webnovel

27 tahun

Suri zhabin almanan, aku sudah tidak lagi muda umurku sekarang sudah sangat matang untuk tidak lagi menyendiri tapi aku sampai sekarang belum juga meninggalkan masa lajang ku karna belum juga bertemu dengan jodohku, karna sebenarnya tidak ada yang mendekatiku, pada dasarnya aku adalah tipe wanita yang susah untuk membuka hati mungkin karena selalu mengalami penolakan setiap aku menaruh hati pada seseorang selalu saja dia tidak menaruh rasa yang sama ,itu mungkin karena wajahku yang biasa setiap laki-laki hanya melihat fisik ternyata fisik yang cantik tapi bukankah merubah fisik itu jauh lebih mudah dibandingkan merubah akhlak dan akidah seseorang tapi mau bagaimana lagi walaupun ada penyair yang berkata demikian tetap saja syair tidak bisa mengalahkan teori dunia, sehingga aku kini justru malah mulai nyaman dengan diamnya aku sekarang ,diriku yang nyaman dengan kesendirian ku, kesendirian yang awalnya terpaksa kini justru menjadi hal yang biasa dan justru bisa menciptakan rasa bahagia ,,,,aku lelah harus selalu menunggu,menanti dan mencari lebih baik sekarang aku memperbaiki diri mungkin sabar dan doa yang hanya bisa mengobati, dan tentang dr.adrian aku juga tidak tahu bagaimana dengan kami nanti mungkin akan ada jalan lain menuju Roma..

baru juga berniat serius tapi ada takdir yang berbeda lagi yang menunggu kami di depan,,,, yaitu takdir kami yang berbeda karena lagi lagi kami berada pada persimpangan jalan yang tidak lagi sama ,,

aku hanya melamun di dalam ruangan ku sendirian dengan masih mengenakan jas lab ku di atas tempat duduk dimana aku menunggu pasien dengan hanya memainkan bolpoin hitam di atas meja,

kemudian salah satu perawat UGD memanggilku " kak Suri dipanggil dr Adrian?" jelasnya

" oh ya " jawabku ada apa dengan nya kenapa dia tidak memanggilku sendiri kenapa harus lewat orang lain pikirku, tapi mungkin saja ini tentang urusan pasien makanya ia tidak mau memanggilku seorang diri

sesampainya diruang UGD aku mendengar bahasa soal transfusi dan golongan darah entah untuk siapa topic itu

aku hanya diam dan berdiri tepat disamping mejanya dengan hanya memperhatikannya dengan obrolannya bersama seorang satpam di rumah sakit kami,

" dia sedikit canggung dan tersenyum kepadaku aku pingin cek golongan darah donk, " ucapnya kepadaku

" untuk apa?"

" pingin tau aja."

" kalau enggak salah golongan darahku sih (o/+) tapi aku ragu, boleh kah?"

" ya sudah ke ruangan." ajak ku datar

sesampainya di ruangan pemeriksaan laboratorium dr Adrian duduk dengan pasrah di depan ku,

" udah enggak marah kan bii?"

"untuk apa cek golongan darah memang selama di kampus selama internshift selama kerja di Jakarta enggak pernah diperiksa?"

" lupa ." katanya

" kapan berangkat ke Palembang?"

lama dr Adrian diam dan kemudian suasana hening ,. kemudian aku membuka obrolan lagi

" aku enggak marah,,, kalau mau pergi silahkan itu keputusan dokter kan,, 'bii 'doakan semoga pendidikan spesialisnya disana lancar tanpa halangan dan cepat pulang bagaimanapun juga itu konsekuensi yang harus diambil karena harus bertanggung jawab, waktu empat tahun bukan waktu yang lama dan jika dalam tempo waktu itu dokter bertemu dengan seseorang yang jauh lebih cantik dan sepadan silahkan Monggo itu pasti akan jauh lebih baik karena pasti akan sepadan, karna mungkin itu takdir yang sudah digariskan. lagi pula kita cuma jauh lebih dekat juga baru Kurun waktu dua Minggu kan, ini belum terlambat kalau dokter ingin menyudahi, aku enggak apa-apa."

" enggak begitu bii, mas enggak mau bii."

". ini kartu golongan darah nya dokter bener " o dengan resus positive ya" ini kartunya kering dalam waktu 10 menit, mw diambil apa ditinggal di lab aja?"tanyaku untuk mengalihkan

" ditinggal saja, maaf ya bii."

" iya sudah dokter tidak apa, aku baik-baik saja hanya saja aku berfikir jika diteruskan dengan hubungan jarak jauh sedang sekarang umur bii sudah menginjak 27 tahun lalu masi harus menunggu selama 4 tahun, aku harus bagaimana mendengar cemoohan orang-orang, lebih baik kita sudahi saja jika kita memang berjodoh kelak pasti akan ada jalan yang mempersatukan tapi jika memang kita bukan jodoh pasti akan segera dipertemukan dengan yang lebih baik, okeh." dengan senyum ku tatap matanya dalam

" dr. Adrian tidak mengiyakan atau juga tidak menolak." ia pun hanya diam menatapku dalam

" kalau diam aku anggap itu sebuah persetujuan,"

" kapan dokter berangkat ?"

" seminggu lagi, tepatnya hari Sabtu,,

sekarang sedang mengurus surat-surat dan mulai packing barang."

" disana harus hati-hati, jangan teledor, kurangi tidur malam jika harus pasang alarm biar tidak kesiangan bangunnya jadi enggak telat, solat ya jangan sampai ditinggal, kurangi merokok kalau bisa berhenti sehabis ngopi minum air putih yang banyak ya, jangan terlalu sering nongkrong nge-band bolehlah sesekali untuk hiburan, jaga kesehatan hati-hati pola makan ya, sering kasih kabar orang tua biar enggak khawatir ." senyum ku tulus sekali lagi

" semoga Allah memberimu jodoh yang baik bii." ucap nya dengan terus menatap ku dalam

*******

itulah terakhir kali kami berkomunikasi dan setelahnya saat keberangkatannya dokter Adrian sama sekali tidak mengabariku walaupun hanya untuk sekedar berpamitan sedangkan dengan kru yang lain dia berpamitan tetap tidak untuk ku,. walaupun begitu doaku selalu kusertakan untuknya ya Rabb semoga dia baik-baik saja ....

🤲 aminn