webnovel

Episode 8: Bermain Api

Sukma nampak terkulai lemas ketika dia pulang kerja di rumah Toto, selama ini Sukma bekerja di rumah Toto sebagai pembantu rumah tangga.

Sukma mendapati pintu rumah Yani terkunci dari luar, hal itu membuat dirinya agak curiga dengan keberadaan Yani yang tidak ada.

Dari arah sebrang pintu kamar Laras tertutup rapat seolah tidak ada kehidupan, tapi berbeda dengan pintu kamar Wahyu yang terbuka. Maka dengan santai dia menuju rumah Wahyu, ketika dia hendak masuk kesana terdengar suara lenguhan dari bibir Wahyu.

"Sedikit lagi Yan." ujar Wahyu.

"Iya mas, kita pasti bisa." timbal Yani.

Sukma yang penasaran dan tahu kalau mereka sedang melakukan hal yang tidak senonoh membuatnya ingin menegur mereka.

"Kalian sedang apa?" bentak Sukma.

Mata mereka bertiga saling memandang terutama mata Sukma yang sudah salah sangka, rupanya Yani sedang mengganti perban yang sudah menimbulkan bau tidak sedap.

"Eh mbak Sukma, kebetulan mbak bisa bantu saya?" tanya Yani.

"Bantu apa?" tanya Sukma.

"Saya kesulitan kalau mengganti perban mas Wahyu sendirian." jawab Yani.

Sukma kemudian masuk lebih dalam untuk membantu Yani, tapi ketika dirinya jongkok dia mencium bau yang jelas bukan dari perban.

"Inikan bau.... tapi mana mungkin." batin Sukma.

"Mas Wahyu belum mandi?" tanya Sukma.

"Belum mbak, saya kesulitan kalau harus membopong mas Wahyu sendirian ke kamar mandi." jawab Yani.

"Sebaiknya memang jangan sendirian, takutnya ada apa-apa!" seru Sukma

Sukma membantu Yani mengganti perban di siang itu, sebagai ibu rumah tangga yang lebih lama hidup dibandingkan dengan Yani, jelas Sukma memiliki kemampuan lebih.

"Mbak Yani, tolong ambilkan alkohol dicampur air hangat ya." ujar Sukma.

"Baik mbak." jawab Yani.

Yani pun pergi dan kini di kamar hanya ada Wahyu dan Sukma.

"Dia masih kecil, kamu jangan terlalu jauh!" seru Sukma.

"Iya mbak, saya tahu. Kita punya rahasia yang sedang kita pegang sampai hari ini dan sekarang saya telah membuat rahasia baru yang harus mbak Sukma jaga." ujar Wahyu.

"Asal kamu tetap jaga mulut, jangan sampai mas Bagas tahu tentang kebenaran anaknya." tegas Sukma.

Dibalik dinding kamar Wahyu rupanya Yani mendengar pembicaraan mereka berdua, Yani yang masih polos belum mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.

"Ini air hangat sama alkoholnya mbak." ujar Yani yang masuk ke kamar.

"Oh ya bawa sini Yan." seru Sukma.

"Ahh..." Wahyu mengerang kesakitan.

"Tahan, kamu itu laki masa gak tahan sama ginian." ujar Sukma.

Yani hanya tersenyum melihat hal itu, tapi dalam pikirannya terdapat berjuta pertanyaan tentang apa yang dibicarakan oleh Sukma dan Wahyu. Lagipula sekarang dirinya dalam masalah cukup pelik, karena perselingkuhannya dengan Rudi sudah diketahui oleh Laras, bisa saja Laras melaporkan kepada suaminya.

----

waktu sudah menunjukkan jam 7 malam, tapi Iwan belum pulang juga. Yani sendiri sudah menyiapkan makan malam untuk suaminya, tapi semua makanan tersebut kini telah dingin karena dia belum menyentuhnya.

"Sayang, malam ini mas pulangnya agak larut. Kamu makan duluan ya." ujar Iwan yang memberi pesan kepada Yani.

"Aku sudah masak lho mas, terus harus bagaimana dengan makanan ini?" balas Yani.

"Mas Wahyu pasti belum makan, coba kasih mas Wahyu!" seru Iwan.

"Ya sudah mas kalau begitu." timbal Yani dengan perasaan kecewa.

Suara gemuruh sudah terdengar dari langit yang terlihat hitam di malam itu, Yani segera membawa makanan menuju kontrakan Wahyu yang sudah menunggunya.

"Mas Wahyu?" tanya Yani agak berteriak.

"Masuk mbak." jawab Wahyu.

Segeralah Yani masuk dan menemui Wahyu, disana Wahyu hanya memakai celana dalam saja.

"Mas Wahyu kenapa gak pakai baju?" tanya Yani.

"Panas Yan, belum mandi dari kemarin. Mau mandi keringat sama kamu belum jadi." jawab Wahyudi cukup berani.

"Jangan keras-keras mas, nanti mbak Laras dengar!" seru Yani.

kemudian Yani mendekati Wahyu dan membawa makanan yang sudah dia masak, tercium aroma ketiak dan tubuh Wahyu yang tidak sedap tapi Yani nampak sudah terbiasa bahkan cenderung menikmatinya.

"Makan dulu mas." ujar Yani.

"Boleh disuapin?" tanya Wahyu.

Yani menghela nafas dan mengaduk makanan untuk menyuapi Wahyu dengan sendok.

"Mas gak mau disuapin pakai sendok." ujar Wahyu.

"Maksud mas Wahyu?" tanya Yani yang heran.

"Mas mau disuapin sama mulut kamu." jawab Wahyu.

Jantung Yani berdegup kencang pada saat itu, permintaan dari Wahyu sudah terlalu jauh pikirnya. Hal itu bukan tanpa alasan, karena bersama Iwan saja belum pernah saling menukar makanan melalui mulut.

"Mas, maaf aku gak bisa kalau seperti itu." ujar Yani.

"Kamu jijik ya, atau kamu belum pernah melakukannya bersama Iwan?" tanya Wahyu.

Yani pun menganggukkan kepalanya, dari situ Wahyu tahu kalau Yani masih cukup polos dan tidak terlalu ekstrim dalam melakukan hubungan badan.

Wahyu kemudian mengambil nasi sendiri untuk dia makan.

"Kamu belum pernah juga menjilati kemaluan Iwan?" tanya Wahyu.

"Gak mas, mas buat kencing saya jilati. Mas Iwan juga bilang jangan kaya gitu." jawab Yani.

"Artinya Iwan belum pernah jilat kemaluan kamu?" imbuh Wahyu.

"Belum mas." jawab Yani.

"Haduh, padahal kalau dijilat kemaluan itu rasanya luar biasa. Gimana mau coba?" goda Wahyu.

"Mas Wahyu habiskan makannya, gak baik ngobrolin hal jorok ketika lagi makan." jawab Yani.

Jauh dalam hati Yani hal yang dikatakan oleh Wahyu membuatnya sangat penasaran, karena semenjak menikah dengan Iwan belum pernah merasakan sensasi hubungan badan yang berbeda.

Tiba-tiba saja Wahyu membuka celana dalam yang dia pakai, disana sudah terlihat kemaluannya yang sudah berdiri tegak. Aroma tak sedap langsung tercium oleh Yani pada saat itu, setelah berhubungan badan dengannya tadi pagi rupanya Wahyu tidak mencuci kelaminnya.

"Mas, kemaluan mas Wahyu bau gini?" tanya Yani.

"Pas udah tadi pagi kita gituan belum dicuci sama sekali." jawab Wahyu.

Yani kaget ketika kepalanya ditarik dan bibirnya menyentuh kepala kemaluan Wahyu, aromanya sudah tidak nyaman untuk dicium.

"Itu aroma cairan kita berdua, coba kamu jilat sedikit saja." seru Wahyu.

Yani yang ragu-ragu mengeluarkan sedikit ujung lidahnya dan menjilati kepala kemaluan Wahyu.

"Asin mas." jawab Yani.

Segera Yani kembali berdiri tegak, sementara Wahyu nampak bahagia dengan apa yang telah dia lakukan kepada Yani.

"Kamu akan aku ajarkan sensasi yang lainnya." batin Wahyu.

bersambung

Siguiente capítulo