21

---

"...Menyeimbangkan sesak dan tawa ternyata serumit ini tetapi setidaknya hampa itu perlahan tersamarkan tidak menyakiti lagi..."

-----

----

Dengan segala ketegaran hati yang tersisa, kakiku melangkah menuju ke tempat seseorang yang selalu kupanggil ayah sadari dulu. Untuk apa lagi ia kemari? Apakah semuanya belum cukup?.

"Apa yang anda lakukan disini?" pertanyaan itu sebagai lontaran pertama dari bibirku saat mata kami telah beradu pandang. Mungkin kalian sudah mencelaku berbicara tidak sopan seperti tadi tetapi tidak bagiku karena memang dia pantas mendapatkannya.

"Ingin menyakitiku lagi dengan perkataan rendahmu!" melihat ia hanya menatapku gamamg serta hampa lontarkan kembali kusuarakan. Tanpa sedikitpun rasa iba lagi bahkan tatapan mendambaku padanya sudah terhapus entah lebur kemana. Rasa sayang yang selalu ku prioritaskan padanya kini tak lagi ku berlakukan karena aku tau ini hanyalah kesia-siaan