webnovel

Adik Penyihir Agung

Gadis yatim piatu yang diadopsi menjadi anak angkat dari keluarga Duke yang baru diangkat di bunuh oleh sepupunya karena perebutan tahta. Namun saat dia sedang menyerahkan dirinya pada takdir dia kembali kemasa lalu? "Aku akan menolak diadopsi, melarikan diri dan pergi belajar sihir di Menara Sihir!!" Tapi sebelum ia bisa melarikan diri ia malah di tangkap keluarga penyihir dari menara sihir dan akhirnya diadopsi lagi. Tapi, apa apaan ini???!! "Hm? Kakak? Kakak lah penyihir agung itu" Kakak angkatku yang kedua adalah penyihir agung? Dan kedua orang tua angkat ku adalah pendiri menara sihir?? dan apa apaan dengan kakak pertamaku yang penyihir dalam legenda 100 tahun lalu? Bagaimana kah hidupnya akan berjalan?Apa ia akan bisa menjadi penyihir dan hidup damai seperti mimpinya? Atau ia malah akan terlibat masalah dengan keluarga barunya yang penyihir??

DaoistRclUby · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
2 Chs

Chapter I - Kembali ke masa lalu

"Ayo cepat!!!"

Seorang gadis berambut coklat menarik teman mungilnya keluar sebuah bangunan yang terlihat sedikit tua. Sambil sedikit terburu buru mereka dengan terengah engah melewati lapangan yang luas menuju bangunan di sisi lain.

"Ya ampun... ini salah mu Haruna.."

"Ma- maaf"

Gadis berambut coklat itu terus terusan memarahi gadis mungil itu sambil menariknya. Gadis mungil itu hanya menunduk menyesal sambil terengah engah. Sesaat setelah mereka sampai di bangunan itu mereka telah di tunggu oleh seorang wanita paruh baya yang berumur sekitar 37 tahunan yang sambil memangku tangan memasang wajah seram.

"HARUNA, ANDINE DARI MANA SAJA KALIAN!!"

'aaaaaaaaa' teriak dalam hati gadis mungil bernama Haruna itu, satu hal yang dia fikirkan hanyalah kalau ia akan kehilangan jatah sarapannya dan di paksa membersihkan halaman sampai jam makan siang.

Wanita itu terus menceramahi kedua gadis itu tanpa henti selama hampir 20 menit,

"APA KALIAN MENGERTI?", Teriak wanita itu sambil menekankan suaranya

Haruna hanya mengangguk angguk tanda mengerti sedang Andine menjawab dengan pelan.

"Baiklah, bunda paham kalau kalian yang selalu tepat waktu ini pasti punya alasan karena sampai terlambat. Tapi jangan di ulangi lagi, jika hal ini terjadi lagi kalian akan kehilangan jatah makan siang dan di hukum membersihkan toilet, PAHAM?"

"Maaf....", Setelah kedua gadis itu meminta maaf, wanita itu mempersilahkan mereka masuk ruangan dan memberikan sarapan berupa sedikit roti dan susu.

***********

"Ini salah mu!!"

"Maaf kan aku...", Aku hanya bisa menunduk tanda bersalah di hadapan teman sekamarku ini. Andine adalah orang yang ada di tempat panampungan anak lebih lama 3 tahun dari ku dan selalu menjagaku sampai ia di adopsi di masa laluku yang dulu. Aku tidak tau bagaimana aku akan bisa bertahan jika tidak ada dia, sosok seperti kakak yang perhatian dan tidak pernah meninggalkan ku adalah sifat yang sangat ku suka darinya. Aku masih ingat kejadian saat aku menangis setelah mendengar ia dan kereta kuda orang tua barunya di serang bandit sesaat setelah pergi ke perbatasan daerah. Ah... jika ingat itu rasanya aku ingin sekali memeluknya saat ini.

"Tapi apa yang kau lakukan sebenarnya Haruna? Saat bangun kau malah menanyakan tanggal dan memelukku sambil bilang rindu. Apa kau bermimpi buruk?".

Terlihat ekspresi khawatir dari wajahnya. Oh ya ampun imut sekali bukan? Aku yang telah menjadi dewasa ini rasanya ingin sakali mencubit wajahnya yang manis itu. Tapi ku tahan, aku tidak tau apa tanggapan dia jika aku mengatakan atau bertingkah aneh lagi.

"Ia... Aku bermimpi buruk.. Aku bermimpi berpisah dengan mu dan kau pergi jauh dan tidak kembali", aku memberikan sedikit nada kekanakan dan walau ini tidak benar tapi aku tidak sepenuhnya berbohong juga kan?

"Baiklah jika begitu, tapi kau harus tau kalau bunda sangat tegas masalah waktu dan jangan membuat kita di marahi lagi mengerti!"

Waw... dulu aku sangat takut saat ia menceramahiku, tapi tak ku sangka kalau dia justru sangat manis. Aku rasa aku tau kenapa seorang duke bisa langsung berminat mengadopsinya saat pertama kali bertemu. Aku iri... huh.. bukan bukan!! Aku akan menjadi penyihir!! Sadarlah Haruna, kau jangan tertipu dan menjadi bagian dari kerajaan busuk itu. Kerajaan hanya berisi orang yang haus akan kekuasaan. Menjadi penyihir adalah pilihan terbaik.

"Huh!! Aku paham, serahkan padaku. Aku akan berjuang!!", Sambil berapi api aku malah menyuarakan isi hatiku. Andine hanya melihatku dan memiringkan sedikit kepalanya lalu menyantap sarapannya kembali. Begitu juga aku, aku harus segera menghabiskan makananku dan menyusun rencana. Seingatku aku akan di adopsi seminggu dari sekarang, dengan kata lain aku harus bisa keluar dari sini sebelum itu dan pergi ke menara sihir.

**********

Setelah makan, aku dan Andine di perintahkan untuk membersihkan halaman oleh bunda. Cih.. padahal aku sudah berhasil bersembunyi di perpustakaan sampai setengah jam, tapi semua sia sia saat Andine menemukanku dan menarikku untuk melakukan bersih bersih.

"Jahat", kataku sambil cemberut kepada Andine yang sedang memegang sapu yang lebih besar darinya.

"Hm? Apanya?", Ia memasang wajah polos sambil tetap menyapu halaman.

"Seharusnya kau membiarkanku saja diperpustakaan itu dan tidak menarikku seperti itu. Bunda menjadi sangat marah dan membuatku di ceramahi lagi kan jadinya...", kataku sambil bermalas malasan dan memungut daun daun kering di bawah kakiku.

"Kita kan sudah berjanji akan membersihkan halaman sebagai hukuman, jadi kita harus menepatinya dong. Sudah jangan bermalas malasan lagi, jika kita semakin lama maka kita akan terlambat makan siang dan mendapat hukuman ganda."

"Ia ia... Kau memang sangat tertib itu lah kenapa duke suka padamu kan...", Kata ku sambil berbisik. Namun sepertinya Andine mendengarku dan aku langsung mengalihkan pembicaraan karena tidak mungkin aku mengatakan sesuatu seperti kau diadopsi duke karena sifat yang itu atau sebagainya kan?

Haaa... tapi, saat di perpustakaan aku sempat mencari buku yang menceritakan tentang sihir atau menara. Kenapa tidak ada ya... Apa karena menara itu bukan topik yang bisa di bahas di sembarang tempat? Saat di masa lalu pun aku selalu di beri tahu kalau hubungan menara dan kerajaan selalu tidak akur dan dilarang menyebutnya saat di pergaulan. Sihir juga sama, tidak ada satupun bangsawan yang mengenal sihir kecuali mereka yang berhubungan langsung dengan kerajaan atau menara sihir. Tapi kalau begini...

"BAGAIMANA CARAKU MEMPELAJARI SIHIR DONG!!!"

"Ha.. Haruna??"

Ups... tanpa sadar aku malah berteriak. Andine tidak akan berfikir hal yang buruk kan?

"Haruna ingin belajar sihir?", Katanya dengan suara lembutnya. Sangking lembutnya aku sampai bingung mau bagaimana cara menjawabnya, aku tentu harus menjawab senatural mungkin dengan memikirkan umurku saat ini kan? Tapi apa? Kalau aku menjawab, maka akan terdengar lebih aneh bukan? Memangnya aku pernah melihat sihir? Masa anak umur 6 tahun yang tidak pernah lihat atau tau sihir tiba tiba bilang mau belajar sihir... kan gimana gitu. Apalagi di kerajaan yang tidak terlalu mengenal sihir ini.

"Ah! Apa Haruna mau belajar sihir setelah lihat kak Daisy?"

Daisy? Siapa lagi itu? Memangnya aku kenal? Kayaknya selama aku di penampungan dulu aku tidak pernah dengar namanya deh.

"Aku juga sangat senang saat melihat sihir kak Daisy, bukankah itu indah? Ia bisa menumbuhkan pohon dan membuat bunga bermekaran dalam sekejap. Aku harap aku juga bisa sihir... Haruna juga suka?"

"ITU DIA!!!", kataku dengan semangat sambil memegang bahu Andine. Jika ada dia maka aku akan bisa menggunakan sihir atau setidaknya dia pasti tau cara untuk bisa memasuki menara sihir.

"Kau tau dimana kak Daisy sekarang Andine?"

"Huh? Dia kan ada di gedung barat...", kata Andine dengan wajah penuh pertanyaan. Jadi itulah kenapa aku tidak pernah mengenalnya, itu gedung yang bersebrangan dengan gedung ku tinggal tapi memangnya kenapa? Dengan ini aku akan bisa terhindar dari adopsi bangsawan dan terhindar dari maut.

"Aku akan kesana!!!", teriak ku sambil mencoba berlari pergi. Namun Andine manahanku dan dengan wajah menyeramkan ia memaksaku menyelesaikan hukuman membersihkan halaman. Jadi dengan berat hati aku membersihkan dengan secepat kilat dan berharap bisa segera menemui kak Daisy.

**********

Butuh waktu 3 jam untuk membersihkan seluruh halaman. Dan kerena sudah jam makan siang terpaksa harus segera mengahadap bunda agar tepat waktu. Ditambah lagi, setelah itu ada jam tidur siang yang harus di lakukan anak dibawah sepuluh tahun. Aaaaaa ini membuatku depresi, apalagi saat harus bernyanyi dan belajar bersama selama satu jam sebelum tidur. Jiwa orang dewasaku terguncang saat aku harus bersikap seperti anak yang lucu. Aku dulu memang terkenal sebagai anak lucu yang di cintai semua orang karena sihir bawaan ku ini. Namun saat sekarang, saat aku yang berjiwa dewasa yang telah paham cara mengendalikan arah sihir ini sadar. Ternyata, sihir ini sangat menyusahkan!!! Saat jiwaku belum kembali, orang orang ini telah terkena sihirku dan sejak aku tidak pernah belajar sihir dengan benar aku sama sekali tidak paham bagaimana cara mengapus pengaruhnya. Orang orang yang mengerubungi ku itu terihat sangat menyesakkan dan aku tidak tau bagaimana sebenarnya aku yang di masa lalu bisa sangat senang sampai membiarkan sihir ini mengalir keluar dengan seenaknya.

Baik lupakan masalah tadi, karena tidur terlalu lama sekarang sudah jam empat sore dan tinggal satu jam sampai jam kumpul malam. Aku harus bergegas dan menemui kak Daisy. Setidaknya aku harus dapat informasi agar aku dapat tidur tenang. AKu mau segera keluar dari penampungan ini dan hidup bebas di menara sih-

*Brak

"Agh", aku terjatuh saat memikirkan banyak hal sambil berlari. Aw.. kurasa aku menabrak seseorang lagi setelah tadi pagi menabrak kakak kakak di bangunan timur saat membersihkan halaman dengan terburu buru.

"Kamu tidak apa apa adik mungil", suara merdu yang sama dengan Andine tapi ups. Hampir saja sihirku keluar tanpa sadar seperti sebelumnya. Aku mengangkat kepalaku sambil menyambut uluran tangan di depanku lalu berdiri. Seorang perempuan cantik bermata biru dan berambut pirang sedang bediri dihadapanku. Hampir saja kata kata bidadari keluar dari mulutku. Sambil membersihkan kotoran di bajuku ia mengelus kepalaku dengan lembut sambil mengatakan,

"Kenapa kamu berlari seperti itu? Apa ada yang sedang kau lakukan dengan terburu buru sampai harus berlari?". Aku yakin jika ada yang namanya bidadari pasti orang ini, aku merasa melihat cahaya di belakangnya. Sambil terkagum kagum aku menjawab,

"Aku sedang mencari kak Daisy!! Tapi karena mau jam sore, aku harus cepat", Agh aku mau muntah dengan caraku berbicara. Nadanya itu lho, hampir saja aku menampar wajahku sendiri sangking jijiknya. Aku harus tahan... huuu haaaa huuu haaaa, bagus aku harus melanjutkan pembicaraan,

".. kakak tau dimana kak Daisy?"

"Oh.. Ada keperluan apa kamu dengan dia?"

Uh.. Apakah aku bisa mengatakan nya disini? Aku tau dari Andine kalau soal dia yang bisa sihir itu hal yang sudah di katahui banyak orang tapi tetap saja. Tapi kalau kufikirkan baik baik, bukankah anak anak itu biasanya bicara polos dan jujur? Aduh.. boleh kukatakan tidak ya..

"Adik? Ada apa? Kenapa kamu diam?"

Kebanyakan berfikir, kataku dalam hati. Terserah deh ku jawab saja.

"Mau belajar sihir!!"

"Kamu mau belajar sihir? Kamu tertarik? Aku Daisy yang kamu cari kok",

Ah... jadi dia?

"A- Apa... Apa kakak tau dimana itu menara sihir?", saat ku sadar aku sudah mengatakannya. Apa sih yang kulakukan. Kenapa langsung menara sihir coba? Apa aku aneh? Pasti ia akan mengira aku anak aneh kan?

"Menara... sihir...?"

Tuh kan... ia saja sampai bicara dengan gagap. Ia pasti terkejut, habis sudah kesempatan terakhirku. Aku akan mati di tangan bangsawan kerajaan, selamat tinggal dunia dan maaf kan aku wahai kesempatan kedu-

"Apa kau bisa mengendalikan mana, adik kecil?", gitu katanya. Kenapa dia malah terlihat bahagia. Haruskah kujawab ia? Coba saja kali ya

"Ia... Aku.. Aku mau belajar jadi penyihir di menara. Aku bisa melihat mana", su- sudah kukatakan. Respon, cepat respon dong kak. Aduh jantungku, tolong jangan bilang seperti 'oh begitu' atau 'benarkah' saja. Tolong....

"Jadi ingat dulu, kakak juga pernah bermimpi menjadi penyihir menara. Tapi karena kemampuan kakak kurang bagus kakak terpaksa menyerah."

"Kurang? Dari mana kakak tau?"

"Seorang penyihir yang pensiun pernah mengajari kakak dulu saat kakak masih muda. Kamu tau, kakak dulu sering menyelinap keluar dari sini. Saat sedang main main di desa, kakak bertemu penyihir itu dan diajarkan sihir dasar. Ia memberi tahu kakak tentang menara sihir namun saat kakak bilang mau jadi penyihir menara dia bilang kalau kemampuan kakak tidak cukup. Hahaha.."

Ketemu, ini yang aku cari. Penyihir itu pasti tau sesuatu. Aku harus cari tahu lebih dalam tentang penyihir itu agar bisa tau informasi mengenai menara.

"Aku bisa bertemu dengannya? Aku mau jadi penyihir juga, boleh?", aku tidak tau harus bagaimana jika sampai kehilangan kesempatan ini. Tolong lah...

"Boleh..."

Dia memberi tahuku banyak hal mengenai penyihir itu dan bahkan lobang rahasia untuk keluar dari panampungan yang sempat ia singgung sebelumnya. Tidak hanya menjelaskan ciri sang penyihir ia bahkan memberikan peta dan mengambarkan petunjuk agar aku lebih mudah menemukan lobang serta rumah sang penyihir. Ini membuat ku sedikit khawatir karena ia mengatakan semuanya dengan lancar tanpa keraguan sedikitpun. Lalu saat kutanya kenapa ia memberi tahuku banyak hal padahal aku hanya anak berumur enam tahunan yang penasaran ia menjawabku dengan senyum yang sedikit sedih.

"Ah... Aku dulu sangat depresi saat di katakan kurang kemampuan. Aku terfikir hal itu berhari hari sampai aku jatuh sakit dan mogok makan hingga kekurangan gizi. Sekarang aku baik baik saja, namun karena saat itu sangat parah. Aku bahkan tidak bisa berjalan jauh karena efek samping itu. Aku sangat senang saat menemukan orang yang berbakat sihir, aku berharap kamu bisa menjadi penyihir dan tidak seperti ku. Betapa bahagianya aku jika orang yang kutemui jadi penyihir dan berbakat. Aku... hanya... ingin kau bisa menggapai impianmu..."

Setelah itu ia menceritakan, bagaimana belajar sihir dapat menyelamatkannya dari ketidakberdayaan dan membuatnya semangat menjalani hidup setelah di cap tidak berguna dan di buang oleh ayahnya. Walau ia hanya bisa menggunakan sihir sederhana, namun ia bilang ia sudah cukup bahagia. Karena berkatnya, ia bisa membantu orang orang di penampungan dengan sihir air atau tumbuhannya untuk mempercepat proses panen. Pembicaraan kami terputus karena lonceng yang menandakan jam lima sore. Dan ditutup oleh dia yang mendoakan keberhasilanku.

Aku kembali dengan perasaan sedih, entah bagaimana aku bisa merasakan perasaan yang ia rasakan itu. Saat aku di bunuh pun aku merasa kalau aku sepertinya hanya melakukan hal yang tidak berguna dan membuat lubang kehancuranku sendiri. Seperti ia yang akhirnya gagal, depresi dan berakhir untuk merelakannya. Aku justru mendapat kesempatan kedua, aku harus berjuang untuk mengubah takdirku. Aku terus melamun dan baru berhenti berfikir saat Andine terus terusan memasang wajah khawatir dan menyakan kabarku berkali kali.

Yah... setidaknya besok aku harus berjuang dan menemukan rumah sang penyihir. Aku harus istirahat, masih ada enam hari lagi sampai hari aku diadopsi jadi masih ada banyak waktu. Jangan terburu buru, atau aku malah akan berakhir menyia-nyiakan kesempatan kedua berhagaku ini. Jika tidak ketemu besok maka masih ada hari hari lain. Semangat!!!

**************

Itu yang kukatakan dalam hati, namun siapa yang tau kalau hari ini aku malah menabrak seorang pria muda sesaat setelah aku menyelinap keluar melalui lobang rahasia. Kalau bunda tahu maka mati aku... siapa dia ini... bukan orang dari penampungan kan...

"Kamu... menyelinap??", ukh dia malah mengatakan itu dengan suara yang terdengar sangat bahagia. Apa dia akan melaporkanku?

Kukira sih itu tapi... kenapa dia malah membawaku kerumahnya, membelikanku baju cantik, mengajakku makan di restoran mahal lalu uh... a.. apa katanya?

"Kau tidak dengar? Aku bilang kalau sihir bawaanmu itu, tipe yang membuat orang lain nyaman padamu kan? Kau bahkan bisa mengendalikannya dengan baik, pintarnya. Sihir jenis itu padahal sangat jarang lho, sulit di kendalikan malah"

Dia... BISA TAU TENTANG SIHIRKU???!!!!!

"Ka- kakak...Kakak kok ta-tau...?"

"Hm? Aku belum bilang ya? Aku ini..", ia membuka tudung bajunya dan menunjukkan wajah yang cantik. Pria manis yang akan membuat bahkan para gadis di kerajaan mengantri hanya untuk melihat wajahnya. Lalu ia melanjutkan,

"... kan penyihir dari menara. Salam kenal adik manis", senyumnya... senyumnya menyejukkan. Rasanya seperti minum air di sungai mangalir diatas gunung yang kalau kami kehabisan stok air di penampungan harus manjat keatas sana sampai tiga jam, saat minum rasanya sangat se-

Uh... tunggu sebentar tadi dia bilang apa?

Sihir... si... si... eh... um.. apaan?

PENYIHIR????!!!!!!!!

****************