webnovel

After Bad Destiny

Naulida Ambriaksi adalah seorang perempuan berusia dua puluh enam tahun yang bekerja di perusahaan minyak terbesar di Indonesia dengan posisi jabatan Manager Pengelolaan Minyak. Karir Naulida Ambriaksi terbilang sukses karena kerja keras dan kegigihannya. Namun, semua itu tidak dinikmatinya sendiri karena dia harus membiayai kuliah adiknya atas permintaan orang tua. Kasih sayang orang tua yang hanya dilimpahkan kepada adik Naulida membuatnya tertekan. Terlebih, dia juga mendapat masalah di kantor yang berimbas pada kehilangan pekerjaan yang telah susah payah diraihnya. Naulida kembali mendapat tekanan ketika adik Naulida hendak menikah dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh rekan kerja yang dipercayainya. Ia ditekan untuk mencari, mendapatkan jodoh dan ancaman dari rekan kerjanya. Naulida tentu merasa semakin risi sehingga dia memutuskan pergi dari rumah untuk menenangkan diri. Suatu ketika, dia bertemu dengan seorang lelaki yang memiliki paras tampan, agamis dan stylist di salah satu masjid. Dia tertarik dengan laki-laki itu. Apakah lelaki itu akan menjadi jodoh Naulida? Apakah Naulida bisa bertahan dalam menjalani ujian hidup dengan berpisah dari orang tuanya?

Angdan · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
54 Chs

Terjatuh di atas Badan CEO

Ibu Naulida, Ibu Naulidaaaa!

Panggilan yang melengking dan disertai dengan ketukan pintu berkali-kali memenuhi pendengarannya hingga ia bangun dari bangunnya dengan mengernyitkan dahi karena berisik.

Naulida beranjak dari kasur menuju pintu dan ia membuka pintu. Sosok yang mengetuk pintu dan memanggilnya dengan suara yang melengking itu adalah Andria. Naulida terkejut setelah melihat sosok yang membangunkannya dengan keras.

"Kamu yang membangunkanku?"

"Iya, Naulida."

"Ternyata kamu bisa mengeluarkan seperti itu, ya?"

"Bisa dong, Nau kalau terpaksa."

Naulida tidak menyangka jika, Andria bisa mengeluarkan suara melengking dan membangunkan orang lain dengan keras karena ia dikenal diam, lembut dan berbicara dengan nada pelan.

"Dasar, ya, kamu. Aku tidak menyangka, loh."

"Hehe, maaf, Nau kalau aku membangunkannya terlalu keras."

"Tidak apa-apa dan itu bisa membuat saya mengerti dan mengetahui kelebihan kamu tapi, lain kali jangan diulangi, ya karena itu akan mengganggu orang lain," tutur Naulida.

"Siap, Nau."

"Ada apa kamu ke sini?" tanya Naulida.

"Aku kemari ingin mengajakmu jalan-jalan di sekitar pantai karena teman-teman sudah bangun pagi sekitar jam setengah lima soalnya ingin melihat dan menikmati pemandangan terbitnya matahari," jawab Andria.

"Aku lagi mager, nih dan ingin berenang juga. Maaf, ya," tolak Naulida dengan lembut.

"Yah, padahal ada Bapak Alexander juga," ucap Andria sambil memajukan bibirnya.

Naulida terkekeh sembari mencubit bibirnya pelan."Aku tidak peduli karena aku ingin berenang dan bujukan itu tidak akan terpengaruh untukku, An," ucap Naulida dengan memejamkan mata sekilas dan mencolek dagunya.

"Ya sudah sana, kamu berenang saja, aku berenang di pantai bersama teman-teman dan Bapak Alexander," ucap Andria dengan nada kesal."Aku mau jalan-jalan dulu, selamat berenang, Bu Manajer kita," pamit Andria.

"Siap, jangan marah, ya, Andria yang cantik," bujuk Naulida.

"Aku tidak marah, Bu Manajer yang cantik dan susah ditebak," ucap Andria.

Andria pergi dari kamar naulida dan ia menutup pintu kamarnya tidak rapat. Naulida membuka pintu teras dan melangkah ke samping kolam renang. Ia menghirup udara pagi hari nan sejuk dan segar lalu, ia membuka mata untuk menikmati keindahan alam di Sumba.

"Ah, segarnya dan mata juga sehat kalau melihat seperti ini terus," ucap Naulida.

Naulida olahraga bagian tubuhnya mulai dari kepala hingga kaki sebelum berenang. Ia melakukan dua kali delapan dalam setiap bagian gerakannya.

Naulida berolahraga sambil memandangi pemandangan lautan yang besih, tenang dan berwarna biru tua dengan jarak pandang yang cukup dekat. Ia menoleh ke kanan dan melihat teman-temannya sedang bermain pasir di pantai dan ada juga yang mengambil foto dengan berbagai macam pose.

Daerah pantai dekat resort tidak hanya dipenuhi dengan teman-teman, tetapi ada pejabat kantor dan klien di sana sedang menikmati pantai dan berjemur di bawah terik matahari.

Mereka tertawa lepas sampai terdengar di kamar naulida. Ia pun ikut tertawa karena melihat semua orang senang dan menikmati liburannya. Naulida sangat bersyukur bisa merasakan liburan selama tiga hari dua malam.

Alexander menoleh ke arah Naulida dan ia langsung berbalik badan untuk sikat gigi dan mengganti pakaian atasan bikini karena baginya, kolam renang itu masih di area privasinya dan tertutup oleh tanaman yang mengelilingi kolam renang meskipun masih terlihat sedikit.

Setelah mengganti pakaian, Naulida melangkah ke kolam renang sambil membawa baju handuknya. Lalu, ia meletakkan baju handuk di kursi santai dan ia mulai berenang dengan gaya bebas dan santai dari ujung ke ujung. Naulida suka sekali dengan air ditambah airnya bersih dan jernih.

Ia berdiri di pinggir kolam dengan memandangi laut yang sangat dekat dari resort-nya. Naulida melanjutkan renangnya dan Alexander masuk ke kamar naulida sambil memanggilnya.

"Naulida Naulida," panggil Alexander sambil celingak celinguk."Di mana kamu?" Alexander mencarinya sampai masuk ke teras kolam renang dan ia melihat Naulida sedang berenang.

Naulida tidak menyadari kehadiran Alexander di kamarnya. Ia masih asik menikmati berenangnya dan ia kembali berhenti di ujung kolam renang dan menghadap ke arah lautan. Alexander mengambil baju handuknya dan disembunyikan di punggungnya.

"Kamu bisa renang juga ternyata," ucap Alexander.

Naulida membelalakkan matanya dan menoleh ke arah sumber suara sambil menutupi bagian dadanya. Ia melipat kakinya di kolam renang agar tidak terlihat oleh Alexander.

"Alexander?" sontak Naulida.

"Kamu kalau bisa renang, ajak aku dong biar enak ada temannya," goda Alexander.

"Bapak kapan ke sini? Kenapa tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?" cecar Naulida yang sedikit gugup.

"Pintu kamar kamu tidak tertutup rapat dan saya sudah memanggil kamu berkali-kali dengan keras tapi, tidak ada jawaban dari kamu," kilah Alexander.

Naulida gugup sekaligus takut karena ia tidak terbiasa dilihat oleh orang lain ketika dirinya memakai pakaian mini. Ia masih di ujung kolam renang dekat tanaman sambil menutupi dadanya.

Alexander memperhatikannya sambil tersenyum karena ia menyadari bahwa Naulida tidak pernah memakai pakaian mini.

"Kamu jangan takut sama aku, Naulida karena aku tidak akan macam-macam sama kamu," ucap Alexander.

Naulida menoleh ke arahnya yang memperhatikan dirinya sambil mengernyitkan dahi. Ia menggerakkan bola mata ke kanan dan kiri untuk memikirkan perkataannya. Ia berjalan membelakangi Alexander sambil berpegangan di dinding kolam renang. Lalu, ia naik tangga dan ke luar dari kolam renang sembari menutupi dadanya ke kursi untuk mengambil baju handuk, tetapi baju handuknya tidak ada.

Naulida melangkah ke depan dan sedikit membungkukkan badannya untuk mencari baju handuknya. Ia mengernyitkan dahi karena Naulida yakin bahwa baju handuknya diletakkan di kursi santai.

Alexander menghampirinya dan berdiri di belakangnya tepat di depan kursi santai satunya."Apakah kamu mencari ini?"

Naulida reflek berbalik badan dan melihat baju handuknya berada di tangan atasannya. Ia hendak mengambilnya, tetapi Alexander menjahilinya dengan menggerakkan tangannya ke kanan, belakang dan Naulida mengikuti gerakannya sambil berpegangan lengannya.

Alexander menatap Naulida yang serius ingin mengambil baju handuknya. Alexander mengangkat tangannya yang membawa itu dan Naulida reflek melompat dan terpleset. Ia hendak jatuh langsung berpegangan lengannya dan mereka pun terjatuh di kursi santai dengan posisi Naulida berada di atas Alexander.

Jarak wajah mereka sangat dekat dan dua gunung kembarnya menempel di dada Alexander. Tangan alexander memeluk punggungnya dan tanpa sengaja bibir mereka bersentuhan.

Sontak Naulida membulatkan matanya dan menatap Alexander. Alexander tersenyum ketika bibir mereka saling menempel. Naulida langsung mengambil baju handuknya dan beralih dari atas badan Alexander.

"Maaf, Pak, saya tidak sengaja," ucap Naulida sembari mengenakan baju handuk.

"Tidak apa-apa."

Naulida melangkah ke tangga menuju laut. Ia meninggalkan Alexander dan memilih duduk di anak tangga untuk menikmati laut Sumba yang bersih, jernih dan warna laut yang menyegarkan mata.

Hai, readers, mampir, yuk, ke ceritaku di setiap chapternya dan dukung karyaku dengan cara meninggalkan jejak di kolom review, masukkan buku ke dalam rak (Klik collection), klik power stone dan power ranking.

Selamat membaca, readers.

Angdancreators' thoughts