webnovel

2. Simpati dan Ketidakpedulian.

Terlihat pada sebuah meja dengan salah satu kursi. Duduk seorang pemuda dengan perawakan sedang sedikit agak kecil dengan tinggi kurang lebih 171cm rambut hitam acak dengan tawa kegembiraan maksimal.

"Menang! Menang! Menang lagi ..... ha ha ha ha. Hey bukankah ini terlalu mudah? Ha ha ha bukankah begitu cantik?!" tangan itu membelai dagu pipi wanita yang berada disampingnya dan mulai turun manja untuk merasakan kelembutan daerah terlarang dari wanita penghibur.

Lelaki muda itu tersenyum mesum gembira. Matanya bahkan tidak melihat ketitik fokus sebuah perjudian yang sedang berlangsung. Seperti dia sudah memiliki keyakinan mutlak pada kemenangannya yang kesekian kali.

Seluruh orang terfokus pada lelaki muda tersebut tetapi sedikitpun dia tidak menghiraukannya. Dia berpestaria sendirian. Tawanya mengelegar dari ujung hingga keujung seakan rumah perjudian ini adalah miliknya sendiri.

Udara tegang menyelimuti seluruh ruangan. Hentakan kaki kekesalan yang semakin keras dan keras saling bersahutan dengan tawa liar pemuda tersebut.

Sudah banyak mata memandang cctv, kamera, pendeteksi frekuesi, inframerah atau apapun itu telah dikerahkan hanya untuk membuktikan kecurangan pemuda tersebut. Namun nyata itu nihil.

Suasanya ruangan itu telah mencapai titik puncaknnya, seakan balon tipis yang dipompa terus menerus hingga permukaan balon menjadi transparan, siap meledak kapan saja.

"Tidak ada pilihan lain" Salah seorang pemain lawan melirik rekannya untuk memberikan sebuah kode. "Mari kita menggunakan cara tersebut"

Dan itu diterima baik oleh anggukan ringan.

.

.

Brrraakk...! Suara pintu yang dibuka sekuat tenaga dan menghantam dinding rumah judi sekeras kerasnya.

"Berhenti!" Suara lantang itu memecah suasana tegang. "Dia adalah seorang penipu, aku mengenalnya" Pria paruh baya itu menunjuk ke arah lelaki muda yang sedang tertawa atas kemenangan mudahnya.

BLARR!!

Salah satu lawan pemuda itu, lelaki besar memukul meja perjudian dengan telapak tangan besarnya kemudian berdiri. Dia juga menunjuk lelaki muda tersebut.

"Kau Curang!!"

"Omong kosong! Bagaimana bisa kau menuduhku curang tanpa bukti yang jelas?!" pemuda itu membalas tuduhan liar tanpa rasa takut sedikitpun.

Salah seorang lainnya yang ikut dalam perjudian membanting tablet kaca kemudian ikut berdiri. "Kau Curang!!"

"Tidak ada kata selalu menang dalam sebuah perjudian, semua selalu berbanding lurus seperti keberuntungan dan karma. Kau Curang!"

Curang! Curang! Curang! Seluruh antek antek bos ikut bersorak menyudutkan pemuda tersebut.

Lelaki muda itu tertwa rendah dan mulai tertawa semakin liar dan gila.

"Ha ha ha ha, bagus... bagus sekali, kalian! Kalian! Kalian! Akan aku mengingat ini." Dia menunjuk satu-persatu bos yang ikut dalam sebuah perjuidan malam ini. Tatapannya tajam seakan balasan itu akan segera datang.

"Persetan..., penjaga usir dia!"

Banyak orang berbadan tegap mulai mendekati pemuda tersebut. Bukannya takut tetapi pemuda itu malah meregangkan jari-jarinya serta lehernya yang mendadakan dia telah melakukan persiapan dalam sebuah pertarungan fitnah.

Tendangan itu diluncurkan secara cepat ... dan itu tepat di wajah penjaga yang memiliki tubuh paling besar.

Bam! Bam! Bam!

.

.

Pemuda tadi tergeletak tidak sadarkan diri di sudut sebuah gang, seluruh tubuhnya penuh memar merah dan sedikit darah.

Dalam sepi dinginnya angin malam, membuat suara konslet lampu baliho jalan itu adalah satu-satunya suara yang menggema diseluruh gang-gang jalan. Lampu itu terus berkedip mati dan menyala. Suara listrik kecil menghantam besi besi tua berkarat membuat suara khas yang membuat pemuda tersebut mulai bangun dari pingsannya.

Jari-jarinya mulai bergerak. Disusul dengan kriyipan kedipan mata yang berusaha membuka mata namun dengan sengaja dia tutup kembali. Kurva senyum terlihat disudut bibirnya dan mulai mengeluarankan tawa tertahan disudut mulut. Tawa itu tidak keras, hanya sedikit menunjukkan giginya yang kemerahan sedikit noda darah. Namun dalam suara tersebut seperti ada kepuasan tersendiri untuk lelaki muda tersebut.

Jari lelaki muda tersebut mulai merayap menuju sepatu kanannya dan dia mengambil sesuatu. Tawa kepuasannya semakin berseri-seri. Sekarang dia menggenggam segulung uang. Ternyata selama ini kakikanannya terlipat dan ada sejumlah gulungan uang yang berapa jauh didalam sepatunya.

.

Pemuda itu membeli minuman beer pada mesin minuman yang tidak jauh dari papa besar baliho yang rusak dan dia menuju Taman. Duduk termenung ditemani dengan beberapa kaleng beer disampingnya.

.

.

"Bajingan! Lepaskan aku..."

"Feeww ayolah sayang kita bermain sebentar..." Mata keranjang melihat ke area-area haram dan senyum mesum terlihat bergairah.

"Bajingan!! Lepaskan... lepas!" Teriak seorang wanita.

Suara kemeriyahan kesengsaraan malam itu mewarnai sepinya malam yang semakin larut.

Disebarang jalan Taman cukup jauh, ada seorang wanita yang berdandan cukup menor. Dengan body sweeming yang memiliki daya tarik lebih pada kaum seperti Adam. Dia sedang dirundung oleh beberapa pria bertato alias berto/pria bertato!! sangat jelas bahwa mereka memiliki nafsu liar pada wanita tersebut.

Jauh di dalam Taman lelaki muda tadi melihat seluruh kejadian. Bukannya menolong namun dia hanya melihat, tersenyum dan menikmati beer yang baru dia beli.

"Feew.... malam ini aku cukup beruntung, bahkan dewi Fortuna menyediakan tontonan gratis pada malam ini." senyum pemuda itu sangat bermood, dia terus menonton sembari memimun beer kaleng yang ada ditangannya.

.

"Lepaskan! Arrgghhh!"

Pergelangan kedua tangan wanita itu dipegang kanan kiri oleh lelaki yang berbeda, saat bos mereka mulai mengambil keuntungan pada wanita tersebut... secara tiba-tiba ada telapak tangan besar yang mencengkram punggung leher bos mereka. Membuatnya tiba-tiba berhenti.

Seketika wajah bos mengernyit. Harga dirinya merasa tersinggung terlebih didepan anak buahnya. Namun cengkraman itu sekuat baja yang membuatnya tidak bisa terlepas semudah membalikan telapak tangan. Dia berusaha untuk berbalik, mengintimadasi tatapan dan menghajar orang misterius ini.

Mengetahui ada yang janggal dari bos, para anak buah mulai mengalihkan pandangan yang semula semua terfokus pada wanita tersebut beralih pada sosok besar yang berdiri dibelang bos mereka.

Tubuh lelaki misterius itu tegap berisi, rambutnya pendek mendekati botak, matanya tajam menatap balik anak buah, lelaki meisterius itu membawa ransel kotak persegi panjang besar yang diselimuti kain hitam, jelas itu adalah sesuatu yang cukup dirahasiakan.

"Woy!! Apa yang kau lakukan! lepaskan bos!"

Dengan galak dan wajah penuh emosi, dia membanting pergelangan kembali pada wanita tersebut dan mulai melancarkan serangannya pada orang besar misterius tersebut.

Terjadilah perkelahian Lima orang melawan lelaki besar misterius. Perkelahian itu tidak berlangsung lama sebelum mereka semua terhempas oleh lelaki besar. Kekuatan nya terlalu luar biasa! sekali pukul saja membuat tangan anak buah mau pun bos yang menahan gemetaran. Dengan intimidasi tatapannya membuat mereka berlima semakin ciut dalam nyali.

"Kau... kau berani? Bodoh! Kau tidak tahu siapa kami? Dasar bodoh!" Mereka mulai menunjuk-nunjuk dan membawa Nama latar belakang mereka.

Bos mereka kemudian menunjukkan sebuah tato yang berada ditengah tangan mereka dan mereka semua mulai memperlihatkanya. Dari samping, wanita itu melihat tato mereka dan matanya sedikit tajam melot pada tato tersebut. Seketika dia tiba-tiba berlari tanpa mengucapkan terima kasih pada lelaki misterius.

Lelaki besar itu tetap diam tak bergeming. Bahkan setelah dia melihat tato itu... beberapa detik sebelum kepalan tangannya mulai mengelus dagunya.

"Apakah itu gambar kepala Monyet? Apa yang spesial darinya?" Dengan cukup banyak waktu hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.

Kelima orang itu sangat kaget dengan apa yang baru saja mereka dengar. Mereka ingin menghancurkan mulut itu. Namun mereka sadar tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal tesebut.

"Aku pikir siapa... ternyata hanya orang bodoh! Idiot! Perkumpulan gelap Great Ape akan mengingat hutang ini!" Mereka meludah dijalan dan menunjuk-nunjuk jari dibarengi dengan tatapan sengit sebelum akhirnya mereka pergi.

Lelaki besar masih berdiri dan melihat kelompok rendah Great Ape jauh dan semakin jauh. Kemudian tatapnnya tajamnya beralih pada sisi sebrang jalan. Tepatnya didalam kursi jauh Taman dan menatap tajam padah lelaki muda yang menonton pertunjukan sejak awal hingga akhir.

Lelaki muda itu juga melihat pria besar, dan dia masih tetap minum beer yang berada ditangannya tanpa sedikitpun terganggu.

Siguiente capítulo