkataannya Andrian tadi mengguncang seluruh hati Marie. Seluruh tubuhnya kini memucat. Apa yang Andrian tahu tentang dirinya…

"Marie tunggu"

Rose khawatir melihat perubahan pada raut wajah Marie. Marie yang biasanya ceria kini diganti dengan wajah seseorang yang telah melewati sebuah neraka.

tantangan macam apa yang Andrian persiapkan. Apa yang dia bicarakan ke Marie sebelumnya? . Mereka telah melihat apa yang bunga tersebut lakukan pada <Solion> tersebut. Apakah Marie akan melewati sesuatu yang sama?

"Jangan Marie.. Engkau tahu apa yang dia bisa lakukan-... "

"Tidak Rose.. Aku harus melakukannya. Ini adalah salah satu kesempatan yang aku miliki…Aku tidak akan menyia-nyiakannya ..tidak lagi."

"Marie.."

Mendekati sungai di depannya, Marie berbalik arah dan melemparkan tas sandangnya ke arah Rose. Tas tersebut ditangkap Rose dengan kedua tangannya. Sebuah senyuman kecil muncul di wajah Marie.

"Ini pegangi umbinya hingga aku kembali."

"...Oke..Aku akan menunggumu disini!"

.

.

.

Marie menyebrangi sungai yang masih setinggi mata kakinya. Sungai yang sebelumnya kering menguap dari serangan <solion> kini telah dialiri oleh aliran kecil dari hulu sungai..

Lima Langkah.. Itulah jaraknya Marie menuju tujuannya. Tanpa menunggu lama-lama, Marie melangkah memasuki lapangan bunga. Kakinya mengenai salah satu bunga. Menghancurkannya dengan kakinya. seketika kakinya telah kehilangan tenaga. Marie terpaksa berlutut.

"Hah.. Hah.. Hah.."

Jantungnya terasa berdetak kencang. Dia merasa seluruh sihir di tubuhnya tengah diserap dari bawah. Mengertakan giginya, Marie kembali berdiri dan melangkah untuk kedua kalinya.

Kali ini sensasinya semakin kuat, badannya kembali berlutut, tangannya mencoba menahan tubuhnya yang membuat sensasi ini semakin buruk sejak tenaganya kini diserap dari tangan dan kakinya.

"Akh..! "

Marie mencoba untuk merangkak, menarik seluruh tubuhnya ke arah tulang tersebut. Kini tubuhnya tidak bisa bergerak lagi.. Marie hanya bisa berbaring di hamparan bunga.

"Marie! Hentikan Tes ini Andrian! Aku mohon padamu!" "

Rose berteriak melihat Marie yang tergeletak. Tangan dan kakinya mulai ditumbuhi bunga.

"Tidak.. Rose.. Tidak… belum lagi."

Sebelum Andrian membuka mulutnya, Marie justru menjawab permintaan Rose. Dia pun melihat ke arah tulang <Solion> yang tergeletak di depannya.

'Tiga langkah, sampai sinikah kemampuanku? Bahkan aku tidak pandai dalam dunia sihir..'

Marie mengacungkan tangannya ke tempat tulang tersebut berada..dengan mengacungkan tangannya jaraknya kini cuma selangkah. Tangannya terus menggapai kedepan namun hanya bisa menggapai udara.

'Bolehkah aku gagal, heh… itulah yang kupikirkan dulu'

'Aku bukanlah seseorang yang berbakat.. Aku bukanlah siapa-siapa.. '

Gumaman yang merendahkan diri melumuri pikirannya.

Energi sihir terus diserap dari sekujur tubuhnya. Semakin lama, jantungnya semakin berdetak kencang membuat rasa sakit di dadanya semakin memburuk.

'Mungkin aku menyerah saja'

Ditengah monolog yang pesimistis, sebuah panggilan datang dari belakang dirinya.

"Marie ayo engkau bisa! "

Marie yang mendengar ini langsung terbangun dari perbaringannya dan membalikkan badannya ke belakang cuma untuk disambut dengan ekspresi terkejut.

Marie baru menyadari bahwa dia telah terbangun dari hamparan bunga.

'Apa yang terjadi!'

Pada saat itulah jantungnya yang sudah berdetak kencang kini berganti menjadi suara melengking…

Marie tidak menyadari rasa sesak di jantungnya telah lama lenyap kini berganti dengan rasa aliran sihir yang deras mengalir keseluruh penjuru tubuhnya. Bersamaan dengan itu, badanya kini bergelimang cahaya keemasan.

.

.

.

Di sisi lain sungai Andrian yang telah berpindah tempat duduk ke sebelah Rose

"Kurasa semua plak ditubuhnya telah hilang"

"Apakah sesuatu terjadi? "

Andrian berpikir sejenak mencoba memikirkan cara untuk menjelaskannya ke Rose yang khawatir dengan kondisi temannya.

"Hmmm… bagaimana cara menjelaskannya.. Ah! Rose apakah di rumahmu ada mekanisme bergerigi? "

"Kereta sihir di rumahku memilikinya"

Rose mengingat kereta sihir bekas yang ayahnya dapatkan. Dia sering melihat ayahnya merawatnya di gudang.

"Kalau begitu ini akan sedikit mudah dijelaskan.. Bagaimana jika di sistem gerigi tersebut kini dipenuhi lumpur. "

"Mesinnya akan terhambat"

"Benar ..lalu bagaimana jika seseorang membersihkan lumpur-lumpur tersebut dengan air atau memutarnya dengan paksa. "

"Mungkinkah!"

Menyadari apa yang terjadi pada tubuh Marie, Rose melihat ke Marie dengan matanya yang terbuka lebar.

Marie mencoba untuk berdiri. Kakinya masih gemetaran, namun dia dapat berdiri setelah beberapa saat mencoba.

Energi sihir ditubuhnya secara terus menerus diserap namun kini dia merasakan energi yang mengalir dari tubuhnya dapat melebihi dari penyerapan yang dia rasakan.

Energi sihirnya mulai diubah kembali menjadi energi fisik untuk menggantikan energi fisik yang telah digunakan sebelumnya. Tidak lama, Badannya terasa kembali bugar.

Dengan sorakan dari Rose dibelakangnya, Marie secara perlahan mengambil langkah berikutnya. Saat kakinya menyentuh tanah, bunga-bunga mulai merambat ke kakinya meningkatkan jumlah serapan energi yang dia terima.

Namun tak merasa terganggu dari hal ini, Marie menurunkan badannya dan mulai menggapai bongkahan tulang leher di depannya. Tulang ini cukup berat namun bukan sesuatu yang tidak bisa dia angkat.

Marie mengangkat Tulang tersebut dengan seluruh tenaganya. Memperlihatkan tulang tersebut ke seluruh penjuru hutan.

Tidak lama, seluruh bunga disekitarnya mulai layu dan menghilang bersama dengan sisa-sisa <Solion> disebelahnya. Mengembalikan tempat berdirinya ke tanah. 

Marie yang merasakan bahwa dia tidak diserap lagi, menghembuskan napas lega bahwa dia telah berhasil. Gelimang di sekitar badannya mulai meredup. 

Beberapa saat kemudian, Tepuk tangan terdengar dari belakang dirinya. Marie pun berbalik dan Melihat Andrian yang bertepuk tangan dan Rose yang berlari kearahnya… 

"Kerja bagus Marie!! "

"Aku terkejut kamu bisa melakukannya. "

"Kenapa? Apakah tantangan tadi memang tidak bisa diselesaikan. "

"Tidak-Tidak…untuk kupikir engkau akan berlari kesana secara langsung.. "

"Eh..? Aku kira, aku harus mendapatkannya…  ah!"

Marie menyadari apa maksud dari andrian. Testnya mengatakan untuk mendapatkan tulang tersebut. Andrian tidak menspesifikkan apa cara yang dia harus lakukan. 

Marie bisa menggunakan batang kayu atau sebuah tali dan kail 

"Ahhh!.... Kenapa aku tidak memikirkannya! . "

'Bahkan jika Marie menggunakan barang kayu, bungaku masih akan merambat ke tangannya.. Tapi iya kurasa aku bisa menerima solusi tersebut' 

"Hahaha…  tapi pada akhirnya engkau dapat jugakan marie? Anggap saja pembangunan potensi pada dirimu ini sebagai bonus."

"Eh, apakah anda tahu apa yang terjadi pada tubuhku pak Andrian. "

Marie menyayangkan bagaimana dirinya telah menjalani tantangan tersebut. Namun kali ini, kondisi yang terjadi pada tubuhnya jauh lebih penting. 

"Tentu saja, tapi sebaiknya kita jelaskan di Akademi saja bagaimana? Ayo kita harus kembali sekarang.. "

"Marie, ini tasmu"

"Terima kasih… Ro…se...."

. . . 

Sebelum Rose akan dapat mengembalikan tas yang telah Marie berikan, dia menyadari tubuh Marie telah kehilangan kesadaran dan hendak jatuh kearahnya membuatnya kebingungan. 

'Rose jatuhkan tasnya, dan tangkap dia'

Sebuah pesan dari Andrian masuk ke benak Rose. 

"Ah… !"

Secara refleks Rose mampu melepaskan tas di tangannya dan menangkap tubuh Marie. 

".. Sepertinya waktu yang dia miliki jauh lebih rendah dari yang kukira…  mau bagaimana lagi dataku masih satu orang.. "

Andrian mendatangi Rose yang kesulitan menahan tubuh Marie yang tidak sadarkan diri. 

" Lalu kita harus bagaimana? " 

Jaraknya ke Akademi masih jauh dan dari cara Andrian datang dia sepertinya tidak membawa gerobak dimana mereka bisa meletakkan Marie. 

"Tenang saja aku punya caraku sendiri, sekalian biar aku bawa barang kalian. "

([[Bloom]]-[[Teleport]]) 

Seluruh tubuh mereka kemudian di selimuti oleh sebuah kelopak bunga dan mereka semua telah meninggalkan hutan yang kembali dipenuhi kesunyian.. 

Marie terbangun dari tidurnya menyadari bahwa dirinya telah diatas sebuah tempat tidur.

"Hmm..? Dimana aku… ?"

"Ah engkau sudah bangun Marie"

Mendengar namanya dipanggil dari samping, Marie menemukan Andrian disebelahnya. Andrian kini telah duduk di salah satu bangku dipojok ruangannya. 

Andrian yang dia temukan kini tidak mengenakan jubah yang menutupi seluruh tubuhnya, melainkan sebuah pakaian yang menyerupai jas yang Marie kenal dari dunianya. Wajahnya tidak ditutupi oleh lain lagi.. Menunjukkan wajahnya ke Marie. Memperlihatkan matanya yang berwarna ungu. 

"Pak Andrian.. Dimanakah aku?"

"Anda berada  di ruang UKS di gedung utama.. Istirahatlah hari sudah menjelang malam"

Marie langsung bangkit dari tidurnya

"Tapi aku ada sebuah komisi yang harus ku.. "

Seorang pelayan mulai memasuki ruangan mendorong sebuah trolley. Di atas trolley tersebut adalah 2 piring yang berisi umbi biit kukus. 

"Terima kasih Cecilia, ah bisakah anda memberikan porsi lainnya kepada Marie dia akan memerlukannya."

Cecilia kemudian piring lainnya ke Marie

"Terima Kasih"

"Umu… sama-sama"

Marie yang menatap ke bit di depannya kemudian membalikkan arahnya ke Andrian dengan penuh rasa curiga. Komisi untuk mendapatkan biit, serangan <Solion>, dan kedatangannya. 

"Apakah kamu dalang dari semua ini Andrian? "

Dengan gugup Marie bertanya ke Andrian. dia bahkan tidak memanggilnya bapak. 

"Jangan salah, nona.. Aku bukanlah yang membawa <Solion> tersebut. Aku cuma tidak ingin sesuatu terjadi pada makan malamku"

"Lalu bagaimana engkau bisa tahu dimana kami berada! "

Menggenggam lututnya kuat, Marie hendak menekan Andrian lebih jauh,

"Heh.. Aku bisa mengetahui segala sesuatu di Akademi ini, penyihir muda~.. Seperti Rose yang sekarang tengah berjalan kesini membawa makanan.. Sup Ayam? Roti lapis buah? Oh keduanya.. "

"atau Iris Apatura yang sedang menulis di kamarnya..Anda tidak perlu tahu caranya, aku tidak ingin kamu menjadi paranoid karenanya"

Andrian memakan potongan bit terakhir di piringnya, Andrian kemudian berdiri dari tempat duduknya dan bergerak ke pintu luar. tidak mempedulikan Marie yang masih tercengang.. 

"Mungkin sebaiknya anda mengganti baju Marie, biarkan Cecilia membantumu. Dia telah masuk ke kamarmu dan mengambil beberapa pakaian untuk kamu pakai. "

Sebelum Andrian akan keluar, dia teringat sesuatu dan berbalik ke arah Marie.

"Oh iya aku nyaris lupa… Besok pagi setelah makan sarapanmu disini, pergi ke ruangan kepala sekolah saat lonceng kedua. "

Dengan mengatakan pesannya, Andrian meninggalkan ruangan. 

Beberapa saat setelah Andrian keluar dan Marie telah mengganti bajunya, Rose mulai masuk ke ruangan. 

"Ah.. Kamu sudah bangun Marie.. Bagaimana keadaanmu?"

… 

"Apakah kamu belum makan? Aku membawa nasi sup aku harap kamu tidak masalah dengan kembang kol… "

Rose meletakkan kontainer yang masih hangat ke meja di sebelah Marie. 

"..Atau kamu masih belum terlalu lapar Marie? tenang saja, aku membawa roti lapis isinya buah stroberi dan krim vanilla yang kamu suka. "

Marie hanya bisa menerima roti lapis yang Rose tawarkan tanpa berkata apapun..

"bunga kol, Vanilla, parfum, dan teh bunga adalah komoditas yang paling banyak dijual di Akademi, Aku heran kenapa? "

-pengakuan seorang murid

hai... lama tak update..

maaf ada kesibukan personal jadi beberapa update akan terlambat..

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Funggencreators' thoughts