"Yess! Istirahat, ayo ke kantin Ven." Arka beranjak setelah memasukan semua bukunya ke dalam tas, dan setelah kepergian teman kelasnya bersama Utami - guru bahasa Indonesia baru aktif beberapa bulan ini.
Arka menoleh ke arah Venus yang masih bingung dengan pekerjaan rumahnya, padahal menurut Arka tugas dari Utami sangatlah mudah. Tak perlu berpikir keras, tapi teman barunya ini malah terlihat kebingungan, mungkin karena tidak paham dengan penjelasan Utami yang memang hari ini sangat cepat, berbeda sekali dengan hari biasanya yang begitu lamban, dan sangat mudah di pahami.
Arka menepuk pundak Venus, dan gadis itu menengadah dengan kening yang sedikit bertaut, "Apa?" ucapnya tanpa basa-basi.
"Ayo, ke kantin!"
"Bentar!" Venus mulai menutup bukunya, tapi tidak dia masukan ke dalam ransel. Segera dia beranjak, dan mengikuti langkah Arka dengan cepat, cowok itu sepertinya tengah menahan lapar karena sekarang langkahnya lebih cepat, padahal kantin tak begitu jauh dari kelas.
Sesuai dugaan Venus, dan sesuai dengan yang sering dia lihat di dalam drama-drama. Semua siswa membawa nampan berwarna silver, dan berbaris memanjang dengan rapi. Dia juga ikut, antriannya tepat di belakang Arka. Katanya menunya selalu berbeda, dan hari ini dia mendapatkan tiga nasi kepal ala Korea, kimchi, daging yang entah di masak dengan apa, tapi Venus bisa mencium aroma kecap asin yang cukup menyengat.
Buah pir juga dia dapatkan beserta satu botol air mineral sebelum akhirnya duduk di salah satu meja dengan Arka, dan gadis manis dengan rambut di kucir kuda itu. Venus duduk tepat di depan Arka, dia memberikan kode ketika duduk. Bertanya tentang siapa, dan kenapa ada orang lain di sini.
"Ini Ria, temen kelas kita sekaligus Ketua kelas. Dia juga yang paling pinter loh Ven, juara satu kelas sekaligus sekolah," ucap Arka yang terlihat begitu bangga dengan Ria.
Venus tersenyum tipis, memberikan jabatan tangan, dan di jawab dengan cepat oleh Ria, "Gue venus, salam kenal."
"Salam kenal, maaf tadi gak ada di kelas. Gue sibuk banget di ruang guru soalnya. Ada banyak tugas dadakan, ini yang bikin gue muak juga sih kadang. Kalau bukan Ketua kelas pasti gak akan sesibuk ini," sahut Ria sekaligus bercerita tentang tak menyenangkannya kehidupan yang dia jalani.
"Tapi kan lo juga jadi kesayangan guru Ri," timpal Arka sambil mengunyah nasi kepalanya.
Ria membenarkan kacamata kotaknya sambil mengangguk setuju, "Tapi gue jabat jadi Ketua kelas sejak kelas delapan, terus pas kelas sembilan juga gak ada pemilihannya lagi. Seharusnya kan udah ada pergantian Ketua kelas. Gue udah capek tau, mana wakilnya gak ngapa-ngapain."
Kening Venus bertaut ketika dia masih menggigit daging sapinya. Dia baru saja mengenal Ria, tapi sudah di suguhi acara mengeluh seperti ini, tapi menurutnya ini jauh lebih asyik ketimbang situasi canggung. Jadi sepertinya mereka sudah sangat akrab meskipun sebenarnya tidak begitu.
Venus meletakan sumpitnya tepat di samping botol airnya, dan menatap Ria beserta Arka secara bergantian karena mereka masih berdebat. Ini soal tugas Ketua kelas, dan wakil, tapi ternyata begitu rumit sampai mereka harus berdebat padahal sedang makan.
"Gue yang kerja sendiri, lo paham gak sih posisi gue sekarang ini?" kesal Ria.
"Iya, tapi kan lo bisa negur anaknya baik-baik Ria, gak langsung marah kaya di cerita lo ini."
"Gue udah kesel Arka, masa harus baik-baik sih? Kesel banget."
"Maaf nih ya, tapi bukannya lebih baik kita makan dulu ya? Jujur aja sih gue gak bisa fokus makan kalau ada yang ngobrol, apalagi ada unsur marahnya, hehe!" tegur Venus, senyum canggung dia berikan saat itu juga, dan kedua temannya langsung menoleh, "Eh, tapi kalau misalnya kalian masih pengen debat juga gapapa, lanjutin aja! Gue yang pindah ke meja sebelah, kebetulan kosong."
Cowok bernama Arka itu segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, memberikan isyarat pada Venus agar kembali duduk, "Jangan, kita gak lagi berantem, emang sering kaya gini kok. Lo tenang aja, tapi maaf udah bikin gak nyaman."
"Iya, maaf ya Ven udah bikin lo jadi gak nyaman gini. Gue lupa kalau ada lo, dan lo juga masih gak akrab banget sama kita, jadinya pasti kaget liat kita yang kaya gini." Ria memberikan raut muka menyesalnya.
Venus ikut tersenyum lebar, hampir saja dia tertawa ngakak, tapi segera dia tahan karena wajah lucu keduanya meskipun situasi yang seperti ini tidak seharusnya dia tertawakan.
"Btw, Venus. Kita kan full day ya, lo udah kasih tau bokap sama nyokap buat jemput jam empat sore?" tanya Ria.
Kening Venus bertaut, dia lupa akan hal itu. Segera dia beranjak, dan berlari keluar kantin. Untungnya koridor cukup sepi, hanya ada dua atau mungkin tiga siswa yang sedang asyik mengobrol, dan dengan dia yang mulai mengeluarkan ponsel. Nomor ponsel Atmaja tertera dengan jelas ketika Venus menekan tombol telepon.
Suara sambungannya terdengar sekarang, tidak seperti biasanya Atmaja lama mengangkat telepon. Biasanya ketika Venus ada di samping pria itu, dan ketika ada telepon masuk pun langsung dia angkat tanpa perlu menunggu lama. Dari siapa pun, bahkan untuk nomor yang tak di kenal pun seperti itu.
"Hallo!" ucap Atmaja di balik telepon.
"Hallo! Papa, kenapa lama angkatnya?"
"Lagi di toilet tadi, ponselnya papa simpen di meja kerja juga. Kebetulan gak ada orang di kantor, kenapa emangnya Ven?"
"Aku barusan dapet info dari temen kalau sekolahnya full day, jadi mereka bilang kalau bakalan pulang sore, tapi aku takutnya kalau aku kasih tau jamnya Papa bakalan nunggu lama. Jadi mendingan Papa jemput pas aku telepon aja ya!" jelas Venus.
"Emang pulang jam berapa?"
"Jam empat sih kata Ria."
"Hm, iya nanti Papa tunggu telepon dari kamu. Telepon papa lima belas menit sebelum pulang ya!"
Venus tersenyum mendengar permintaan itu, "Iya, nanti aku telepon sebelum pulang."
"Anak pintar!"
Venus mendengar kekehan di balik telepon, dan dia ikut tersenyum meskipun cukup tipis.
"Kamu lagi apa sekarang Ven? Udah makan belum?"
"Oh iya, ini lagi istirahat terus di kantin buat makan siang. Aku lagi di Koridor supaya gak berisik."
"Udah dapet berapa temen sayang?"
"Ada dua Pa," sahut Venus.
"Terus itu makan apa? Waktu papa daftarin kamu ke sekolah itu, katanya kalau makanan udah di sediain, hari ini dapet apa?"
"Hari ini isinya makanan Korea gitu Pa, ada nasi kepal, tapi aku gak suka gitu sama rasanya. Kurang enak aja sih, aku suka sama kimchinya, terus... sama daging yang aku juga gak tau di bumbu apa."
Atmaja kembali terkekeh, dan itu membuat kening Venus bertaut tipis, "Nanti juga bakalan suka sama makanannya, bakalan ada makanan Jepang juga katanya. Hm, udah jam segini, papa harus kerja lagi, kamu juga harus habisin makannya, papa tutup ya!"
"Hm, iya. Semangat Papa."