Di tengah lautan dari kapal yang berlayar di sambut pemandangan yang indah di pandang, air yang membiru jernih tak pernah di sentuh oleh tangan-tangan jahat, burung-burung terbang melewati lautan, angin yang berhembus halus menyejukkan sepanjang perairan, di pinggiran kayu kapal dia berdiri seakan terbawa suasana tenteram lautan, seakan dia tak mempercayai sangat indah apabila lautan dilihat ketika berlayar di atasnya.
Setelah berjam-jam di lautan kapal yang di tumpangi Abdul berakhir di persinggahan pelabuhan sirdiynan. Menuruni tangga dan melihat sekeliling membuatnya takjub dengan negeri yang indah, "allah maha besar tiada yang mampu menandingi kekuasaannya apabila dia memberikan kecerdasan kepada manusia untuk menata tempat hidup mereka." Dia bersujud merasa bersyukur merasakan suasana yang berbeda dari sebelum-sebelumnya.
"beruntungnya aku mendatangi tempat ini."
Abdul berjalan memasuki sudut-sudut negeri sirdiynan, terlihat banyak anak-anak yang ceria bermain bersama, terlihat masyarakatnya yang sangat rukun dengan sesama, bagaikan negeri tanpa perselisihan dan terpecah belah, tak segan pula mereka memberikan senyuman hangat kepada pendatang baru.
Tak beberapa lama dari samping seorang lelaki yang bernama syuaib menghampiri abdul dan bertanya kepadanya, "salam saudara. Apakah kamu pendatang baru di sini?."
Jawab abdul kepadanya, "benar saudara saya baru tiba di sini."
"Apakah kamu memiliki kerabat ataupun teman yang hendak kamu kunjungi?."
"Tidak, saya hanyalah seorang musafir yang berpindah-pindah tempat untuk mencari pengetahuan di tempat-tempat." tak ada tempat abdul kunjungi baik kerabat maupun teman lantas Syuaib menawarkan untuknya tinggal sementara waktu di rumahnya, dengan senang hati abdul menerima tawaran dari syuaib.
Setiba di rumah syuaib, dia memperlihatkan seisi rumah yang kecil dan hanya memiliki satu ruangan saja, "hanyalah tempat sederhana saudaraku yang kecil dan panas di siang harinya dingin ketika malam harinya."
"tidak apa-apa saudaraku bukanlah kemegahan ataupun kesempurnaan tempat yang aku cari namun keikhlasan dalam membantu yang terpenting."
Tiba-tiba terdengar suara merdu seorang remaja yang membaca al-Quran di salah satu kamar rumah syuaib. Tanya Abdul sambil tersenyum, "siyapakah yang melantunkan surah itu?, sungguh indah sekali."
Jawab syuaib, "dia adalah adik angkatku."
"Adik angkat, bagaimana bisa?."
"Anak itu telah kehilangan ayah dan ibunya ketika para pasukan kejam menyerang negeri mereka, namun untung saja anak itu bersembunyi dari pasukan itu."
Abdul bersama syuaib mendatangi kamar si remaja tersebut. di balik pintu dia yang melihat anak yang dalam keadaan buta hanya merasakan satu demi satu huruf dengan jari tangannya membuatnya terharu melihat seorang anak yang giat membaca Al-Qur'an dalam kondisi yang kurang namun sangat fasih di dengarkan, dia menghampiri duduk berdampingan dengan si remaja lantas mengecup tangan, pipi, jidat, hingga memeluk si remaja tersebut dalam keadaan tangis tersedu-sedu. Jabir terheran-heran siyapa dan mengapa seseorang tiba-tiba , memeluk, dan menangis. Syuaib berkata kepada Jabir si remaja tersebut, "dia adalah pengunjung negeri kita ini, dia bernama abdul, dia sangat terharu mendengar suaramu ketika melantunkan surah yang kau baca."
Jawab jabir, "tidak kak, suara saya tidaklah merdu, yang membuatnya terdengar bagus karna ketulusan dalam membacanya."
Abdul terus menatap wajah jabir yang sangat polos, namun Jabir mengetahui bahwa Abdul terus menatap wajahnya. tegur Jabir kepadanya, "kak mengapa menatap wajah saya?." Ternyata abdul tak mengetahui walau Jabir yang buta namun masih bisa merasa.
Jawab abdul, "bukanlah keadilan dirampasnya penglihatan darimu."
"Walau begitu kak, saya sangat bersyukur mendapatkan kesempatan membaca kitab suci dalam keadaan seperti ini."
Tak tahu mau mengatakan apa lagi seakan-akan semua pertanyaan sudah terjawab oleh Jabir.
"Semoga kelak yang kamu rasakan pada saat ini akan membawamu pada kebahagiaan suatu saat nanti."
Pada malam hari suasana sirdiynan sangat ramai dengan orang-orang yang terbiasa berjalan bersama keluarga menuju masjid tempat mereka sholat. Abdul bersama syuaib melakukan sholat berjamaah, di sanalah bertambah lagi nikmat yang di rasakannya bersama para orang shaleh, yang selama ini berasal dari tempat tinggalnya sendiri memiliki masjid dan sebagainya tetapi jarang orang-orang tuk memasuki apalagi mengingatnya.
Setelah selesai berjamaah Abdul dan orang-orang yang berada di dalam masjid berkumpul saling berbagi cerita. Seorang yang terhormat memuji akan perilaku Abdul yang rela meninggalkan urusan duniawinya demi mengurus akhiratnya, "tidak ada lagi pemuda yang seperti mu mau menjadi musafir walau terkadang banyak halangan dan rintangan di setiap perjalanan, aku kagum kepadamu abdul."
"tidak tuan, awal mula saya hanyalah seorang penipu di negeri tempat tinggal saya, namun pada hari itu...." abdul menceritakan saat pertama kali dirinya mendapatkan pertanda akan takdir yang di berikan kepadanya hingga ia benar-benar menjadi musafir.
"Maha kuasa Allah yang menjadikanmu hamba terpilih dengan caranya sendiri."
"beruntunglah tujuanku yang selanjutnya adalah negeri ini tuan, ketika aku sampai di siang hari tadi, aku melihat seluruh masyarakat bekerja keras dan saling membantu, selain itu mereka sangat ramah serta sopan kepada pendatang seperti saya, saat menuju masjid aku melihat semua orang beramai-ramai pergi kemari. Dan selebihnya saya sangat tersanjung melihat indahnya sirdiynan negeri yang di bentuk dengan baik."
"jika tiadanya dahulu para ulama yang datang ke negeri ini. Mungkin negeri ini tidaklah seperti sekarang?. Dahulu sebelum masuknya para ulama negeri ini di penuhi dengan kemaksiatan dan kezaliman, saya termasuk di antara kedua sifat itu, berkat merekalah orang-orang yang hijrah dari negeri hujung timur membuat kehidupan saya hari demi hari membaik."
"apakah negeri hujung timur itu sama seperti negeri sirdiynan ini tuan?."
"Yah dahulu. Namun sekarang hanyalah sisa reruntuhan saja."
Abdul berfikir remaja yang bersama syuaib memiliki hubungan dengan negeri hujung timur. Abdul mencari tahu apakah benar si anak itu ada hubungannya dengan negeri itu, "Maaf tuan, mengenai seorang anak yang berada di rumah syuaib, anak itu telah kehilangan kedua orang tuanya?."
"Benar, remaja itu kami temukan ketika kami hendak membantu saudara kami yang berada di hujung timur saat terjadi konflik antara sekutu dengan ras baftun."
"ras seperti apakah mereka?." Tanya Abdul.
Jawab mahmed, "baftun adalah orang-orang pembunuh dan perampas negeri yang lemah akan pertahanannya sehingga dengan mudah mereka mengambil alih wilayah mereka."
"apakah tuan bisa mengantarkan saya ketempat itu?."
"mengapa kamu ingin mendatangi tempat bekas penjajahan itu."
"ada yang ingin saya lakukan di sana."
Pagi hari.
syuaib membawa seekor kuda kepada Abdul, "apa kau bisa menunggangi kuda?." Tanya syuaib dengan sedikit meledek. senyumannya sebagai balasan kepada syuaib yang meledek kepadanya, "benarlah apa katamu syuaib. jika air saja bisa jatuh dari awan mengapa tidak dengan awan yang di atas bisa jatuh ke tanah juga?."
Dua ekor kuda berjalan beriringan namun secara tiba-tiba kuda milik syuaib melaju seakan menandakan ingin menguji kemampuan Abdul. tak di sangka abdul mendahuluinya dengan cepat. Ucap syuaib sambil tersenyum malu, "benarlah katamu. tak haruslah aku merasa paling hebat."
"mengapa kalian terlihat saling adu kecepatan?." Tanya Omar kepada mereka berdua.
"kami hanyalah sedang berolahraga saja." Jawab abdul.