webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
114 Chs

Chapter 46

Raku

"Aelah ... enak banget kamu Kaito ... dibantiun pacar mu", ucap ku iri pada nya.

"Berisik ah ... entar aku pinjemin juga kalo aku dah selesai", ucap nya sembari menyalin PR dari buku Ai.

"Gak sempet tolol!, udah lah aku kerjain sendiri ...", ucap ku lalu membuka buku matematika ku dan mengambil pulpen dari tas ku.

Apa bisa aku mengerjakan nya dalam sepuluh menit?

Aku kok bisa lupa seh!!

Matematika kan pelajaran pertama ...

Dari SD dulu aku dan Kaito paling lemah dalam pelajaran matematika. Kami selalu mendapat nilai di atas rata rata dalam pelajaran lain. Tapi ketika ujian matematika kami sama sekali tak bisa memahami rumus dan angka yang rumit ini.

Tak lama kemudian gadis yang duduk sebangku dengan ku datang dan duduk di samping ku.

"Eh!? Raku kamu belum ngerjain PR?", tanya gadis itu setelah memperhatikan ku sesaat.

"Hmm ... jangan bilang bilang loh", jawab ku tetap fokus pada soal.

"Ini ... contek punya ku aja", ucap nya dengan senyum ramah setelah mengambil buku matematika dari tas nya.

Eh?! cewek ini? beneran ini?

Karena bingung aku jadi terpaku pada wajah nya. Rambut panjang warna merah padam nya itu terlihat indah. Aku baru sadar aku duduk sebangku dengan gadis cantik.

"Oi ... malah ngalamun ...", ucap nya memukul kepala ku menggunakan buku yang ada di tangan nya perlahan.

"Oh ... boleh nih?, makasi loh", ucap ku lalu menerima buku matematika nya.

Karena nya aku terhindar dari amarah guru matematika yang sangat mematikan. Saat pelajaran pun dia selalu membantu ku. Meminjamkan ku pensil, menjelaskan rumus, dan memberiku contekan ketika aku diberikan soal.

Padahal aku tak tahu nama nya, tapi dia seperti sangat dekat dengan ku. Aku selalu ingin mengetahui nama nya, tapi situasi selalu menghalangi ku. Entah aku lupa, atau dia diajak bicara oleh teman nya.

=°=°=°=°=°=°=°

Kaito

Pelajaran berjalan seperti biasa. Aku bersyukur Ai duduk di samping ku. Karena dia selalu membantuku dalam pelajaran matematika. Aku heran kenapa dia tidak masuk klub matematika saja, padahal nilai nya tinggi. Dia malah memilih klub sastra.

Yah ... tapi kalau dia tak masuk klub sastra ... semua akan berbeda ...

Kriiingg ...

Bunyi bel pulang sekolah yang memecah ketegangan di dalam kelas. Murid murid lain segera keluar dari kelas.

"Huhh ... akhir nya ...", gumam ku seraya menghela nafas ku.

"Kai? kau mau ikut klub membosan kan itu hari ini?", tanya Raku yang sudah siap menggendong tas nya untuk melangkah pulang.

"Hmm ... gitu lah ...", ucap ku dengan nada malas sembari memasukan semua buku dan alat tulis kembali kedalam tas ransel ku.

"Ya udah ... jaga baik baik pacar mu itu ... dia sering di jahili kan?", ucap nya menunjuk ke arah Ai lalu melangkah keluar dari kelas.

"Hmm ... terserah kau kacamata peang ...", ejek ku.

"Ai ... makasih buat tadi pagi ya", ucap ku berterima kasih pada nya dengan sedikit senyum di wajah ku.

Dia hanya mengangguk dan memberikan senyuman manis seperti biasa. Saat aku memakai ransel ku dan hendak melangkah menuju klub sastra bersama Ai, aku melihat Mina tertidur dengan posisi duduk dan kepala diatas meja nya.

"Ai kau duluan aja ke ruang klub ... aku mau bangunin Mina dulu", ucap ku menunjuk ke arah bangku Mina.

Ai mengangguk lalu melangkah meluar dari kelas. Sekarang di dalam kelas hanya ada aku dan Mina saja. Karena kesunyian ini aku jadi ingat kejadian tadi pagi. Aku sedikit ragu dan gugup untuk menghampiri nya.

Sesaat setelah berpikir sejenak, aku pun membulatkan tekad untuk melangkah mendekati nya. Saat aku berada tepat di depan meja nya. Aku menepuk pundak nya.

"Mina? udah pulang oi ... bangun", kata ku membangunkan nya.

Setelah mendengar perkataan ku dia membuka mata nya perlahan dan mengangkat kepala nya.

"Hmm ... dimana ini?", tanya nya lemas.

"Eh?! kamu kenapa kok lemes gitu", ucap ku bingung.

Karena merasa ada yang tak beres aku pun menyentuh kening nya dengan telapak tangan ku untuk memastikan dia tidak sakit. Ternyata suhu badan nya panas, seperti nya dia demam.

"Mina? ... kau demam loh, aku anter pulang gimana?", ucap ku khawatir.

"Gak usah ...", ucap nya menolak mentah mentah ajakan ku.

Mina segera berdiri dan memakai tas nya lalu melangkah meninggalkan ku di kelas.

Dia kenapa sih?

Dia kalo kenapa-napa di jalan gimana coba?