webnovel

90th Days (Stockholm Syndrome)

"Aku mencintaimu, dan cukup katakan jika kau mencintaiku, maka aku akan ikut bersamamu kemanapun kau pergi, bahkan ke dasar neraka sekalipun aku akan turut bersamamu" _bbh_

soo_yong · Otras
Sin suficientes valoraciones
13 Chs

Part 6

17 Hari lalu

Tidak ada hal lain yang Chanyeol dan Baekhee lakukan selain bercinta, Baekhee sudah seperti wanita murahan yang selalu menggoda laki-laki itu. Ini bukan paksaan, keduanya menyukai permainan masing-masing. Hampir setiap malam keduanya saling beradu desahan yang menggema di seluruh ruangan yang mereka tempati.

"Oppa lebih cepat aahh~"

Baekhee benar-benar seperti jalang kecil. Gadis itu tidak segan meminta Chanyeol menyetubuhinya dan akan berakhir jika keduanya menggeram dan melenguh setelah pelepasanya.

"Apa kau akan pergi sekarang Oppa?"

Baekhee melihat Chanyeol yang sudah memakai pakaian khasnya. Laki-laki itu hanya menakai pakaian biasa saat pergi dari tempat itu, Baekhee tidak pernah tahu apa yang laki-laki itu lakukan di luaran sana, Baekhee hanya tahu tentang 2 hal tentang Chanyeol, yaitu seorang pembunuh bayaran dan mantan mafia, selurus itukah seorang Byun Baekhee yang mempercayai hal yang dia dengar dari orang lain tanpa mencari tahu dan perduli tentang fakta yang sebenarnya. Gadis itu hanya berfokus pada Chanyeol seorang, gadis itu tidak memperdulikan hal lain yang mungkin akan membuatnya pusing bukan main.

"Ya sayang, ini hal penting" Chanyeol mengecup kening dan bibir Baekhee yang sudah menganakan kemeja Chanyeol yang selalu kebesaran di tubuh mungilnya.

"Berhati-hatilah Oppa"

"Ya"Jawab Chanyeol singkat, sebelum melangkah lebih jauh.

"Oppa"

"Hm?"Chanyeol menoleh kembali saat gadis itu memanggilnya.

"Aku mencintaimu"

Chanyeol tertegun mendengar pernyataan cinta yang mungkin sudah dikatakan Baekhee ratusan kali. Ada dorongan kuat dari dalam dirinya untuk mengatakan hal yang sama, tapi laki-laki itu urung mengatakanya, laki-laki itu hanya bersikap realistis, Chanyeol tidak ingin memberi harapan lebih jika kenyataanya dia sendiri tidak tahu ini semua akan berakhir seperti apa.

Chanyeol menghelan nafas setenenag mungkin, laki-laki itu memejamkan matanya sejanak.

"Ya, jika ada apa-apa, hubungi Irene"

Hanya itu yang bisa Chanyeol katakan, sekali lagi, laki-laki itu tidak ingin memberi harapan lebih.

"Katakan jika kau juga mencintaiku Oppa"Baekhee lirih.

"Aku harus pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik hm"

Chanyeol menghilang di balik pintu setelah mengatakannya begitu saja. Andai laki-laki itu tahu jika Baekhee nelangsa, ini menyakitkan saat laki-laki yang selalu mejamah tubuhnya juga bersikap layaknya kekasih yang manis tidak sekalipun mengatakan hal yang sama.

"Apa ini? Hatiku merasa sakit"

Baekhee memegangi dadanya, ada sesuatu yang terasa sakit di dalam sana, jantungnya terasa seperti diremas kuat, tenggorokanya seperti tercekat dan nafasnya begitu berat dan menyesakkan.

"Aku akan menunggu, Oppa"

Hari ke 88

Baekhee masih berpikir keras tentang seseorang yang mengikutinya. Gadis itu merasa tidak asing dengan wajah laki-laki yang mengikutinya itu, Baekhee berpikir jika dia pernah bertemu denganya beberapa kali.

"Aku yakin pernah bertemu denganya, tapi dimana?" Baekhee sangat yakin pernah melihatnya.

"Ah!" gadis itu seperti mengingat sesuatu"...dia orang yang sama, aku yakin, ah anak itu!" Baekhee mengingat laki-laki itu sebagai siswa sekolah menengah yang dia temui di sebuah mini market saat dirinya keluar tengah melam hanya untuk membeli eskrim.

Tidak masuk akal memang, mengingat itu tengah malam dan cuaca di luar cukup dingin dan dirinya sangat menginginkan eskrim Strawberry dan beberapa rasa lain.

Sikap aneh Bekhee lah yang mengundang siswa menengah itu menatapnya aneh.

"Tapi untuk apa dia mengikutiku?" Baekhee masih berpikir "...astaga, jangan mengatakan jika dia menyukaiku, yang benar saja" itu spekulasinya sendiri dan mengundang tawa geli karena perkataanya sendiri.

17 Hari lalu

Setelah Chanyeol pergi, gadis itu kembali bergelung di bawah selimut dengan perasaan tidak menentu. Apa Chanyeol menolaknya? Itulah pikiran-pikiran yang selalu dia pikirkan setelah laki-laki itu tidak memberinya kabar seharian. Bekhee tahu jika laki-laki itu tidak akan memberi kabar jika mengatakan akan pergi, tapi gadis itu selalu berharap.

"Ah kenapa kepalaku sering merasa pusing?"

Baekhee bangkit dan berjalan ke pantry kecil untuk mencari makanan yang bisa dia makan. Baekhee membuka semua penyimpanan dan kulkas untuk mencari sesuatu yang menarik, anehnya tidak ada satu makananpun yang menggugah seleranya.

"Ah, aku tidak lapar, tapi aku menginginkan sesuatu untuk dimakan" gadis itu merasa frustasi "...ini aneh, biasanya makanan-makanan itu akan menjadi favoritku, tapi apa sekarang? Payah!"

Baekhee menggerutu sendiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, ini sudah malam, dan hari hampir berganti.

"Hahh..." Baekhee membuang nafas kasar saat melihat pantulan wajahnya di cermin, gadis itu melihat pipinya terlihat lebih berisi walaupun tidak dengan tubuhnya "...apa aku terlihat gemuk sekarang?"

"Dan apa? Aku menginginkan eskrim saat ini, dan memakanya sekarang juga"

Baekhee memutuskan keluar sendiri tanpa Chanyeol, gadis itu tidak bisa menahan keinginanya untuk memakan eskrim walaupun jam sudah menunjukan pukul 11 malam lebih. Entahlah, gadis itu merasa itu tidak bisa ditunda lagi. 'Eskrim' hanya dengan menyebutkan nya saja sudah membuat liur Baekhee hampir menetes.

"Strawberry, Vanila, dan...Cokelat tidak buruk"

Baekhee mengambil 3 Cup es krim berukuran sedang dan beberapa makanan lain yang ada di toko 24 jam itu. Setelah membayar makanan yang dia ambil, Baekhee memilih tempat duduk di depan toko untuk menikmati es krim yang dia beli, entahlah seperti tidak ada hari esok, Baekhee menghabiskan semua es krim itu. Baekhee tidak sadar dengan tatapan aneh seorang laki-laki yang menggunakan seragam sekolah menengah, entahlah tatapan apa yang dilayangkan pada Baekhee, yang pasti gadis itu tidak suka ditatap seperti itu.

"Apa yang kau lihat?" Baekhee sebelum bangkit dan meninggalkan pelataran toko 24 jam itu.

Baekhee berjalan untuk kembali ke tempatnya, ini tidak terlalu jauh, tapi jalanan yang dia lalui cukup sepi, seketika gadis itu menjadi waspada saat berada di pinggir jalan untuk menyebrang, gadis itu masih ingat kejadian saat dirinya hampir terserempet sebuah sepeda motor. Saat itu ada Chanyeol yang melindunginya, tapi kali ini gadis itu sendirian.

"Ini gara-gara eskrim"

Gadis itu menyalahkan eskrim saat dirinya lah yang sangat menginginkanya seperti tidak ada kata nanti.

"Jangan takut, Oppa di sini" Baekhee berjengit, gadis itu kaget saat tiba-tiba Chanyeol berbisik di belakangnya, entah darimana laki-laki itu datang. Atau sedari tadi Chanyeol membuntutinya? Entahlah, gadis itu tidak perduli.

"Astaga!" saat Baekhee yakin jika itu Chanyeol Oppa nya.

"Apa yang kau lakukan tengah malam seperti ini di luaran?" Chanyeol berdiri di samping Baekhee yang masih bertahan di tepian jalan.

"Itu, aku, ah! Eskrim itu terus saja memanggilku, jadi aku—"

"Kau bisa memintanya padaku" Chanyeol menautkan jemari mereka dan melirik sekilas pada gadis di sampingnya.

"Tapi aku tidak tahu kapan kau akan kembali"

"Sudahlah, ayo kita kembali" Chanyeol menuntun gadis itu kembali dengan tautan jemari keduanya.

Entah keduanya sadar atau tidak jika ada seseorang yang menatap keduanya intens.

"Jangan berinteraksi dengan laki-laki asing" Chanyeol tiba-tiba.

"Ya, maafkan aku" Baekhee menunduk, gadis itu merasa bersalah.

"Aku tidak mengekangmu, hanya saja kita tidak tahu siapa mereka, dan--" Chanyeol menjeda kalimatnya, dan memilih mengucapkan kata yang pantas untuk diucapkan "...bisa saja dia orang asing dan berniat jahat"

"Kau lebih jahat" Baekhee mengatakanya begitu saja tanpa melihat ekspresi wajah Chanyeol.

"Begitu?" Chanyeol menghentikan langkahnya "...pergilah, aku memang orang jahat" Chanyeol tersinggung dengan ucapan gadis itu.

Keadaan laki-laki itu sedang tidak baik dan membuatnya mudah tersinggung, entah beban apa yang dia pikirkan hingga membuat perasaanya mudah sekali tersinggung.

"Oppa, aku hanya bercanda" Baekhee terdengar menyesal. Gadis itu terlanjur melihat ekspresi marah dari Chanyeol yang menatapnya tajam.

"Bukan waktu yang tepat Nona" Chanyeol mengepalkan tanganya.

"Oppa maaf"

"Oppa!"

Chanyeol berlalu begitu saja dari tempatnya tanpa memperdulikan kata maaf yang Baekhee ucapkan, bahkan teriakan gadis itu tidak dihiraukan sama sekali.

Chanyeol menarik tangan Baekhee kasar saat keduanya memasuki tempat tinggal keduanya dan mendorong tubuh Baekhee ke tempat tidur tidak kalah kasar hingga gadis itu meringis menahan sakit pada punggungnya, laki-laki itu terlalu mudah terpancing emosi. Perkataan Baekhee tidak ada apa-apanya, Chanyeol sudah terbiasa dengan apapun dengan gadis itu, tapi malam ini, kepalanya terasa sesak dengan berbagai macam pemikiran.

"Akan aku tunjukan seberapa jahat diriku!"

"Oppa aku minta maaf aku tidak bermaksud--akkh! Oppa!"

Baekhee merasakan sakit dan panas pada kulit kepalanya saat Chanyeol menarik rambutnya dengan sangat keras, seperti rambut di kepalanya akan tercabut karena perbuatan laki-laki brengsek itu.

Baekhee ketakutan, pasalnya baru kali ini gadis itu melihat kilatan iblis di mata Chanyeol, entah pikiran macam apa yang saat ini merasuki laki-laki itu.

"Oppa! Oppa!"

Baekhee memukul-mukul lengan Chanyeol agar laki-laki itu melepaskan tarikan di rambutnya. Chanyeol hanya menyeringai dan melepas sabuk di celananya dengan satu tangan.

"CHANYEOL! Lepaskan, kau mau membunuhnya?"

Suara Irene tiba-tiba menyentak keduanya, terutama Chanyeol yang hampir meloloskan ikat pinggangnya untuk mencambuk tubuh mungil Baekhee.

Irene mendorong kuat tubuh Chanyeol hingga tersungkur, laki-laki itu sudah kembali pada kesadaranya, laki-laki itu bingung apa yang telah dia lakukan, Chanyeol sadar sesadar-sadarnya saat menjambak rambut Baekhee, tapi Chanyeol merasakan marah yang teramat sangat hanya karena perkataan tidak berarti dari gadis itu.

"B-Baek" Chanyeol menatap Baekhee penuh penyesalan. Laki-laki itu hanya duduk bersandar pada tempat tidur.

"Oppa, apa yang terjadi padamu" Baekhee mengumpulkan keberanian dan mendekati laki-laki itu.

Melihat pemandangan itu Irene memalingkan pandanganya ke arah lain.

"Ma-maafkan aku, aku tidak bermaksud--"Chanyeol dengan nada lemah. Entah apa yang terjadi pada laki-laki itu hingga amarahnya memuncak dan hampir menyiksa gadis itu.

"Tidak apa Oppa, aku yang salah"Baekhee meraih tangan laki-laki itu.

"Haahh, drama macam apa ini" Irene memijat pangkal hidungnya. Wanita itu muak melihat drama seperti itu, terlebih Baekhee yang terlalu polos atau bodoh, entah kata apa yang tepat untuk menyebut gadis itu.

"Noona" Chanyeol hampir melupakan eksistensi Irene di tempat itu.

"Kenapa kau pergi begitu saja saat amarahmu masih meledak-ledak" Irene memangku kedua lenganya di dada "...ini yang aku takutkan, kau nyaris saja--"

"Maafkan aku" Chanyeol menunduk saat mengatakanya.

"Maafkan aku Oppa, aku yang salah" Baekhee si gadis bodoh.

"Bangkitlah, jangan seperti pengecut" demi apapun Irene muak dengan apa yang dia lihat.

"Kau baik-baik saja?" Chanyeol sadar air mata Baekhee masih mengalir dan membasahi pipi gembil gadis itu.

"Apa yang terjadi?" Baekhee.

"Sesuatu mengacaukan suasana hatinya" Irene menyela keduanya yang tidak terlalu mengindahkan keberadaanya. Irene menghela nafas kasar.

"Pertimbangkanlah, karena hanya itu yang bisa kita lakukan, kau sangat keras kepala"Irene bersiap meninggalkan tempat itu "...kau sudah berubah banyak"Irene lirih.

"Eonnie" Baekhee menatap Irene, dan wanita itu hanya tersenyum menatap Baekhee.

"Jaga dirimu gadis kecil, aku pergi"Irene berlalu begitu saja setelah mengacak poni Baekhee.

Setelah Irene pergi, baik Chanyeol atau Baekhee masih bertahan dalam diam, keduanya masih sibuk dengan pemikiranya masing-masing. Chanyeol masih memikirkan kata-kata Irene dan Junmyeon sesaat sebelum laki-laki itu pergi begitu saja tanpa mendengarkan penjelsan dari Irene maupun Junmyeon.

'Sejak awal, aku selalu mendorong gadis itu, tapi kenapa saat Irene dan Junmyeon yang mengatakanya, aku merasa marah'

"Kemarilah" Chanyeol menatap Baekhee yang masih tidak bergeming di tempatnya, gadis itu sempat menggenggam tanganya, tapi saat ini gadis itu duduk cukup jauh dari Chanyeol.

"Oppa" Baekhee terkejut saat Chanyeol tiba-tiba buka suara. Gadis itu masih bertahan di tempatnya. Baekhee ragu untuk mendekat. Gadis itu takut jika laki-laki itu menarik rambutnya lagi. Demi apapun itu sakit, bahkan kepalanya masih merasa pusing.

"Apa kau takut?" Chanyeol menatap iba pada Baekhee.

"Sedikit"gadis itu mengangguk seperti anak kecil yang ketahuan mengambil makanan tanpa ijin, Chanyeol menahan tawanya melihat wajah Baekhee, gadis itu terlihat menggelikan, dan entah mengapa amarah Chanyeol menguap begitu saja.

"Kemarilah" Chanyeol mengisyaratkan  gadis itu untuk mendekat, tapi gadis itu tetap diam di tempatnya "...astaga, baiklah maafkan aku"

Chanyeol yang gemas, akhirnya menarik paksa gadis itu agar mendekat dan merengkuhnya kedalam pelukan.

'Maafkan aku'

.

.

.

Tbc.