webnovel

Chapter 31 Lead The Way

"Sebenarnya, apa yang dipekerjakan oleh gedung ini?" tanya Line sambil memakai baju atas dan masih di kamar mandi bersama Roland.

"Yeah, seperti yang kau tahu dan lihat, Tuan Rudi merupakan seorang direktur kedua yang memegang perusahaan ini. Perusahaan ini adalah perusahaan yang bergerak dalam hal kekuasaan tinggi. Menemui setiap pertemuan bersama dengan banyaknya pejabat dan yang membuat gedung ini maju sempurna adalah Tuan Rudi yang jujur dan juga baik. Dia dijatuhi peran sebagai direktur paling sempurna... Karena itulah gedung ini kelihatan tinggi dan besar dari yang lainnya di diameter sekitar sini," balas Roland.

"Tapi, aku agak curiga," Line melihat ke sekitar.

"Apa yang kau curigakan memangnya?"

"Gedung ini sangat tinggi dan besar, pastinya di lantai atas juga ada makhluk itu, makhluk yang pastinya bersemayam di sana," kata Line.

Roland juga terdiam berpikir. "Apa kita perlu menyelidiki ini?"

"Nanti saja kita bahas," balas Line sambil berjalan duluan. Tapi siapa sangka, kakinya terpeleset genangan air sabun di depannya.

Hal itu membuatnya terkejut akan jatuh. "Akh!! Sial!!" dia berteriak dan suara jatuh terdengar dan Roland menjadi terdiam kaku ketika melihat itu.

"Waw, kawan, kau baik naik saja?" Roland hanya memandanginya dan menatapnya.

"Duh, sial.... Kenapa ini sungguh sangat sial...." Line memegang kepalanya karena kepalanya juga terkena lantai.

"Itu karena cewekmu memendam perasaannya.... Mitos mengatakan kalau cewekmu memendam perasaan maka kamu akan sial sepanjang hidupmu," kata Roland.

Seketika Line kesal dan menatap tajam. "Lihatlah posisi ku sekarang, tadinya aku tak mau membalas perkataanmu, tapi kau benar-benar memaksaku... Kita tak tahu apakah Imea masih hidup," kata Line sambil memasang wajah tak mempedulikannya.

Seketika Roland terdiam dan menghela napas panjang. "Ha... Aku tidak berpikir dia akan selamat..."

"Kau tak perlu membahas soal wanita di kamar mandi. Kita punya jalannya masing-masing jadi tak usah saling mengurus, dan juga... Aku perlu penjelasanmu soal Nara dan Labis," tatap Line dengan serius membuat Roland terdiam.

"Sebenarnya apakah mereka benar-benar sudah menandai kita?" Line menatap.

"... Mau bagaimana lagi, Nara yang saat itu membuat boom dan kabur yang tebal, untungnya kabutnya perlahan hilang dalam beberapa hari saja, dia pastinya akan berpikir kita mati tapi kemungkinan dia berpikir kita masih hidup juga... Lalu Labis, hanya kucingmu salah satu jawabannya," kata Roland.

"... Apa maksudmu itu? Bukankah sudah jelas bahwa dia bisa menyelamatkan dirinya sendiri... Aku tak peduli padanya."

"Apa kau tidak takut dia akan dibuat eksperimen oleh si Labis?" tatap Roland.

Line hanya menggeleng tidak peduli lalu berjalan pergi.

Tak beberapa lama kemudian, Line keluar dari kamar mandi. Ia melihat Roland masih ada di sana, masih menatap dirinya di kaca sambil menata rambutnya sendiri.

Ia menoleh ke Line. "Ngomong-ngomong, apakah kucingmu itu memang siber tooth?" tatapnya.

"... Itu memang benar."

"Benar-benar hewan bersejarah," tambah Roland.

"Memangnya kenapa jika dia bersejarah?"

"... Aku hanya ingin tahu hewan seperti itu, padahal siber tooth dikenal sebagai hewan yang besar tapi kucingmu malah berbentuk kucing kecil saja... Aneh sekali..." tatap Roland. Ia lalu melempar baju ke udara membuat Line menangkapnya. Baju itu kemeja hitam.

"Pakai itu, kebetulan lelaki tadi mengirimkannya pada kita," kata Roland. Ia juga menunjukkan kemeja yang sama yang ia pakai.

Lalu Line langsung memakainya dan terdiam ketika di kancing bagian atasnya. Ia memegang kancing itu dan menghela napas panjang.

"Hei, kawan, ada apa denganmu?" Roland menatap dengan nada bercandanya.

"Haiz.... Uminoke tidak akan pacaran selama kakaknya juga tidak," balas Line seketika Roland terkejut.

"Hah, kau ini serius saja, masa dia.... Jadi itu yang membuatmu sial...." tatap Roland dengan wajah tak percaya.

"Yah begitulah.... Sudahlah aku mau pergi," Line berjalan keluar duluan dan Roland masih terdiam tidak iba pada masalah Line. Rupanya Line dari tadi sedih karena mendengar pembicaraan Uminoke dengan Kachi tadi.

Lalu ia terlihat berjalan keluar duluan dari kamar mandi. Dia memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di ruangan itu lalu menyalakan rokoknya.

Dia merokok di sana, tak peduli mengeluarkan asap beberapa kali. Asap yang naik ke atas menandakan dia sedang banyak pikiran. "(Kapan ini akan berakhir.... Kapan mereka berhenti mengenalku sebagai antagonis..... Kenapa ini begitu aneh dan tak bisa dimengerti....)" pikirnya, lalu dia mengingat kucingnya.

"(Siber tooth hitam.... Tidak main-main, sekali marah akan seperti singa yang bisa menerkam dan mengaum dan gila cepat seperti cheetah....)" ia sepertinya juga terpikirkan kucingnya.

Di sisi Roland, dia memandang dirinya di kaca kamar mandi itu. Hingga pemikirannya terlintas Imea.

"(Sial.... Imea.... Kenapa kau harus pergi... Apa kau tak ingat hal apa yang aku berikan padamu... Ciuman itu, ciuman yang harus aku berikan lagi....)" Roland benar-benar berwajah kesal.

Lalu dia mengingat sesuatu, itu saat dia bersama dengan Line.

Di saat itu, tampak perapian di jalanan besar yang kumuh masih dalam perjalanan ke Kyoto. Malam hari membuat hari dingin dan harus menambah kewaspadaan pada hal bahaya yang akan datang kapan saja.

"Ini benar-benar sulit," kata Roland yang duduk di depan perapian dan di depannya lagi ada Line juga duduk bersandar di reruntuhan barang-barang hancur di tengah jalanan kota tersebut.

"Apa maksudmu rumit?" tatap Line. Satu kakinya terlurus karena Uminoke tertidur dengan kaki Line sebagai bantalnya, Uminoke tertidur sangat pulas.

"Sangat rumit, aku benar-benar sangat bodoh tidak tahu bahwa Imea memiliki hubungan sesuatu dengan kemiliteran. Bisa jadi dia tahu banyak soal kemiliteran tapi ia terlalu polos untuk kita baca kepribadiannya."

"Yah jika dibilang, itu memang benar sih... Imea sangat polos dan sampai saat ini pun dia tidak berkata apa-apa soal kemiliteran jadi ya, tidak usah menganggap ini rumit karena dia gadis yang terlihat bisa menyembunyikan sesuatu," tambah Line.

"Haiz, saat aku bertemu dengannya nanti aku akan bertanya soal markas besar dan ngomong-ngomong, apakah benar kakak Uminoke itu ada di kota ini?" tatap Roland.

"Sudah pasti, tapi aku tidak bisa menjamin keselamatannya, aku hanya memenuhi permintaan gadis ini."

"Hei bro, kau itu dulu tidak tertarik pada perempuan manapun, kenapa kau bisa membantu gadis yang terlihat biasa itu, kau jatuh cinta karena apa?" lirik Roland.

"Kau bicara seperti itu saat dia ada di sini," kata Line.

"Haiz, dia tertidur, mana bisa dia mendengar percakapan kita."

"... Aku membantu gadis ini karena dia terlihat istimewa di mataku, dia juga orang pertama yang melihatku turun meneliti hujan beracun itu di atas balkon," kata Line. Lalu Roland terdiam mendengar itu.

Tapi Roland menjadi teringat sesuatu. "Hei Line, sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan padamu. Sudah lama aku menyimpannya hanya untuk kau mendengarnya sendiri karena ini memang berkaitan dengan sesuatu milikmu," kata Roland. Mereka mulai menatap serius.

"Kucingmu itu, bukan seekor kucing biasa, bukan?" tatap Roland.

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"... Dia pergi, lalu kembali padamu dengan mudah layaknya bisa mencarimu kapan pun. Dia juga selamat dari gigitan dan bisa berlindung dari mayat-mayat berjalan itu. Dia mencari informasi ke depannya sama saat dia membawaku kertas sesuatu untuk kau lihat yang akan datang nantinya," kata Roland.

Lalu Line terdiam sebentar, ia lalu menghela napas panjang. "Dia adalah kucing percobaan 28116, itu percobaan yang sangat banyak. Umurnya sudah sangat lama dari umurku, banyak yang mengira dia adalah kucing legenda, tapi mereka salah... Lebih tepatnya dia adalah kucing purba, tak lama lagi gigi taringnya akan panjang dengan tubuhnya yang masih kecil."

"Kucing purba? Apa maksudmu?"

"Apa kau tahu saber-tooth? Itu adalah penggambaran harimau di masa purba, dengan bentuk tubuh buas dan bulu yang lebar dan juga yang menjadi ciri khasnya adalah gigi pedang. Kucingku itu, dia dulu berbentuk sangat besar seperti itu. Sebelum kiamat ini muncul, dia sudah ditemukan duluan oleh beberapa orang peneliti. Aku dan dia bertemu di laboratorium yang sama, menjadi bahan percobaan modal," kata Line.

"Aku tahu dari awal kau memang manusia percobaan, kemampuanmu di atas rata-rata dan apapun yang kau lakukan selalu berbeda dengan manusia lain," lirik Roland.

"Tapi lihat sisi baiknya, kucing itu membantuku."

"Sekarang di mana? Dia sudah sangat lama tidak bertemu denganmu sejak terakhir kali di tempat stadion pengungsi itu... Bukankah dia ditangkap oleh si bajingan itu?" (Labis)

"Dia bisa melepas diri," balas Line dengan tatapan serius.

Tiba-tiba Uminoke bersin membuat Line menoleh padanya. Ia menengadah ke langit dan melirik ke atas. "Apakah ini sudah bulan Desember? Salju akan turun sebentar lagi, saking lama berperang kita bahkan tak tahu tanggal berapa sekarang," kata Line.

"Yah, salju akan turun saat musim dingin, untungnya belum terasa sangat dingin hari ini. Kita harus segera mencari tempat hangat untuk berlindung dan istirahat sementara dan juga... Salju adalah waktu bagi hewan buas muncul dan keluar dari hibernasinya."

"Apa kau sedang menyindir hewan ku? Dia sudah aku latih, dia tidak akan buas dengan tubuh kecilnya," tatap Line.

"Kawan, kau terisolasi di neraka laboratorium, seharusnya kau juga tahu para dokter yang akan menjadi musuhmu di setiap laboratorium di kota," kata Roland.

"Lupakan saja soal laboratorium, ini sudah zaman tanpa itu lagi. Yang sekarang itu akan muncul zaman kuno tanpa teknologi karena kiamat ini. Seiring berjalannya waktu, dunia ini akan perlahan berdampingan dengan virus pada umumnya yang membuat dunia ini kiamat," balas Line.

Lalu Roland terdiam mengangguk setuju, tapi ia menjadi teringat sesuatu yang membuatnya harus menatap pada Line. "Oh benar, aku baru ingat, selama kau di laboratorium menjadi bahan percobaan bersama dengan kucingmu itu, siapa orang yang paling hebat di sana?"

"Apa maksudmu? Mereka semua payah, seperti tempat neraka yang sangat tersiksa untukku. Aku bergabung dengan 'Tujuh Maut' karena keluar di sana secara paksa."

"Bukan itu maksudku, apakah ada orang yang membuatmu begini sampai sekarang?" tatap Roland.

"Haiz yah, dia bernama Darley," balas Line.

"Darley?"

"Ya, dulu aku adalah percobaan Man of Honour dan kucing itu adalah saber-tooth."

Siguiente capítulo