Atas bujukan Ibu Fatimah Davin terpaksa harus kembali ke Jakarta. Bagaimanapun pekerjaan itu adakah sebuah tangga jawab yang besar untuk Davin dan ia harus bertanggung jawab atas pekerjaannya.
Lelaki yang mengenakan seragam kerja itu membalikan tubuhnya ke kiri dan ke kanan di depan cermin. Sesekali ia membenarkan letak dari yang ia kenakan.
"Aku rasa aku sudah tampan!" ucapnya penuh percaya diri. "Harusnya tidak ada wanita yang bisa menolak diriku," imbuhnya lagi seraya menyisir rambutnya yang sedikit berantakan saat ia mengenakan jas. "Ah, tapi kenapa Alisa tetap tidak tertarik juga padaku!" gerutu Davin kembali kesal pada dirinya sendiri.
Setelah Davin merasa sempurna, lelaki itu segera menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas nakas yang terletak di ujung ranjang. Lalu berjalan menuju ke arah pintu kamar.
Ponsel yang berada di dalam saku jas berdering. Satu tangan lelaki itu meraih benda pintar itu dari dalam saku.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com