webnovel

90th Days (Stockholm Syndrome)

"Aku mencintaimu, dan cukup katakan jika kau mencintaiku, maka aku akan ikut bersamamu kemanapun kau pergi, bahkan ke dasar neraka sekalipun aku akan turut bersamamu" _bbh_

soo_yong · Otras
Sin suficientes valoraciones
13 Chs

Part 12

Chanyeol masih diam di tempatnya, setelah mengantar Jackson dan Baekhee, pria itu tidak kembali ke Hotel tempatnya menginap selama di Korea. Chanyeol mengingat dengan baik perkataan Jackson dan harapanya.

Mudah saja untuk Chanyeol membawa Jackson dan Baekhee tanpa persetujuan anak itu, Chanyeol sudah mengurus semuanya, tapi saat mendengarnya, Chanyeol berpikir ulang untuk membawa keduanya ke Negara tempatnya tinggal beberapa tahun ini.

"Will, apa kau sudah melakukan apa yang aku perintahkan?" Chanyeol terlihat berbicara dengan William lewat sambungan telepon.

"Ya Hyung, tapi itu tidak mudah, itu butuh waktu beberapa minggu, untuk--"

"Dua minggu! Aku akan menghubungimu dua minggu lagi, dan pastikan semuanya selesai dalam waktu dua minggu" Chanyeol memotong kalimat William.

Entahlah, Chanyeol terdengar memaksa. Tapi itu terdengar bukan hal yang aneh.

"Tapi--"

Chanyeol mematikan sambungan telepon, padahal lawan bicaranya belum sempat mengatakan apa-apa.

"Aideen, tidak baik mengendap-endap dan menguping pembicaraanku"

Chanyeol menyadari kedatangan Aideen yang sejak tadi tidak bergeming di ambang pintu, Aideen ragu melangkah masuk karena Chanyeol terdengar sedikit meninggikan suaranya.

"Maafkan saya Tuan"

"Tck! Berhenti bersikap formal jika kita hanya berdua" Chanyeol mendecih saat Aideen kedapatan memanggilnya Tuan saat hanya ada mereka berdua. Berbeda dengan William yang sedikit berani, Aideen lebih pendiam dibandingkan William.

"Hyung" Aideen duduk di samping Chanyeol.

"Ya, aku tahu kau akan mengatakan jika aku sudah gila bukan?" Chanyeol tahu apa yang akan Aideen katakan.

Aideen tahu pembicaraan Chanyeol dan William sebelumnya, pasalnya William bercerita tentang rencana Chanyeol yang terbilang mendadak dan butuh waktu untuk mengurus semuanya.

"Aku tidak mengerti" Aideen seperti meminta penjelasan pada chanyeol.

"Akupun demikian" Chanyeol menghela nafas "...dulu aku terus mendorongnya untuk pergi, aku pikir dia gila karena mengatakan akan terus bersamaku apapun yang terjadi"

"Apa sekarang kebalikanya?" 

"Eiy" Chanyeol tidak terima dengan pertanyaan Aideen "...tidak seperti itu, hanya saja sekarang--tidak, di hari itu aku merasakan apa yang dia rasakan, ingin selalu bersamanya sampai kapanpun"

"Kau mencintainya tanpa kau sadari" Aideen menepuk pundak pria yang dia panggil Hyung itu.

"Bukan tidak ku sadari, hanya saja aku tidak mau menerimanya" Chanyeol mengatakan tentang perasaanya saat itu "...aku merasa jika aku adalah orang yang tidak tepat untuknya, aku orang yang kejam dan tidak pantas menerima banyak cinta dari gadis seperti Baekhee"

"Kau salah Hyung, semua manusia berhak merasakan dicintai dan mencintai, tidak terkecuali dirimu" Aideen menyandarkan punggungnya di sofa yang mereka duduki. 

"Kau seperti kakak perempuanku saja" Chanyeol tertawa saat mengatakanya.

Irene, kakak perempuan Chanyeol pernah mengatakan hal yang sama seperti yang Aideen katakan, hanya saja masanya berbeda.

"Irene Noona?"

"Aku belum bertemu denganya sejak 3 tahun lalu" 

Chanyeol mengigat kakak perempuanya yang sudah lama tidak dia temui, walaupun keduanya sering bertukar kabar melalui telepon, tapi keduanya tidak saling bertemu.

"Apa akhirnya Junmyeon Hyung menikahinya?"

"Ya, Junmyeon Hyung dan Irene Noona menikah dan pindah ke New Zeland" walaupun Aideen selalu bersama Chayeol, tapi pria itu tidak terlalu ingin tahu tentang kehidupan pribadi dan keluarga Chanyeol, jika Chanyeol tidak menceritakanya sendiri, Aideen tidak akan bertanya, karena menurutnya itu tidak sopan 

"... dan perusahaan yang aku tinggalkan dikelola oleh Zhang sejak 2 tahun lalu"

"Pasangan sejenis Junmyeon Hyung?"

Aideen pernah bertemu pria yang Chanyeol sebutkan bernama Zhang, pria itu berkebangsaan China, Aideen bertemu dengan pria itu saat Chanyeol masih dalam keadaan kritis setalah kecelakaan dan baru dipindahkan ke Kanada. Zhang dan Junmyeon lah yang membawa Chanyeol ke negara itu untuk pemulihan hingga bisa kembali berdiri dengan kakinya sendiri. 

"Awalnya aku ragu jika mereka mengatakan akan berpisah dan Junmyeon akan menikahi kakakku, tapi pria itu bersungguh-sungguh, dan permintaan pindah pun, itu keinginan Irene Noona" Chanyeol tersenyum lepas saat mengatakanya.

Chanyeol memang membenci hubungan kakak perempuanya dengan Junmyeon karena pria itu tidak juga memberi keputusan yang tepat.

Sejak lahir, Junmyeon tidak mengalami penyimpangan orientasi seksual, hanya saja gaya hidupnyalah yang membuatnya menjadi tertarik pada sesama jenis dan akhirnya mengalami penyimpangan, Junmyeon bertemu dengan Irene yang bisa membangkitkan hasratnya pada wanita, tapi pria itu tidak bisa begitu saja memilih Irene karena Junmyeon masih mengikat laki-laki China itu.

Irene seperti duri dalam daging atas hubungan Junmyeon dan Zhang, tapi wanita itu yakin jika dia akan memenangkan hati pria itu.

"Kalian kakak beradik sama-sama mengalami hidup yang sangat rumit" Aideen hanya bisa memijat pangkal hidungnya jika mendengar kisah cinta segitiga Junmyeon, Zhang dan Irene.

"Kita semua adalah manusia yang rumit" Chanyeol terdengar bijak "...kau, aku bahkan William, hidup kita semua tidak mudah hingga bisa sampai ke titik ini"

"Apa wanitamu tahu, manusia jenis apa kau ini? Mafia yang berkedok bisnis Properti" Aideen berani menanyakan hal itu setelah sekian lama.

"Tidak ada yang tidak dia tahu dariku"

"Dia menerimamu?" Aideen terkejut dengan jawaban Chanyeol "...dia gila"

"Itu yang selalu aku katakan padanya sejak dulu, bahkan dia pernah melihatku membunuh seseorang" Chanyeol hampir tertawa melihat ekspresi Aideen.

Aideen hanya terkejut saat ini, tapi Chanyeol merasa frustasi saat itu. Baekhee membuatnya frustasi dan kebingungan luar biasa.

"Banyak sekali yang aku lewatkan tentang kisahmu Hyung, padahal aku bersamamu hampir setiap hari, kau menyimpannya sendirian, tapi aku beruntung bisa mendengar sedikit tentang kisah cintamu"

Lagi, Aideen menepuk-nepuk pundak Chanyeol. Aideen baru mengetahui sisi lain dari Chanyeol yang dikenal tegas dan dingin.

"Apa gadis itu baik-baik saja?" Chanyeol tiba-tiba.

"Kyung Ri?, dia baik-baik saja" Aideen lirih.

Entahlah, setiap kali mengingat seorang gadis bernama Kyung Ri, Aideen selalu berubah menjadi sendu.

"Apa kau tidak ingin menemuinya?"

"Apa aku pantas?" Aideen tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

"Rasanya masih terngiang di telingaku, dan aku pikir bibirmu masih basah setelah mengatakan hal bijak padaku, jika semua manusia berhak merasakan dicintai dan mencintai"

"Astaga" Aideen hampir saja tertawa. Mudah baginya memberi nasehat pada orang lain, tapi untuk dirinya sendiri?

"Temui dia sebagai Aideen, bukan pecundang yang bernama Kim Jongin" kalimat Chanyeol terdengar menusuk.

"Orang di luaran sana memuji kita Hyung, tanpa mereka tahu kalau kita adalah pria yang mempunyai sisi lemah tentang asmara"

Keduanya bersandar di sofa tempat mereka duduk saat ini.

"William paling muda di antara kita, tapi dia sudah menikah lebih dulu"

Chanyeol tiba-tiba mengingat William yang tidak terlalu mengami kesulitan pada kisah cintanya.

"Dengan sedikit ancaman, walaupun wanita itu akhirnya selalu menempel pada William"

Aideen mengingatkan jika gadis itu menikah di bawah tekanan, walaupun saat ini mereka hidup bahagia.

.

.

.

Chanyeol pergi begitu saja setelah mengantar Jackson ke sekolah, Baekhee harus ke butik milik Taeyeon yang dia kelola saat ini dan membiarkan Jackson pergi berdua dengan Chanyeol.

Baekhee kesulitan menghubungi Chanyeol, pria itu menghilang setelah mengantar putranya ke sekolah. Bahkan Jackson mendiamkan Baekhee karena Chanyeol tidak menjemputnya di sekolah, melainkan sopir pribadinya yang menjemput. Beruntung Taeyeon bisa menenangkan cucu kesayanganya.

"Kau menghilang karena merubah gaya rambutmu?"

Baekhee mendatangi kamar hotel tempat Chanyeol menginap. Baekhee sempat terkejut saaat melihat rambut Chanyeol yang berubah warna dan potongan yang berbeda dari hari sebelumya, bahkan saat melihatnya tadi pagi pun Chanyeol masih dengan tatanan rambut hair up nya yang berwarna hitam. Tapi saat ini pria itu mewarnainya denga warna silver dengan potongan Under cut.

"Baek, dengarkan aku dulu" Chanyeol melihat Baekhee yang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan.

"Kau tahu?" Baekhee menghela nafas sejenak "...kau terlihat lebih menggoda dengan gaya seperti ini"

Chanyeol hanya menyeringai saat mendengar perkataan Baekhee. Sebenarnya, bagaimanapun penampilan Chanyeol, Baekhee akan selalu mengatakan hal yang sama. 

Chanyeol mendekat dan menarik tubuh Baekhee dan mendudukanya di atas pangkuanya, Chanyeol mengusap punggung wanita itu sembari mengusap paha mulus Baekhee yang menggunakan rok yang panjangnya  jauh di atas lutut.

"Kau ini jahat sekali Oppa"  Baekhee mengalungkan lenganya di leher Chanyeol dan memainkan rambut bagian belakang pria itu.

"Memangnya apa yang aku lakukan?" Chanyeol merasa tidak ada yang salah dengannya.

"Kau selalu menggodaku" Baekhee masih memainkan rambut Chanyeol.

"Bukankah kau selalu menikmatinya Baek?" Chanyeol mengecup bibir Baekhee sekilas. Chanyeol tahu sejauh mana batas wanita itu, dan tidak baik untuknya jika terus menggoda Baekhee.

"Aku tidak tahu!" 

Baekhee turun dari pangukan Chanyeol dan duduk di samping pria itu. Baekhee merasa ini bukan waktu yang tepat, dan kedatanganya kali ini untuk menanyakan sesuatu pada kekasihnya itu.

"Oppa"

"Hmm?" Chanyeol menarik lengan Baekhee dan merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukanya.

"Apa maksudmu mengatakan itu pada Jackson? Tidak kah kau berpikir dia akan salah paham dan menganggap kau akan tinggal di rumah Appa?" Baekhee menatap wajah Chanyeol, tatapan keduanya bertemu. 

Chanyeol menatap Baekhee dan melihat kegelisahan di mata kekasihnya itu. Chanyeol sudah menduganya jika Baekhee akan menuntut penjelasan padanya atas perkataanya saat di taman bermain tempo hari.

"Entahlah, hanya saja aku tidak tega jika harus memisahkan Jackson dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya yang sudah memberikan banyak cinta selama aku tidak ada" Chanyeol mengecup puncak kepala Baekhee.

"Kau berhak atas Jackson" Baekhee melepaskan pelukanya dan kembali menatap wajah kekasihnya lekat.

Baekhee tidak tahu jika Chanyeol sudah berusaha keras hanya untuk kembali padanya.

"Ya, aku tahu" Chanyeol menangkup pipi Bakhee dan mengusapnya lembut "...hanya saja, aku tidak sampai hati dan aku tidak ingin memisahkan Jack dengan Kakek dan Neneknya, seperti aku memisahkanmu dengan mereka dulu, aku sudah merusakmu dulu" Chanyeol mengatakanya dengan nada rendah.

"Kau tidak merusakku" Baekhee menggeleng, wanita itu mengecup telapak tangan Chanyeol yang masih mengusap pipinya "...hanya saja, kau membuatku gila dengan sentuhanmu"

"Kau benar-benar mesum"

Chanyeol mengecup bibir Baekhee dan memagutnya, ciuman mereka berlangsung cukup lama hingga Baekhee melepaskanya saat Chanyeol sudah mulai menuntut. Bukan Baekhee tidak menginginkan lebih, hanya saja Baekhee masih ingin mendengar penjelasan dari perkataan Chanyeol waktu itu.

"Itu semua karenamu" Baekhee mengusap bibir Chanyeol yang basah "...jadi, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan kembali tanpa membawaku dan Jackson?"

"Maaf, aku tidak akan membawa kalian Baek"

Chanyeol mengatakanya begitu saja. Ekspresi wajah Baekhee berubah setelah mendengarnya, wanita itu kecewa dengan pernyataan Chanyeol yang terkesan menyerah begitu saja. Tidak kah dia tahu betapa menderitanya Baekhee selama ini.

Baekhee bangkit dari duduknya, wanita itu  hampir menangis, Baekhee merasakan sesak di dadanya, Baekhee merasa dicampakan setelah perjuangan yang sulit selama 6 tahun ini.

"Baiklah, mungkin aku terlalu bodoh karena percaya jika kau benar-benar akan menjemputku dan anak kita, tapi aku--"

"Aku akan tetap di sini bersamamu" Baekhee menghentikan langkahnya setelah mendengar jawaban Chanyeol "...aku tidak akan membawa kalian kesana, tapi aku akan tetap membawa kalian, tapi ke rumah kita, bukan ke Skotlandia, tapi di Seoul"

"Oppa" Baekhee berbalik dan melihat Chanyeol yang sudah berdiri di hadapanya.

"Aku merangkak agar bisa bertahan hidup demi kalian" Chanyeol berjalan mendekat dan kembali merengkuh Baekhee kedalam pelukanya "...aku tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan untuk bertemu kalian jika untuk melepas kalian lagi, aku mecintaimu sangat" Chanyeol mengecup kening Baekhee.

"Maafkan aku Oppa" baekhee mengeratkan pelukanya di tubuh Chanyeol, airmatanya mulai meleleh dari kedua sudut matanya  "...tapi bagaimana dengan perusahaanmu di sana?" Baekhee mendongak dan menatap wajah kekasihnya.

"Semua akan baik-baik saja tanpaku, William akan mengendalikan semuanya" Chanyeol mengusap air mata yang mulai membasahi pipi baekhee "...dan jangan khawatir aku sudah menyiapkan Plan B"

"Paln B?" Baekhee tidak mengerti tentang Plan B yang Chanyeol katakan.

"Kau tidak udah tahu sayang, kau hanya harus selalu di sampingku, juga bercinta denganku" Chanyeol kembali mengeratkan pelukanya di tubuh baekhee.

Keduanya larut dalam pelukan hangat satu sama lain, keduanya hanyut dalam perasaan masing-masing, ini terasa nyaman.

"Baek" Chanyeol tiba-tiba "...apa kau selalu menggunakan rok pendek ini jika sedang bekerja?"

"Ya, memangnya ada yang aneh?" Baekhee melepaskan pelukanya dan menatap Chanyeol dengan tatapan bertanya.

"Orang-orang bisa melihat dalamanmu jika seperti ini" Chanyeol menunjuk rok Baekhee yang sangat pendek.

"Aku jarang bertemu laki-laki, aku hanya--"

"Mereka bisa saja berfantasi dengan tubuhmu Baek, aku tidak suka" Chanyeol mengapit hidung Bakehee dengan jari telunjuk dan ibu jarinya.

"Jika seperti ini, apa kau suka?"

Baekhee menarik kerah pakaian Chanyeol dan menggesekan lututnya di selangkangan pria itu. 

"Apa kali ini kau menggodaku?" Chanyeol hanya menyeringai mendapatkan perlakuan seperti itu.

"Entahlah, aku hanya merasa kehilangan banyak waktu bersamamu Oppa, dan kali ini aku akan memanfaatkan waktu itu sebaik-baiknya" Baekhee mendesak Chanyeol mundur hingga tubuh pria itu terjatuh di atas tempat tidur hingga tubuh mungilnya turut terjatuh menindih tubuh Chanyeol.

"Aku mencintaimu Oppa"

Baekhee melepaskan simpul dasi dari leher Chanyeol den meloloskanya pelan.

"Aku lebih mencintaimu sayang" Chanyeol mengusap-usap lengan Baekhee.

"Ikat aku"

Baekhee berhasil duduk di atas Chanyeol dan menyodorkan dasi pria itu yang berhasil dia loloskan.

"Untuk?" Chanyeol mengerutkan dahinya, pria itu tidak mengerti apa maksud Baekhee.

"Aku ingin mencoba sesuatu yang baru" Baekhee melilitkan dasi itu di pergelangan tanganya sendiri, dan apa yang Baekhee lakukan itu membuat Chanyeol menatapnya dengan tatapan memangsa.

"Kau ini nakal sekali sayang"

.

.

.

Tbc.