webnovel

Admiral Kegelapan Angkatan Laut

Dia adalah Admiral Angkatan Laut, dipuji oleh dunia sebagai sinar yang menembus kabut, "Tombak Suci" Longinus. Dia adalah Raja Dunia Bawah Tanah, ditakuti dunia sebagai pembawah zaman kegelapan, "Pedang Sihir" Apophis. Berjalan diantara hitam dan putih, menyebabkan berbagai pertempuran dan pertumpahan darah, sampai ketika dia berhenti sejenak, tanpa sadar dunia telah berlutut dibawah kakinya.

Sunlight08 · Cómic
Sin suficientes valoraciones
19 Chs

chapter 5

tetapi kabut hitam itu tidak menyerah, tetapi bergabung dengan alen sehingga dia bisa melihat seluruh pulau,

kemudian sebuah percakapan warga terdengar di telinga alen

"apa yg harus kita lakukan, apakah kita akan mati saat bulan merah tiba?"

"jangan khawatir, pendeta besar bilang dia akan menggunakan iblis sebagai korban untuk dewa"

"apakah iblis yg dapat melihat pikiran orang lain itu? iblis yang seperti itu tidak seharusnya hidup di dunia ini"

"tapiiii .... alen banyak membantu kita"

"ide bagus, jadi apakah kamu mau hidup bersamanya?"

"cough cough, apakah pengorbanan itu berguna? kenapa aku tidak pernah mendengar tentang itu?"

"mungkin saja, tapi mana mungkin pendeta besar membohongi kita"

wajah alen tampak tidak berubah, walaupun dia tidak pernah mengatakan secara langsung, para warga sepertinya tau bahwa dia bisa mengerti pikiran orang.

persepsinya terus berlanjut, kini ia mendengar sebuah percakapan di kuil

"alen.... sangat menyayangkan, dengan bakatnya aku dapat melatih dia menjadi kesatria hebat di desa ini"

"kepala desa, anda tahu bahwa kekuatan desa kita tidak cukup kuat untuk menahan serangan para bajak laut dan kita tidak dapat menunggu sampai ia dewasa, walaupun dia lahir dengan apa yang orang luar bilang kenbonshoku haki, apa yg bisa kita lakukan?"

"sangat menyedihkan dengan bakatnya, bahkan ketika aku berlayar bertahun-tahun aku tidak pernah mendengar seseorang dengan bakat itu, apa yg menjadi sangat penting adalah bahkan ketika dia tidak diterima oleh warga, ia tetap ingin membantu mereka"

"hmpph ini adalah salah takdir, kenapa kita harus dibebani tugas menjaga segel ini yang bisa berefek pembantaian, dibandingkan jika pedang itu jatuh ke tangan bajak laut maka lebih baik mengorbankan alen, mungkin kita dapat menguasai penuh kekuatan pedang itu"

"pendeta besar, coba anda pikir kembali, pedanh terkutuk itu bukanlah sesuatu yg dapat dikendalikan manusia"

"kepala desa, apa kau pikir kita bisa kembali? bagaimana jika alen tahu bahwa kita menjual adiknya ke pedagang budak, dia pasti akan membunuh kita seberapun baiknya dia"

"budak... menjadi budak" saat ini jiwa alen bagai lilin yg terkena angin, penuh ketidakpastian

dan percakapan itu terus berlanjut

"hey! saat itu aku terbutakan keserakahan, mungkin jika kita meminta maaf, alen yg baik hati itu akan memaafkan kita"

"hehe kepala desa, kau munafik! bagaimanapun aku tidak mau berdiri dihadapan monster iti lagi, jika saja aku tidak menghipnotis diriku kemarin mungkin masalah budak ini telah terbongkar"

"kapal budak ... kapal budak... hahaha sangat mengesankan! aku benci diriku yg bodoh dan tidak berguna ini!" mata alan dipenuhi air mata, ia berlutut sambil menangis

"pergilah... ambil pedang itu, itu akan membuatmu mendapat kekuatan untuk balas dendam" suara kabut hitam itu terdengar lagi

alen berjalan ke arah peti, membuka dan mengambil pedang itu.

saat ini sebuah pertempuran terjadi dalam diri alen, memperbutkan siapa yg berkuasa atas badan alen, biji kebencian dan kegelapan serta kebaikan dan semangat untuk hidup masing-masing memperebutkan kuasa, hingga akhirnya mereka bergabung menjadi jiwa yg baru.

BANG!

pintu kuil terpental, kepala desa dan pendeta itu melongo melihat apa yg terjadi, alen terlihat keluar dari kuil sambil membawa sebuah pedang, matanya penuh dengan perasaan ingin membunuh.

"ituuu.... itu adalah pedang 7 bintang! bagus sekali alen kau bahkan mampu mengambilnya, cepat sini berikan padaku" kata kepala desa penuh dengan keserakahan, ia perlahan mendekati alen

"gulp" pendeta menelan ludah, keringat dingin membasahi punggungnya

"kapal budak, sepertinya aku mendengar itu tadi" alen berjalan mendekati mereka dengan pelan, sambil menyeret pedang itu ditanah.

mata kepala desa terbelalak, mengingat peringatan dari pendeta tadi, keringat dingin mengucur di tubuhnya

"salah paham, ini semua salah paham alen, kau harus percaya padaku, aku akan melatihmu menjadi kestria yg terkuat... ahhhhh!!"

kepala deaa itu berteriak kesakitan sambil memegangi kepalanya karena satu tanganya yg entah kapan terpotong, pendeta bergidik ngeri tapi juga bingung dengan kelakuan kepala desa, apakah kepala desa menjadi gila? apa hubungannya tangan yg terpotong itu dengan memegangi kepalanya.

tidak lama pendeta itupun tahu sakit yg dirasakan kepala desa, tebasan pedang tadi bukan saja membuntungi tangannya tapi lukanya pun bagai ribuan lebah, ular, serangga, tikus menggigitnya, dan yg lebih mengerikan lagi nampaknya alen tidak akan begitu saja membunuh mereka, ia akan membiarkan mereka merasakan sakitnya.

"iii...iniii suara kepala desa dan pendeta besar"

"apa yg sebenarnya terjadi di kuil, mari cepat kita kesana"

alen mengangkat pedangnya dengan mulut tersenyum sadis, selanjutnya darah mengalir dari kuil ke desa yg pada akhirnya ke seluruh pulau, malam masih sangat panjang, pembantaian terus berlanjut.

setelah 3 hari, beberapa bajak laut berhenti di pantai.

"bos apakah legenda pedang suci terkutuk itu benar?"

"hahaha idiot, tentu saja itu bohong, apa kamu mempercayainya seperti anak kecil, kalaupun benar maka berita itu telah lama tersebar di kalangan bajak laut yg mengunjungi pulau ini"

"ah? terus mau apa kita disini?"

"tentu saja untuk menjarah, sebuah desa dengan sejarah panjang pasti menyimpan sesuatu yg berharga, apalagi para warga disini telah bertempur dengan bajak laut berulang kali, mereka mungkin cukup kuat untuk dijadikan umpan hahaha"

"hey bos kau sngat cer... wuooooo! bau apa ini?"

"gulp" bajak laut itu menelan ludah, dia tidak berani melangkah lebih jauh "ini bau darah, tapi ini terlalu pekat! tidak mungkin kan semua warga disini mati"

"bos.... apa kita lanjut kesana?"

"bodoh, tentu saja kita lanjut bagaimana mungkin kita bajak laut yg kejam ini berhenti disini"

setelah seperempat jam, semua bajak laut itu lari, hampir semua mengalami fobia bahkan ada yg menjadi gila.

tidak lama dari itu, kabar mengenai pembantaian besar di pulau arca tersebar membuat laut gemetar, hal ini disebut oleh pemerintah dunia sebagai ulah para bajak laut.