webnovel

Kedatangan Squad Gven

"Assasins," ucap Satria.

Sesaat sebelum asap ungu itu mengenai dirinya mendadak saja tubuh Satria lenyap saking cepatnya dia bergerak, namun Leviathan yang memiliki level 60 tampaknya masih bisa sedikit mengikuti pergerakannya. Dia langsung menggerakan mulutnya agar asap beracun yang keluar mengikuti Satria.

Tapi kecepatan Satria kini sudah lebih tinggi daripada saat dalam job class fighter, Satria langsung melesat ke belakang Leviathan dan melemparkan sebuah batang pohon yang tumbang. Tapi Leviathan dengan cepat mengibaskan ekornya menghantam batang pohon itu hingga hancur berkeping-keping.

"Dua detik lagi," ucap Satria sambil kembali berlari menghindari asap beracun. Semua rumput dan batang pohon di sekitarnya langsung meleleh seketika.

"Quick attack!" ucap Satria yang tiba-tiba sudah ada di dekat leher Leviathan tepat setelah asap ungu miliknya berhenti keluar.

'Bbbuuuukkhh'

Dengan tepat Satria menghantam leher Leviathan, namun damagenya tampaknya lebih rendah daripada dalam job class fighter. Sejak awal job class assasins memang membutuhkan senjata untuk memaksimalkan critical hit yang menjadi andalannya.

"Triple burst attack!" kata Satria. Dalam kecepatan tinggi dia melancarkan pukulan dan tendangan beruntun mengenai leher Leviathan.

'Bbeeuukkhh'

'Bbhhuukkhh'

Dengan cepat Satria menyerang leher Leviathan, bahkan Leviathan yang berusaha memberikan perlawanan dengan kibasan ekor dan hantaman taringnya tidak bisa mengimbangi kecepatan Satria. Meski damage pukulan tangan kosongnya tidak sekuat fighter namun jika dilakukan secara terus menerus seperti itu Leviathan bahkan sampai meraung kesakitan.

Di akhir serangan Satria langsung menjauh kembali karena Leviathan menyemburkan bisa cair dengan tekanan tinggi, pepohonan dan bebatuan bisa langsung terbelah dan melepuh karenanya. Kejar-kejaran kembali terjadi, namun dengan kecepatannya kini dia tidak bisa terkejar sama sekali.

"Ini adalah penentuannya," batin Satria seraya terus berlari menjauhi semburan bisa.

"Tiga detik lagi," gumam Satria sambil melompat ke batuan besar yang ada di tebing.

'Sssrrrreetttt'

'Ssssshhhh'

Semburan bisa tekanan tinggi itu berhenti tepat beberapa centi di samping kaki Satria yang menapak di tebing, itu artinya perhitungan Satria memang tepat. Batu besar tebing itu terlihat mulai bergerak karena setengahnya sudah terbelah dan melepuh. Saat itu juga Satria melesat cepat ke dekat leher Leviathan.

"Fighter," ucap Satria merubah job classnya tepat di depan leher Leviathan.

"Maksmimal attack," sambung Satria menggunakan tehnik yang akan membuat semua poin pertahanan dan kecepatannya akan berpindah ke poin serangan. Itu artinya jika dia diserang dalam kondisi tersebut maka Satria pasti akan mendapatkan luka fatal, karenanya tehniknya itu hanya cocok digunakan dalam situasi satu lawan satu saja.

"Thunder punch!" ucap Satria sambil melayangkan tinju tangan kanannya. Tiba-tiba saja kilatan petir yang sangat dahsyat mulai menyelimuti tangan Satria yang bergerak menghantam leher Leviathan.

'Bbbeeeuukkhh'

'Bbbbbbhhhhooommmmnnnnrrrr'

'Ttttttaaaarrrrrr'

Suara dentuman hebat terdengar saat pukulan Satria berhasil menghantam leher Leviathan, kini sekujur tubuh Leviathan disengat oleh sambaran petir yang dahsyat. Bahkan cahaya gradasi kebiru-biruan menyinari lokasi tebing tersebut. Tanah bergetar hebat hingga air di rawa berhamburan ke udara.

Burung-burung yang ada di hutan langsung beterbangan karena terkejut mendengar suara dentuman yang keras, hewan-hewan lain serta monster lainnya juga langsung menjauh seketika dari lokasi rawa. Suara raungan Leviathan juga bergema di sekitar hutan, tubuhnya mulai hangus menghitam karena tersengat sambaran petir.

Satria langsung menapak di rawa yang kini semakin dangkal karena sebagian airnya sudah menguap. Dengan nafas tersengal-sengal Satria melihat Leviathan yang mati dan ambruk ke tanah dengan tubuh menghitam, terlukis senyuman puas di wajah Satria. Sensasi pertarungan yang dia rasakan benar-benar lebih menegangkan dan seru dibandingkan yang sering dia alami di dalam game.

"Jika mengalahkan bos lantai dua puluh saja sudah seseru ini, entah bagaimana rasanya jika berhadapan dengan bos lantai tujuh puluh," ujar Satria sambil menyeka peluh di keningnya.

"Pertama-tama, aku harus mengambil kedua taringnya dulu," kata Satria sembari menghampiri mayat Leviathan. Sekuat tenaga Satria berusaha menarik taring Leviathan, namun tidak kunjung tercabut. Dia benar-benar bingung sebab di dalam game biasanya taring itu akan jatuh dan menjadi bagian drop item yang muncul sebagai hadiah mengalahkan monster.

"Kelihatannya aku harus mematahkannya dari pangkal rahanya langsung," ujar Satria seraya menyobek mulut Leviathan hingga berbunyi. Setelah terbuka lebar Satria langsung memasaukan tangannya untuk memukul pangkal taring tapi begitu dia masuk tiba-tiba saja tangannya serasa panas.

"Aw.. kelihatannya racunnya masih berfungsi meski tubuhnya sudah mati," kata Satria sambil buru-buru menarik tangannya lagi.

Kali ini dia tidak punya pilihan lain, dengan tehnik fighternya Satria langsung menghantamkan pukulannya ke rahan Leviathan hingga hancur, setelah itu dia dengan mudah berhasil mencabut kedua taringnya. Tapi kedua tangannya kini mulai terluka dan melepuh. Satria langsung membasuh taring itu dengan air lalu melemparnya ke tepi rawa.

"Priest," ucap Satria kembali mengubah job classnya.

"Healing: cure wounds!" kata Satria sambil mendekatkan telapak tangan kanannya ke dada, cahaya gradasi warna kuning mulai menyelimuti tubuhnya. Semua luka-luka di tubuhnya mulai sembuh kembali.

"Healing: recovery!" sambung Satria. Kini semua luka di tangannya pulih tanpa meninggalkan bekas sedikitpun. Andaikan saja bisa ular itu masuk ke dalam tubuhnya mungkin sihir penyembuhan saja tidak akan cukup karena racun yang sudah masuk ke dalam tubuh hanya bisa dihilangkan oleh item cair seperti antidote.

"Kelihatannya ini sudah cukup, aku mungkin harus segera membawa sebagian potongan tubuh dan sisiknya ke pengepul monster sebagai bukti," ucap Satria sambil memasukan beberapa potongan monster dan sisik ular itu ke dalam kain besar yang dia gunakan untuk membawa tangan goblin sebelumnya. Kedua taring Leviathan dia masukan ke dalam kain yang berbeda di punggungnya, sementara kain berisi potongan monster dia pikul di pundaknya.

"Kau sedang apa di sini?" tiba-tiba saja terdengar suara seorang pria tak jauh dari tempatnya.

Satria tersentak kaget karena dia tidak mendengar ada pergerakan orang lain di sekitarnya karena masih menggunakan job class priest. Saat Satria berbalik ternyata jauh di belakangnya sudah ada pria berambut emas berdiri bersama squadnya, mereka adalah para petualang yang sempat melerai pertarungannya di depan gedung asosiasi.

"Apa kau tidak ingin menjawab pertanyaanku?" tanya pria berambut emas yang bernama Gven.

"Hoi hoi.. siapa yang sudah menghancurkan ular-ular itu? bukankah cuma kita yang mengambil questnya?" ucap seorang fighter dengan wajah bingung.

"Ah, aku kebetulan sedang menunggu petualang yang mau membeli monster-monster ini," jawab Satria sambil tersenyum, kelihatanya dia tidak perlu menemui pengepul monster.

"Jangan bercanda, kami yang mengambil questnya dan hanya kami juga yang akan mendapatkan imbalannya. Katakana di mana squad yang mengalahkan monster ini?" tanya Gven sambil menghunuskan pedangnya, kelihatannya dia menduga kalau ada squad lain yang mengalahkan monster itu.

"Mereka sudah pergi dan mempercayakan negosiasinya kepadaku," jawab Satria, dia pikir akan sedikit meladeni anggapan squad Gven. Terlebih mereka tidak akan percaya jika seorang priest bisa mengalahkan monster.

"Siapa pemimpinnya?" tanya seorang pria yang membawa tombak.

"Aku tidak tahu, tapi kalian tahupun tidak akan mengubah bahwa negosiasi kalian hanya akan berlangsung denganku saja," jawab Satria sambil melihat langit yang mulai gelap pertanda malam sudah tiba.

"Sayang sekali, kalau begitu kami akan tetap mengambil monster itu," tukas seorang wizard wanita.

"Sayangnya aku juga tidak akan membiarkannya," kata Satria sambil mengangkat tangan kanannya.

"Healing," ucap Satria, kini tangan kanannya itu diselimuti cahaya gradasi berwarna kuning.

"Hahaha.." seorang fighter pria langsung tertawa melihatnya.

"Hahaha.. apa yang bisa kau lakukan hah?" ejek fighter satunya lagi.

"Satu swordman, dua wizard, satu sorcerer, satu assasins, satu archer, satu lancer, satu fighter, satu guardian dan satu priest. Jika mereka mengambil quest tingkat enam itu artinya mereka semua atau salah satunya ada yang memiliki level 60. Aku asumsikan mereka semuanya berlevel segitu untuk kemungkinan buruknya," pikir Satria mencoba memperhitungkan kekuatan tempur lawannya.

"Hehehe.. pemula sepertimu mau menantang kami?" tanya Gven sambil terkekeh.

"Untuk menghadapi priest sepertimu, satu anak panahku saja sudah cukup," ledek archer.

"Atau agar lebih seru kita bertarung tangan kosong saja, untuk membuktikan seberapa kuat dirimu," timpal priest ikut mengejek Satria.

"Aku tidak keberatan melawan siapapun. Tapi aku bukanlah orang baik, karena itu jangan harap kalian bisa selamat setelah berhadapan denganku," ucap Satria sambil menurunkan tangan kanannya, cahaya gradasi warna kuning juga lenyap.

"Fighter," kata Satria pelan, dia harus berjaga-jaga andaikan musuh memilih jalur kekerasan.

"Armor, senjata dan perlengkapan mereka semuanya memiliki kualitas yang bagus meski bukan yang terbaik. Tapi itu akan sedikit menyulitkanku yang tidak memiliki perlengkapan apapun, terlebih bisa saja mereka juga membawa item berguna lainnya," batin Satria dengan terus waspada.

"Ho.. kau punya nyali juga ya," kata Gven sambil menatap Satria.

"Aku hanya membela diri, jika kalian memang tidak mau membayar monster-monster ini tiga perempat dari imbalan yang diberikan asosiasi maka aku akan menjualnya ke pengepul monster secara langsung," kata Satria.

"Sepeserpun kami tidak akan membayarnya!" bentak assasins pria, kini tubuhnya tiba-tiba lenyap dari belakang Gven.

"Mereka kelihatannya terlalu angkuh, padahal apa susahnya cuma membayar doang tanpa perlu cape-cape mengalahkan monsternya," ujar Satria dengan waspada.

Tiba-tiba saja assasins itu sudah ada di belakang Satria sambil menebaskan pisaunya, tapi Satria langsung mengambil taring Leviathan dan menangkis pisau assasins itu. Terdengar suara dentingan senjata yang beradu, Gven selaku ketua squad terlihat terkejut melihat taring yang digenggam Satria, seketika itu juga dia mengalihkan perhatiannya ke mayat Leviathan.

"Dia menyadari seranganku?" gumam Assasins sambil terus menekan pisaunya.

Assasins itu kembali melompat mundur menjaga jarak, tapi seorang fighter langsung melesat melayangkan pukulannya ke arah Satria. Tapi dengan cepat Satria berhasil menahan pukulan fighter tersebut tanpa kesusahan, sontak saja semua squad Gven tersentak kaget sebab priest dengan tingkat satu seperti Satria bisa menghalau pukulan fighter tingkat lima.

"Berhenti kalian," kata Gven sambil menyarungkan kembali pedangnya. Fighter langsung mundur lagi, begitu juga dengan assasins yang ada di belakang Satria.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Gven dengan tatapan tajam.

"Aku Satria, petualang biasa yang ingin dikenal dunia apa adanya," jawab Satria tanpa ragu, taring Leviathan di tangannya dia masukan lagi.

"Dari guild mana kau berasal?" tanya Gven lagi.

"Aku tidak tergabung guild atau squad manapun," jawab Satria lagi.

"Baiklah, kami akan membayar monster-monster ini. Tapi bilang kepada squad yang mengalahkannya, lain kali mereka harus mengambil questnya sendiri," ucap Gven. Hal itu tentunya membuat kesembilan anggota squadnya terkejut bukan main.

"Gven? Apa yang kau lakukan?" tanya archer.

"Dia meminta tiga perempat dari imbalan asosiasi loh," timpal guardian.

"Kita akan bertemu kembali di asosiasi, disana nanti aku akan menyerahkan imbalannya kepadamu," kata Gven tanpa menghiraukan kata-kata rekannya yang terlihat masih bingung melihat keputusan ketua squad mereka.

Bersambung…

Siguiente capítulo