“derap langkah.. desah napas.. kibas jubah.. denting pedang.. Ayah Ibu kami tercinta Adam dan Eve, hubungkan kami dengan 8 pemimpin negeri..” Peter mencelupkan tangan kanannya di kolam Gi Ankalia, sinar navy dari Magia nya memantul hingga ke permukaan air. Cyari yang ada di sampingnya setia menemani, menunggu sihir yang muridnya rapal terhubung ke 8 Raja Arc Chaestra yang jauh disana.
Samar-samar terdengar suara percakapan orang-orang dari dalam kolam itu, balik sihir penghubung yang Peter rapal.
“teman-teman, kalian mendengarku?”
“… suara ini, tak asing”
“Peter?!” teman-temannya yang dihubungi pun terkejut dihubungi melalui cara yang tidak biasa.
Sihir yang dirapal Peter di kolam airnya, terhubung dengan media pantul yang posisinya paling dekat dengan teman-temannya.
“ya.. ini aku, Erick.. mana Erick..”
“Chaldene baik-baik saja?”
“ya, kami cepat menyadari ada yang aneh dari gerombolan naga di langit, lalu kami membunyikan tanda bahaya, seluruh Unicorn berkumpul dan menjalin sihir, dan inilah kami sekarang.. aman dalam perisai..”
“aku pun tak ingin menyerang balik mereka dengan gegabah, aku memerintahkan para penjaga menyebar kabut sesat agar para Dragons tak ada yang masuk Mavr Lykos..” Damian berbicara melalui meja kaca yang sedang Ia tempati, meski bayangan Peter tak terpantul disana Ia lega kawan-kawannya sepertinya baik-baik saja.
“kalian diserang oleh naga api dan es juga?” Ryota menyahut dari cermin di kamarnya, ikut menanyai teman-temannya.
“yaa..”
“Nereida diserang Naga laut..”
“yahh Thalassas juga..”
“bagaimana keadaanmu Andrew?”
“.. yah.. Naga laut punya tubuh yang besar, kami bersembunyi di sempitnya palung-palung laut.. mereka menyerang kami secara berkelompok dan ukuran tubuh mereka lah yang meresahkan..” Andrew bicara melalui Broken compassnya, menjelaskan bagaimana harinya yang tenang dikacaukan oleh amukan naga laut yang menghempaskan gelombang besar yang meruntuhkan karang serta pemukiman para Siren dibawah laut. Bahkan para lumba-lumba dan ikan dibuat ketakutan oleh para naga.
“gawat juga ya..”
“bagaimana denganmu, Nathanael?”
“sekelompok Dragons mengintai Asteria dari balik awan.. mereka belum bergerak atau berbuat banyak.. tapi aku sudah mengirimkan pasukan untuk memperketat penjagaan..
Ada-ada saja.. padahal aku mau menikmati sore dengan tenang..”
“mereka tidak berani menyerang Asteria?”
“Vouna juga.. beberapa Pegasus mengitari langit sekitar Vouna, Chaldene dan laut utara.. mereka tidak melihat kerusuhan terjadi di Vouna.. kondisi terparah ada di Groilandia, pinggir pantai Nereida.. juga Thalassas kurasa karena sempat terlihat ombak-ombak kacau di laut selatan Miwamori..” Nathanael berbicara melalui cermin tangan miliknya yang terhubung dengan sihir komunikasi. Matanya menatap luas biru langit, memantau kerajaan jangan sampai pecah perang antara 2 klan.
“Groilandia kondisinya parah?? Adryan.. Adryan apa sihirku terhubung padamu??”
“.. sepertinya kau baik-baik saja ya, Peter.. aku lega..” terdengar suara sang Command of Beast yang letih.
“Adryan..”
“kami berhasil mengevakuasi penduduk ke tempat persembunyian yang ada di utara Gran Dortoir.. kastilku pun tak luput dari penyerangan.. benar kata Andrew, ukuran tubuh mereka yang besar merupakan masalah utama.. petir-petir kami membalas serangan tanpa rasa takut, tapi kami kalah jumlah dan ukuran..”
Adryan masih dalam wujud Feline nya. Lidahnya menjulur masih terengah-engah. Bulunya sedikit kusut dan ada bagian yang hitam hangus karena terkena api. Ia duduk di pojok luasnya tempat persembunyian dimana rakyatnya juga ikut bersembunyi disana. Suara Peter terhubung pada genangan air yang ada di dekatnya.
Lega mendengar Adryan berhasil sembunyi, Peter pun bertanya pada Cyrus dimana Nathanael berkata bahwa keadaan Nereida cukup buruk.
“Cyrus, kau bagaimana?”
“peri-peri ku bernyanyi bergantian.. kami membangun perisai sihir untuk melindungi kerajaan dari ombak-ombak raksasa.. aku dan beberapa bawahanku juga membantu mengawasi dari ketinggian..” Cyrus kini sudah kembali ke Blumengarte. Sebelumnya Ia mendengar suara-suara dari jam saku yang Ia bawa, dimana ternyata Peter menghubungi. Kini Ia berdiri di menara tertinggi Blumengarte, bersama angin malam yang berhembus mengkhawatirkan kerajaannya.
“Erick.. belum muncul juga ya.. kemana dia?”
“apa sihirmu tidak bisa mendeteksi keberadaannya juga?”
“kalau bisa, aku sudah melakukannya sejak tadi..”
“duh.. aku khawatir sekali.. kira-kira dia kemana ya.. kakak ku..”
“apa dia tak terlihat diantara penyerangan?”
“di Groilandia? Tidak.. aku tidak melihat naga yang persis dirinya..”
“ketika aku mengusir Dragons di perbatasan Miwamori, diantara mereka banyak naga api.. jarang ada naga es dan kalaupun ada aku pun masih ingat bagaimana rupa wujud Dragon Erick.. aku tidak akan mengutamakan jalan kekerasan, sama seperti kalian..” Ryota memberikan kesaksian dengan sangat tenang. Duduk di alas singgasananya, berkomunikasi dengan cermin hiasan yang ada di sampingnya.
“aku sudah berpesan pada peri-peri penjaga, jika ada naga bertiara biru segera laporkan padaku.. tapi hingga kini aku belum mendapat kabar..”
“dia tak mungkin masuk ke laut dan ikut menyerang kami disini ‘kan..”
“Erick yang se sayang itu padamu, apa sanggup Ia menyerang kerajaanmu ‘drew?”
“hah?”
“aku juga sama dengan Cyrus, menitipkan kesaksian jika ada naga yang memakai perhiasan layaknya raja Dragons.. tapi kami belum melihat yang seperti dirinya..” timpal Damian yang mulai bisa melepas kekhawatiran kala mendengar kabar teman-temannya.
“mungkinkah Ia berdiam di Draecorona membiarkan kaumnya yang menjajah Arc Chaestra??”
“iya ya... biasanya dalam perang, seorang Raja cukup mengawasi dan memberikan perintah ‘kan..”
“bisa jadi, karena tadi saja aku ditegur oleh pengawalku karena langsung terbang sendirian meninggalkan Blumengarte.. mereka butuh kita selaku pemimpin tertinggi kerajaan..”
“.. kalau begitu bagaimana kalau kita berkumpul di satu titik dan datang langsung ke Draecorona..” usul Damian. Cara terbaik ketika kawan tidak bisa dihubungi ialah didatangi langsung.
“kumpul dimana dan bagaimana?? Kau juga tau ‘kan di luar sana banyak Naga berkeliaran.. tak akan ada Naga yang mau mendengar atau menjawab pertanyaan kita..” balas Adryan yang masih terbayang betapa menakutkannya naga-naga yang mengamuk.
“aku.. akan kukirimkan enam ekor Pegasus untuk terbang menjemput kalian.. mereka mampu terbang sekencang angin.. kalau berkendara untuk sekedar menghindar, bukan hal yang sulit bagi kuda-kuda itu.. untuk tempat.. sebaiknya kita berkumpul dimana??” balas Nathanael menawarkan solusi untuk teman-temannya.
“Groilandia kurang aman karena tak berpelindung.. belum lagi keadaan dimana para naga sudah menjajah, sedangkan kerajaan-kerajaan lain cukup jauh.. Nereida saja.. cukup dekat dan berpelindung.. tak masalah kah? Cyrus..” sambung Peter.
“Ya.. tentu.. setelah tiba disini kita akan langsung menemui Erick di Draecorona..”
“kalau begitu.. lima ekor Pegasus.. ya.. oke”
“baiklah Peter, jangan putuskan sihirmu dulu.. tunggu ditempat kalian masing-masing.. lima ekor Pegasus yang kukirimkan akan menjemput sekarang juga..” sambil mengantongi cermin tangannya yang masih terhubung dengan sihir komunikasi, Ia pergi.
Mula-mula Nathanael masuk ke kamarnya, mengambil cincin pemberian Damian, gelang dari Andrew, Peter dan Adryan, serta sepucuk surat dari Ryota. Darimana Ia mendapat barang-barang itu? Tentunya ketika berpisah sepulang dari Vouna setelah upacara kedukaan. Mereka saling bertukar kenang-kenangan agar tak saling melupakan ikatan baru yang telah terjamin. Tanpa disadari dalam kecilnya barang-barang itu tersimpan sebagian kecil Magia dari pemberinya. Sisa Magia itulah yang akan Nathanael gunakan.
Sang Ruler lalu ke ruang penelitian untuk menciptakan sesuatu dari barang-barang yang Ia bawa, kemudian keluar dari Kteno diasti. Ia melompat keluar dari jendela dan terbang, meluncur bersama angin sore ke tanah lapang yang tak jauh dari Kteno Diasti istananya. Nathanael mendarat dengan mulus dan mulai merapal mantra.
“wahai kalian yang diciptakan dari putih awan dan biru langit.. datanglah.. bawa kencangnya angin bersama kalian..” permata Skystar di mahkota Nathanael bersinar terang. Tubuhnya dengan gemulai menari sambil dibalut kuning Magianya. Tarian yang diakhiri dengan tangan kanannya yang meraih langit. Lama kelamaan terdengar suara bising dari kejauhan, disusul munculnya 5 jejak awan putih.
SYYUUUU…….. 5 ekor Pegasus mendarat dan membuat angin besar dari kepakan sayap-sayap mereka. Tubuh Pegasus putih bersih dengan sepasang sayap panjang nan tangguh. Surai dan ekor mereka berwarna biru gelap. Kuda surgawi yang ikut turun ke dunia bersama Unicorn dan klan manusia itu membungkuk ketika hadir di hadapan Raja Celestial.
Terlahir dari putihnya awan dan biru langit, dengan sayap selembut sutera yang mampu menaklukan jarak.. mereka datang untuk melayani sang Raja langit.