webnovel

Imbalan dari Squad Gven

"Aku menyetujuinya," kata Satria sambil tersenyum.

"Gven, apa yang kau lakukan?" tanya wizard.

"Sebaiknya kita segera pergi dari sini," jawab Gven sambil berbalik meninggalkan tempat Satria berada. Sembilan anggota squadnya juga terpaksa berjalan mengikutinya, sebelum pergi tampak mereka memberikan peringatan kepada Satria bahwa mereka tidak akan melupakan kejadian tersebut.

"Kelihatannya pria bernama Gven itu adalah yang terkuat dari mereka," ujar Satria sambil mulai berjalan meninggalkan rawa.

"Kelihatannya aku harus bermalam di desa terdekat sebelum kembali ke Kota Lunar," tambah Satria seraya menghela nafas dalam. Namun hari ini dia benar-benar merasa senang karena bisa bertarung secara nyata dengan salah satu bos lantai Dungeon.

Sementara itu Gven dan squadnya terus berjalan menyusuri hutan untuk segera kembali ke Kota Lunar. Sesekali terlihat Gven menatap ke belakang serta menanyakan apakah ada yang mengikuti mereka atau tidak kepada archer di squadnya, namun archer bilang tidak ada yang mengikuti mereka.

"Gven, kenapa kau memutuskan menerima tawaran pemula itu?" tanya seorang fighter.

"Padahal jika kita menghabisinya tadi, kita tidak perlu berbagi imbalan," timpal guardian.

"Benar Gven, pemula yang bertingkah angkuh sepertinya harus diberi pelajaran," imbuh assasins.

"Kalian para petualang tingkat 5 dan 4 memang tidak akan menyadarinya. Tapi asal kalian tahu, salah satu monster yang tumbang di rawa itu adalah jenis monster yang sama dengan yang ada di lantai 20 Dungeon Luxurie! Terlebih itu bukan monster biasa, melainkan bos monster di lantai 20," jawab Gven dengan tegas.

"Eh? Benarkah?" timpal priest yang tampak kaget.

"Jika memang monster yang sejenis, lalu apa hubungannya dengan negosiasi quest?" tanya fighter.

"Asal kalian tahu untuk mengalahkan monster itu dibutuhkan satu squad full party dengan keterampilan bertarung yang diatas rata-rata. Kalian member baru Guild Golden Wings tidak akan tahu bagaimana susahnya kami untuk menaklukan lantai 20 Dungeon Luxurie. Terutama mengalahkan monster ular bertaring itu," tutur Gven.

"Aku waktu itu bersama beberapa petualang Guild Golden Wings lainnya bahkan kesusahan untuk menumbangkannya, sisik yang keras, serangan area luas, serta bisa yang sangat berbahaya benar-benar menakutkan. Jika saja tidak ada guild lain yang sama-sama menjelajahi Dungeon Luxurie pada waktu itu mungkin kami sudah kalah," tambah Gven.

"Itu artinya kemungkinan monster tadi juga dikalahkan oleh squad yang terampil, begitu maksudmu?" tanya lancer.

"Ya, aku yakin mereka adalah petualang tangguh Kerajaan Luxurie. Meski aku tidak tahu dari guild mana mereka berasal, aku memutuskan untuk menerima tawaran pemula itu bukan berarti aku takut kepadanya. Tapi aku khawatir para petualang yang mengalahkan monster itu masih bersembunyi di sekitar kita dan melihat langkah apa yang akan kita ambil," ujar Gven membenarkan pemikiran temannya.

"Pantas saja tadi seranganku tidak mempan menghadapi pemula itu, tadinya aku pikir dia bukanlah priest biasa," gerutu fighter.

"Sekarang aku mengerti. Kelihatannya para petualang itu memang melindungi pemula angkuh tadi dengan item khusus atau skill khusus hingga serangan kita tidak berdampak langsung kepada mereka," timpal assasins. Tadinya dia pikir kalau Satria memang kuat, namun mendengar pemikiran Gven begitu dia yakin ada petualang hebat lainnya yang membantu Satria sebab mustahil seorang priest bisa segitu kuatnya.

"Ya, karena itulah tadi aku bertanya apakah ada yang mengikuti kita atau tidak. Aku khawatir squad yang mengalahkan monster itu berasal dari guild yang bermusuhan dengan Golden Wings," imbuh Gven.

"Memang benar, kalau ada squad petualang tangguh seperti itu menghadapi kita tadi maka hanya Gven saja yang mungkin bisa melakukan perlawanan," tukas archer.

"Ya, Gven memang luar biasa. Dialah satu-satunya petualang tingkat 6 dari Kota Lunar. Tidak salah jika Guild Golden Wings merekrutnya," puji fighter.

"Jika semua perkiraan kita memang benar, itu artinya priest tadi bisa jadi adalah mata-mata dari guild lain yang ingin mencari informasi Golden Wings dan merebut Kota Lunar yang merupakan salah satu wilayah kekuasaan Golden Wings di Kerajaan Luxurie," kata wizard.

"Aku juga khawatir seperti itu, mereka sengaja menyusupkan petualang dengan job priest agar membuat kita lengah. Karenanya aku akan mencoba menghubungi Ketua Guild untuk mendiskusikannya, jika memang seperti itu kenyataannya keberadaan priest itu merupakan sebuah ancaman di Kota Lunar," timpal Gven disambut anggukan kesembilan anggota squadnya.

***

Sementara itu malam ini Satria menginap di desa terdekat dari hutan tempatnya melaksanakan quest. Meski di desa namun Satria memilih untuk tidur di padang rumput dekat perkebunan warga, dia sadar meski ingin tidur di tempat yang enak tapi saat ini dia tidak punya uang sama sekali, mengharapkan belas kasihan warga desa juga bukanlah gayanya.

Dia sudah terbiasa tidak dipedulikan orang lain, di dalam hatinya untuk tidak mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Meski berada di tempat terbuka namun bagi Satria yang pernah dihukum waktu perkemahan dan tidur di tengah hutan, tidak susah untuk memejamkan matanya di tempat terbuka seperti sekarang ini.

Esok harinya Satria baru kembali melanjutkan perjalanan ke Kota Lunar. Tak perlu waktu lama baginya untuk sampai di tengah kota, tempat yang dia tuju tentunya gedung asosiasi petualang untuk melaporkan questnya sudah selesai. Tapi saat dia berada di dekat gedung asosiasi tampak tatapan para petualang yang ada di sana terus tertuju kepada Satria.

"Ada apa ini?" gumam Satria. Tanpa menghiraukan para petualang yang menatapnya Satria langsung masuk ke dalam gedung. Suasana di dalam ternyata hampir sama dengan yang ada di luar, tapi Satria tidak mempedulikannya dan terus berjalan menuju ke meja.

"Aku sudah selesai melaksanakan quest menghancurkan gerombolan goblin di sebelah utara Kota Lunar," lapor Satria kepada staff asosiasi. Satria langsung mengeluarkan tangan goblin dari kain yang dia bawa, staff asosiasi langsung membawa tangan goblin itu ke bawah mejanya.

"Baiklah, kamu bisa meminta imbalannya ke sebelah sana," kata staff sambil menujunjuk staff yang bertugas mengurus imbalan.

"Terima kasih," ucap Satria sembari berjalan menuju staff yang ditunjuk tadi. Satria juga kembali melaporkan hasil kerjanya. Staff tersebut langsung memberikan imbalannya. 2 koin emas, 10 koin perak dan 10 koin perunggu. 1 koin emas sendiri sama dengan 100 koin perak, lalu 1 koin perak sama dengan 100 koin perunggu.

"Terima kasih banyak karena sudah membantu kami," ucap staff asosiasi dengan ramah.

"Anu.. kalau boleh tanya, untuk imbalan quest tingkat 2 sendiri berapa ya?" tanya Satria.

"Untuk petualang yang berhasil menyelesaikan quest tingkat 2 maka akan mendapatkan imbalan 6 koin emas, 30 koin perak dan 30 koin perunggu. Untuk tingkat selanjutnya tinggal kali tiga saja dan terus begitu sampai tingkat 10," tutur staff asosiasi.

"Begitu rupanya, terima kasih," kata Satria sambil berjalan menuju tangga. Tujuannya tak lain adalah Alexa. Ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan kepadanya. Sesampainya di lantai dua tampak Trixi dan Alexa sedang duduk diluar ruangan tempatnya menerima pendaftaran petualang baru.

"Eh, Satria?" ucap Alexa dengan raut wajah terkejut.

"Eh, bukankah kamu petualang yang kemarin mendaftar?" tanya Trixi.

"Ya, saya datang kemari karena ada yang ingin ditanyakan," jawab Satria.

"Silahkan duduk," ucap Trixi dengan ramah, sedangkan Alexa terus menatap Satria dengan tajam. Tapi Satria hanya mengangguk seolah paham dengan apa yang membuat Alexa bingung.

Di sana Satria menanyakan tentang lokasi pandai besi yang ada di Kota Lunar, dia ingin menempa taring Leviathan yang baru dia dapatkan. Alexa tidak tahu tapi Trixi yang memang sudah lama tinggal di Kota Lunar memberitahukan beberapa tempat pandai besi di kota tersebut, meski sebenarnya Trixi bilang kalau kualitas pandai besi di Kota Lunar tidaklah seberapa, para petualang peringkat tinggi juga biasa menempa senjatanya di Ibukota Kerajaan Luxurie.

Setelah menanyakan tentang pandai besi di sana, Satria juga menanyakan apakah ada orang aneh yang ingin menjadi petualang baru atau tidak. Trixi tampaknya bingung dengan pertanyaan Satria seperti itu namun Alexa yang paham dengan maksud Satria langsung menjawab bahwa tidak ada orang seperti itu karena hanya ada beberapa orang biasa saja yang mendaftar petualang di sana.

Satria hanya tersenyum lalu berpamitan untuk mendatangi pandai besi di Kota Lunar. Saat menuruni tangga tampak para petualang yang ada di dalam gedung asosiasi terus memperhatikannya, tapi Satria sudah terbiasa untuk tidak ambil pusing dengan pandangan orang lain. Dia terus berjalan keluar dari bangunan, di luar terlihat squad Gven sudah berdiri sambil menatap Satria yang baru keluar.

"Aku pikir kau akan sampai kemari hari kemarin," ucap Gven dengan tatapan tajam. Nyatanya bukan hanya squad Gven saja yang menatapnya tapi semua petualang yang ada di luar juga menatap Satria dengan tajam.

"Aku hanya bisa berjalan kaki dari hutan itu kemari, daripada berada dalam bahaya aku lebih memilih untuk menginap di desa terdekat," jawab Satria dengan tenang.

"Fighter," gumam Satria pelan.

"He.. kenapa kau tidak meminta bantuan squad yang telah mengalahkan monster-monster itu saja?" tanya seorang wizard.

"Aku hanyalah petualang pemula. Aku tidak bisa bersikap seenaknya seperti itu, lagipula aku hanya jembatan negosiasi diantara kalian dengan mereka," jawab Satria.

"Lalu setelah kau mendapatkan imbalan ini, kau akan memberikannya kepada mereka semua?" tanya Gven sambil mengangkat kain berisi imbalan bagian Satria.

"Ya," jawab Satria pendek. Dia entah mengapa merasa Gven dan squadnya terlalu waspada kepadanya.

"Aku akan menyerahkannya, tapi bilang kepada mereka. Jika ingin mendapatkan imbalan dari quest sebaiknya ambil sendiri questnya, jangan sampai memeras petualang lain," ucap Gven sambil melemparkan kain berisi koin imbalan dan Satria dengan sigap menangkapnya.

"Akan aku sampaikan, lagipula aku rasa mereka hanya kurang kerjaan saja. Jadi jangan terlalu mengkhawatirkan mereka," kata Satria, entah mengapa dia merasa kalau kewaspadaan Gven masih berhubungan dengan squad yang menghabisi Leviathan.

"Aku berharap memang begitu, karena aku tidak akan membiarkan orang berbahaya berkeliaran di Kota Lunar!" tegas Gven seraya pergi meninggalkan Satria yang masih memegang kain berisi imbalannya.

"Di dalamnya seharusnya ada 375 koin emas, 40 koin perak dan 22 koin perunggu," batin Satria mencoba menghitung imbalan yang dia dapat dari tiga perempat imbalan quest.

"Wah, kalau sebanyak ini seharusnya aku sudah bisa membeli armor dan perlengkapan lainnya," gumam Satria dengan senang. Dia tidak mempedulikan tatapan petualang lainnya, selama ini dia sudah dipandang seperti itu saat di sekolah.

Perlahan Satria mulai berjalan menuju lokasi pandai besi terdekat yang direkomendasikan oleh Trixi, katanya jika berjalan ke arah timur sekitar 300 meter maka akan sampai di pandai besi. Meski kualitasnya tidaklah bagus namun para petualang biasanya tetap melakukan perbaikan di sana karena harganya terbilang cukup murah.

Satria terus berjalan sesuai arahan Trixi, kini dia mulai menyusuri area pasar. Banyak toko-toko, gerobak dagangan dan para pedagang yang sedang menawarkan dagangannya. Seingatnya di dalam game hanya ada satu pasar saja di Kota Lunar, tapi update yang terjadi nampaknya ikut mempengaruhi keadaan di sana.

"Kalau sesuai perhitungan harusnya tiga ratus meter itu memang di sekitar pasar ini," gumam Satria sambil menatap sekelilingnya. Tiba-tiba saja terdengar sebuah benda-benda dari besi berbenturan, Satria dan semua orang yang ada di sana sontak menatap sebuah toko tempat suara besi-besi berisik itu berasal.

Bersambung…

Siguiente capítulo