webnovel

4 Leaf Clover

Silva Saphira adalah seorang wanita cantik nan pintar, dia adalah seseorang yang selalu mendapatkan nilai sempurna disemua mata pelajaran, tak ada hal yang dapat menyulitkanya dirinya. Selain cantik, dan juga pintar, Silvia juga sangat hebat dalam hal bela diri, dia benar-benar terlihat sangatlah sempurna. Akan tetapi dibalik semua kesempurnaan itu, ia menyimpan sebuah rahasia, sebua luka masa lalu yang cukup kelam. Trauma akan masa lalunya yang kelam membuatnya memutuskan untuk tidak akan pernah berbicara lagi kepada siapapun, bahkan tak kepada kedua orangtuanya sekali pun. Hal tersebut menyebabkan orang-orang disekolahnya menganggapnya gagu, dan tidak bisa berbicara, namun Silvia tidak peduli dan terus menyimpan rahasia tersebut. Akan tetapi pada suatu hari semua rahasianya terbongkar atas kecerobohannya sendiri, ia tidak sengaja berbicara didepan mata seseorang laki-laki yang juga merupakan teman sekelasnya dan juga teman sebangkunya, ia adalah seseorang laki-laki kurus, jelek dan berkualit sawo matang, ia adalah salah satu murid pengkoleksi SP terbanyak disekolah itu. Ia adalah Milas Scarlet. Entah apakah itu yang dinamakan takdir, hidup Silvia yang kelam seketika berubah menjadi berwarna setelah pertemuannya dengan Milas.

Milsscar82 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
17 Chs

Sunyi

Sunyi... sunyi adalah suatu keadaan dimana tidak ada suara apapun yang terdengar, itulah sunyi. Aku pernah berada dalam keadaan seperti itu, tak ada suara apa pun yang dapatku dengar, bukan karna pendengaranku yang rusak, melainkan karnaku merasa hampa. Hidupku sepi, tak ada warna, suara, atau bahkan hawa kebahagiaan yang datang menghampiriku, semuanya hitam gelap layaknya jurang tak berujung. Sampai pada saatnya aku berada dititik, dimana aku hampir selalu bertanya kepada diriku yang tak berguna ini, di kasur, sesaat sebelum tidur. "Untuk apa tuhan menciptakanku jika hanya ada penderitaan dan kekecewaan beruntun yang selalu datang menghampiriku," terkadang aku pun juga bertanya kepada diriku sendiri. "Apakah seharusnya aku mati saja ?" Namun aku pun tak mampu menjawabnya, tak satu pun yang dapat menjawabnya hanya ada kesunyian di dalam kamarku.

Aku pun hanya dapat kembali menatap atap kamarku yang begitu putih itu, sesekali menatap langit di luar jendela kamarku, berharap ada bintang jatuh yang dapat mengabulkan satu permintaanku. Aku merasa permintaanku itu cukup mudah untuk dikabulkan, permintaanku adalah untuk tidak pernah diciptakan dan dilahirkan kebumi ini.

Setelah melihat langit yang begitu indah itu dari balik jendelaku, aku pun lalu tidur. Aku tidur seraya berharap, bahwa esok hari ada sebuah hujan meteor yang datang menghampiriku layaknya meteor yang menghujani ribuan dinosaurus dulu, ya... kuharap itu semua terjadi esok hari, agar aku tak perlu lagi berpura-pura bisu, agar aku tak perlu lagi bersandiwara seperti ini. Aku lelah. Itulah rutinitasku sebelum tidur, namun hingga sekarang, meteor yang aku tunggu tak kunjung datang.

Lalu aku pun bermimpi, mimpi yang selalu sama, dan tak akan pernah berubah. Mimpi dimana ketika diriku berada di sebuah ruangan yang sangat gelap dan cukup sempit, dimana diriku tak bisa berbuat apa-apa ketika aku kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hiduku, bahkan mungkin dalam semua kehidupan wanita di bumi ini, yaitu Keperawanan.

Ya, mimpiku selalu sama setiap saat, yaitu kejadian dimana diriku kehilangan keperawananku ditangan 6 orang laki-laki keji, yang bahkan wajahnya tak akan pernahku lupakan hingga akhir hayatku, yang mana salah satu dari mereka adalah teman terbaiku, Rian Alfarizi. Kejadian itu memang sudah berlalu, namun kenangan itu aku rasa takan pernah hilang dalam benakku, kejadian itu akan selalu menghantuiku, itulah mimpi burukku.

Dulu, beberapa hari setelah kejadian itu hidupku terasa sangatlah berat, seringkali aku berpikir untuk memutuskan bunuh diri, bahkan tak jarang terkadang aku melukai diriku sendiri di bagian tubuh yang tak dapat dilihat oleh kedua orang tuaku. Namun suatu saat, disaat aku telah memutuskan untuk bunuh diri, aku sekali lagi teringat akan wajahnya, Rian Alfarizi. Lalu tiba-tiba saja kebencianku terhadapnya meluap-luap. "Kenapa harus aku yang menanggung semua penderitaan ini, kenapa harus aku yang mati. Aku tidak salah, jadi kenapa hanya aku ?" Gumamku terus menerus seraya menatap sebuah pisau tajam yang telah kuasah itu.

Akhirnya setelah itu aku memutuskan untuk mengurungkan niatanku melakukan tindakkan bodoh tersebut dan disaat itu juga aku bertekad bahwa, aku Silva Sapphira akan terus hidup. Aku akan terus hidup hingga aku berhasil membuatnya menderita, sama seperti apa yang telahku rasakan, akanku tunjukan kepadanya neraka dunia. Itulah tekadku satu-satunya yang kupegang sebagai tujuan hidupku selama ini.

~~~~~~~~

POV : Silvia Sapphira

Hai..., namaku Silvia Saphira. Aku adalah seorang siswa kelas 2 SMA. Aku bersekolah di salah satu SMA ter-favorite di daerah Jakarta Selatan. Orang tuaku memberi namaku Saphira karna mereka terinspirasi dari batu Sapphire yang cantik nan indah. Mereka menamaiku seperti itu dengan harapan bahwa aku akan terlahir ke dunia menjadi wanita yang cantik nan indah layaknya sebuah batu sapphire. Yang bukan hanya di wajahnya, namun juga di hatinya.

Tapi sayangnya ketika diriku semakin besar, itu semua hanyalah tinggal sebuah nama. Karena sayangnya aku tumbuh menjadi sosok perempuan yang super berani, yang bahkan lebih berani dari pada laki-laki lainya. Dan aku pulalah yang lebih hebat dalam ilmu beladiri ketimbang para laki-laki disekitarku yang lainya.

Aku adalah anak tunggal. Ayahku adalah salah satu pengusaha sukses yang berada di Jakarta, sedangkan Ibuku dulunya adalah seorang Reporter.

Usut punya usut mereka berdua bertemu ketika ibuku sedang meliput berita untuk pengusaha muda sukses yang tidak lain itu adalah ayahku sendiri. Dan di hari itulah dimana mereka mulai saling kenal, dan mungkin mulai saling suka satu sama lain. Ya, dulu ibuku sering sekali menceritakan kisah itu, kisah cintanya dengan seorang laki-laki idamannya, yaitu ayah. Ibuku menceritakan itu semua ketika diriku masih kecil.

Sejak aku kecil, aku adalah sodok anak yang tomboy, dan juga penyendiri. Aku selalu sulit untuk berteman sewaktuku kecil. Mungkin itu karna aku terlalu menyukai bermain dengan sepeda roda duaku sejak dulu, atau bermain dengan bola basket pemberian pamanku. Ya, sedari kecil aku memang jauh dari kesan wanita pada umumnya.

Meski aku lahir di Jakarta dan sekarang aku bersekolah di SMA di Jakarta Selatan. Namun diriku tak selalu berada di Jakarta, karna 3 tahun yang lalu aku pernah pindah ke Bandung. Lebih tepatnya sewaktu aku lulus SD, aku memutuskan untuk melanjutkan jenjang SMPku di Bandung. Aku pindah bukan karna ingin bersekolah disana, namun dikarnakan pekerjaan Ayah dan Ibuku yang super sibuk membuatnya harus pindah keluar kota, namun dikarnakan jika aku ikut dengannya akan membuat repot mereka, maka dari itu aku pun dititipkan kepada bibiku yang kebetulan ia tinggal di Bandung, Bibi Ana namanya.

Kehidupanku saat berada di Bandung, bisa dikatan tidaklah begitu menyenangkan. Memang awalnya semua seperti berjalan sesuai keinginanku. Aku mendapatkan banyak teman, yang mana dulu itu aku hampir tidak mempunyai teman. Nilai yang bagus, dan bahkan aku juga punya teman dekat yang juga sehobi denganku yaitu Karate.

Namun ketika mulai memasuki tahun kedua, teman terdekatku menghianatiku. Dan tentu saja itu membuatku sangatlah hancur, sehancur-hancurnya. Bukan hanya didalam bidang akademik saja akan tetapi sifat, mental dan juga kepribadianku menjadi hancur dan kacau!. Intinya itulah masa-masa kelam yang membuat diriku menjadi seperti sekarang, hampa dan serasa tak berarti.

Bahkan setelah semua kejadian dimasa-masa kelamku itu, aku pun pada akhirnya memutuskan untuk tidak akan pernah berbicara lagi dengan siapa pun. Ya, kepada siapa pun! Termasuk kedua orang tuaku sekali pun. Itu semua karna diriku yang sudah mulai sulit untuk percaya kepada orang lain, termasuk kedua orang tuaku sendiri.

Setelah kejadian itu, aku menjadi seorang yang pendiam dan sangat dingin. Bahkan aku terkadang berubah menjadi kasar. Setiap ada seseorang yang mendekati atau menganguku, aku akan langsung mematahkan tanganya dan tidak akan pernah peduli akan nasib mereka sesudahnya. Maka dari itu semenjak kejadian itu, aku sering sekali keluar masuk ruang BP. Mungkin bisa dibilang itu adalah rutinitas baruku.

Ketika lulus SMP aku pun lalu pulang ke Jakarta. Orang tuaku bahkan merasa asing dengan diriku waktu itu. Mungkin lebih cenderung ke khawatir. Ya wajar saja, itu karna waktu itu aku untuk tersenyum pun tak bisa.

Lalu Ayah dan Ibuku menempatkanku ke sebuah SMA populer di Jakarta Selatan.

Mereka membawaku kembali ke Jakarta dengan harapan bahwa aku yang dulu bisa kembali lagi dan bisa melupakan semua kejadian yang ada di Bandung, atau setidaknya aku bisa mendapatkan teman dan kembali tersenyum, meski hanya untuk satu kali lagi.

Namun pada kenyataanya tidaklah semudah itu untuk melupakan masa-masa terburuk dalam kehidupanku ini, dan aku pun yakin bahwa kalian yang punya pengalaman buruk, pasti akan setuju dengan apa yang ku ucapkan barusan.

SMA itu namanya adalah SMA Pancasila, kata orang-orang itu adalah SMA terbaik se-Jakarta Selatan bahkan mungkin se-Jakarta.

Kata orang-orang juga, murid-murid disana adalah murid yang pintar-pintar. Namun itu semua cuma kebohongan publik belaka. Nyatanya disini juga banyak anak yang kurang pintar a.k.a bodoh dan anak-anak bermasalah.

Mungkin menurutku dimana pun itu, akan selalu ada orang yang pintar dan akan selalu ada juga orang yang bodoh. Ada juga yang baik dan ada juga yang bandel. Layaknya sebuah kehidupan, mereka saling berdampingan. Yin and Yang.

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Milsscar82creators' thoughts