Hujan besar nampak tidak ada berhentinya, Yani masih saja bersama Wahyu di kamarnya.
"Masakan kamu enak mbak, senang rasanya mas Iwan punya istri seperti kamu. Selain pandai memasak, kamu juga pandai dalam memuaskan pasangan kamu mbak." ujar Wahyu.
Yani merasa tersanjung sekaligus malu dengan apa yang dikatakan oleh Wahyu, pasalnya dia tahu kalau maksud memuaskan itu adalah terhadap dirinya.
"Mbak, malam ini tidur disini saja. Saya yakin kalau mas Iwan gak bakalan pulang." ajak Wahyu.
"Jangan mas, gak enak sama yang lain." jawab Yani.
"Hujannya gak bakalan berhenti kok Yan, percaya sama saya." timbal Wahyu sambil mengangkat kedua tangannya, hal itu membuat Yani bisa melihat bulu ketiak Wahyu yang rimbun.
Wahyu yang tahu kalau Yani sedang terangsang segera mencolek keringat yang ada di ketiaknya.
"Cium ini, mbak Yani pasti suka!" seru Wahyu.
Yani menelan ludah karena kali ini dia benar-benar terjebak dalam permainan birahi yang dimainkan oleh Wahyu.
Walau ragu-ragu Yani mencium aroma ketiak yang ada di ujung jari Wahyu. Birahi Yani langsung terbakar pada saat itu. Wahyu tersenyum licik penuh rasa kebahagiaan karena Yani sudah masuk ke dalam perangkapnya.
Wahyu meremas payudara Yani untuk memastikan hal itu, Yani yang sudah pasrah nampak terdiam ketika Wahyu melakukan itu.
"Mau ya nginap disini?" kembali Wahyu bertanya.
Akhirnya Yani menganggukkan kepalanya, Wahyu langsung merangkul Yani yang sudah merelakan dirinya untuk dinikmati Wahyu dimalam itu.
Yani mengendus-endus tubuh Wahyu yang berbau tidak sedap itu, birahinya terus terbakar dan dia lepaskan kerudung yang dari tadi dia pakai. Gamis panjang yang dikenakan langsung terhempas tak kala birahinya sudah sangat memuncak.
Ketika Yani hendak memasukkan kelamin Wahyu ke dalam lubang kelaminnya, tiba-tiba saja Wahyu melarang melakukan itu.
"Tunggu dulu mbak, bukannya Mbak pingin coba yang lain?" tanya Wahyu.
Dalam waktu sekejap Wahyu membuka celana dalam Yani dan mengarahkan mulutnya tepat di lubang kemaluannya Yani. Yani sendiri sudah berhadapan dengan batang kemaluannya Wahyu yang sudah menegang keras.
"Ahh..ahhh...ahh..."
Tiba-tiba saja Yani mendesah tidak dapat berhenti karena lidah mereka Wahyu tepat berada di bibir kemaluannya, Yani sudah tidak dapat menahan lagi birahinya dan dalam sekali sentuhan batang kemaluan Wahyu lenyap dikulum oleh Yani.
"Geli mas, sudah mas, ahh..." racau Yani.
"Geli apa enak, mau lanjut atau gak?" goda Wahyu.
"Geli tapi enak mas." jawab Yani.
"Mau lanjut atau gak?" kembali Wahyu bertanya.
"Heeh" sahut Yani.
Suara saling menjilat terdengar sangat jelas, rupanya hujan sudah reda. Sukma yang penasaran dengan keadaan Wahyu pada saat itu hendak ke kontrakan yang ditempati oleh Wahyu.
Alangkah kagetnya dia ketika melihat Wahyu dan Yani sedang melakukan oral seks, tapi Sukma enggan untuk mengganggu mereka. Dia kembali menutup pintu kontrakan Wahyu dengan rapat, hanya saja dia tidak tahu kalau Laras memperhatikan setiap gerak gerik setiap orang yang ada di sekitar kontrakan.
Yani yang sudah tidak tahan langsung merubah posisi dengan berada di atas tubuh Wahyu, lubang kemaluannya yang sudah basah jelas membuat batang kemaluan Wahyu masuk dengan mudah.
"Gila nikmat banget lubang kamu mbak, tapi ada yang kurang mbak." ujar Wahyu.
"Apa itu mas?" tanya Yani sembari ngos-ngosan.
"Anu kamu kurang menyengat baunya, kalau bau kemaluan Rani sangat menyengat dan mas suka." jawab Wahyu.
"Terus aku harus gimana?" kembali Yani bertanya.
"Kamu gak usah cuci kalau sudah kencing." ujar Wahyu.
Yani jelas enggan melakukan itu semua, penampilan hijab dan rajin ibadah menjadi alasan untuk itu semua.
"Memang mbak Rani gak suka cuci kemaluannya mas?" tanya Yani.
"Suka, cuma punya dia sudah bau dari sananya." jawab Wahyu.
Yani semakin kuat menekan kemaluannya terhadap kemaluan Wahyu, sehingga mereka berdua tidak tahan rasa nikmat yang terus menjalar terhadap tubuh mereka berdua.
"Ahhh.."
Yani dan Wahyu sama melenguh tak kala sama-sama mengeluarkan cairan dari kelamin mereka, Wahyu senang dirinya bisa menabur benih pada wanita lain. Sementara Yani kini sudah menampung benih dari tiga pejantan yang berbeda.
Usai bercinta Yani bersandar pada dada Wahyu yang bidang, keringat aroma tak sedap nampak membuat Yani sangat nyaman.
"Mas, aku aku mau tanya sesuatu boleh?" ujar Yani.
"Tanya apa?" tanya Wahyu.
"Aku gak sengaja tadi pagi dengar pembicaraan mas Wahyu sama mbak Sukma, memang ada rahasia apa sama anak mas Bagas dan mbak Sukma?" tanya Yani.
"Oh itu, ini rahasia ya. Mas harap kamu jangan kasih tahu siapapun kalau mas Bagas itu ga bisa gini." jawab Wahyu sembari menunjukkan jari telunjuknya.
"Maksudnya mas?" tanya Yani semakin penasaran.
"Mas Bagas itu impoten." tegas Wahyu.
"Terus anak mereka?" tanya Yani.
"Kalau itu rahasia, mas bakalan kasih tahu kalau kamu sudah positif anak mas." ujar Wahyu.
"Positif? anak mas Wahyu? mana bisa?" tanya Yani.
"Bisa, asalkan kita lebih sering melakukan hubungan badan seperti ini. Bukankah cedera kaki mas cukup lama, itu sudah cukup buat kita untuk sering melakukan hubungan badan." ujar Wahyu.
"Ah gak mas, aku mau hamil anak mas Iwan." ujar Yani sambil memunguti pakaiannya yang berada di atas lantai.
Wahyu hanya tersenyum dengan apa yang dikatakan oleh Yani, dia tahu kalau Yani sudah menjadi miliknya. Untuk hamil tidaknya itu urusan belakangan yang penting adalah persatuan kelamin bersamanya.
"Katanya mau nginap?" tanya Wahyu.
"Gak jadi mas, nanti mas Iwan pulang bisa gawat." ujar Yani.
Jam 11 malam Yani segera masuk ke kontrakan miliknya, dia masih terbayang hubungan badan yang dilakukan dengan Rudi dan Wahyu. Pernikahannya yang baru berumur 1 Minggu harus ternoda oleh kedua orang tersebut, parahnya mere berdua berhasil menabur benih pada rahim Yani yang bisa dikatakan pengantin baru.
Yani merasakan tubuhnya ada yang menggerayangi, ketika matanya terbuka dia melihat Iwan sudah bertelanjang dan siap untuk menggagahinya.
Rupanya dia ketiduran dan waktu sudah menunjukkan jam 2 pagi, dia sadar betul kalau dia belum mencuci tubuhnya setelah bercinta dengan Wahyu. Bahkan aroma ludah masih berada di leher dan payudaranya, belum lagi lelehan sperma yang dia susut dengan celana dalam miliknya masih menimbulkan bekas
"Mau mau ngapain?" tanya Yani..
"Mas lagi pingin sekali." jawab Iwan.
"Tapi ini sudah malam mas, nanti mas kesiangan bangunnya." ujar Yani.
Iwan kemudian berbaring disebelah Yani dan mengangkat kedua tangannya, aroma ketiak jelas tercium oleh Yani.
"Mas kenapa?" tanya Yani.
"Mulai besok mas gak bakalan ngajar lagi, rupanya rapat tadi membahas tentang pemangkasan karyawan. Mas sendiri masuk ke dalam karyawan yang terkena imbasnya." jawab Iwan.
"Jadi mas sudah gak kerja lagi?" tanya Yani yang panik.
"Iya dek, tapi mas bakalan cari di sekolah yang lain. Dengan pendidikan yang mas punya, mas yakin kalau mas bisa mendapatkan pekerjaan secepatnya. Untuk sementara mas bakalan bantu bapak sama ibu untuk membangun rumah, mereka sudah bilang kalau mas mereka bayar juga." ujar Iwan.
"Yang sabar ya mas, pasti kita ada jalan keluar." ujar Yani.
Nafsu Iwan yang sudah bergelora tiba-tiba saja lenyap pada saat itu, akhirnya mereka berdua tertidur saling memeluk satu sama lain. Dalam hati Yani dia sangat bersyukur sekali, andai saja Iwan tetap minta untuk berhubungan badan pasti dia sudah ketahuan kalau dia sudah main gila dengan pria lain.
Bersambung