webnovel

Rembulan Bersinar Kembali

Dikisahkan sebelumnya bahwa Tamara memberi pengertian-pengertian juga nasihat-nasihat agar hatinya semakin tentram juga mengajaknya ikut ke pesantren untuk mendalami pengetahuan Agama.

Kisah berlanjut.

Aurel yang mendengar nasihat Tamara hatinya mulai tenang dan bisa menerima kenyataan, Sedang tamara yang memperhatikan raut wajah Aurel menjadi lega, akhirnya Tamara meminta izin untuk pulang.

"Kak, Kalau gitu saya pamit pulang duluya," ungkap Tamara sambil berdiri dan mengambil tasnya.

"Sebentar dong! udah lama kita tidak sama-sama, duduk disini dulu ada yang mau saya omongin sama kamu," tutur Aurel sambil membenarkan duduknya dan menarik tangan Tamara sehingga Tamara jatuh lagi di kasur.

"Hmm ... Ada apa Kak?" tanya Tamara sambil membenarkan duduknya dan kemudian tersenyum pada Aurel.

"Gini, saya berterima kasih kamu sudah membantu saya dalam masalah ini, tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak ada," tutur Aurel terlihat wajahya mulai tersenyum manis.

"Kak, saya sebagai temen dari kecil sudah sepatutnya membantu apa yang saya bisa, toh saya juga dimintai tolong sama Kang Hasan untuk menemui Kakak, jujur sebenarnya Kang Hasan itu sangat cinta pada Kakak cuma karena suatu hal dia berbuat begini, ya berdo'a saja dia menjadi jodohmu," ungkap Tamara.

"Huh ... Tak tau kenapa sekarang kalau denger nama Hasan hati ini terasa kayak diiris-iris pisau yang tajam lalu dibero garam, sakit!" tutur Aurel terlihat air mata menetes kembali di pipinya yang kemerah-merahan.

"Maaf Kak, saya hanya memberi tahu kalau sebenarnya dia juga cinta," kata Tamara, sebelum dia berhenti berbicara Aurel memotongnya dengan berkata, "Sudah jangan sebut dia lagi, telinga ini terasa panas."

Tamara yang omongannya dipenggal Aurel tiba-tiba diam tak bersuara tertegun tak lama suasana menjadi hening hanya suara jam dinding yang terdengar.

Dek ... dek ... dek

Aurel yang memahami kondisi ini memanggil pembantunya.

Bik ... Bik!

"Iya Neng! sebentar," teriakan keras Pembantunya dari lantai bawah sambil menghampiri ke kamar Aurel.

"Ada apa Neng?" tanya Pembantunya.

"Ada makanan apa Bik? Tolong Bik bawa kesini, oh ya jangan lupa air minum juga sama makannya disiapkan untuk temen Aku yang imut ini," tutur Aurel sambil pergi ke pintu kamarnya.

"Tamara kamu minum apa? biar di buatkan Bibik," tanya Aurel sambil menoleh ke arah Tamara yang sedang duduk dikasurnya.

"Ah, apa saja dah jangan repot-repot buatin makan segala," sahut Tamara.

"Ya udah, Bik buatkan teh hangat aja sama camilan di atas rak biasanya bawah kesini," ungkap Aurel.

"Baik Neng! Sebentar ya saya buatin," sahut pembantunya.

"Tamara! Kapan kamu mau kembali lagi ke pesantren? saya mau kerumahmu," tanya Aurel sambil kembali ke tempat tidurnya.

"Hari Jum'at depan kayaknya, ni yang ngantar saya masih di jawa tengah saudara laki aku," tutur Tamra.

"Ok, kapan-kapan saya tak berkunjung kerumahmu sebelum kamu ke pesantren," sahut Aurel.

Lama mereka berbincang-bincang saling tukar pengalaman sambil makan, minum dan lainnya akhirnya Tamara minta permisi untuk pulang.

"Kak! Terimakasih banyak atas apa yang Kakak berikan saya mohon pamit dulu, kapan-kapan kita sambung lagi," tutur Tamara.

"Juga maafin saya, Assalamu'alaikum," pungkas Tamara sambil bergegas keluar dari kamar Aurel.

"Iya, saya juga berterimakasih atas bantuannya, nasihatnya, soal saya ke pesantren ya coba nanti saya pikir-pikir dulu, Assalamu'alaikum," jawab Aurel sambil berjalan menemani Tamara keluar sampai depan pintu rumahnya.

Kini Tamara menjadi lega bisa leluasa menceritakan kepada Hasan terhadap yang terjadi pada Aurel. Tak lama kemudia Tamara sampai dirumahnya yang terlihat sederhana tapi indah nan rapi juga nyaman dihuni, tak sedikit orang-orang sekitar senang tinggal di rumah itu.

Beberapa waktu berlalu akhirnya Tamara menelpon Hasan untuk menceritakannya.

Tut ... tut ... tut ...

Suara bunyi Tamara memencet tombol Androidnya sambil rebahan di dalam kamarnya.

"Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi atau berada di luar jangkuan, silahkan tekan tombol nomor 1 untuk meninggalkan pesan suara," suara Android.

Sambil rebahan di kamarnya dia berkata pada dirinya sendiri "Hah, rasanya capek banget, tapi demi teman saya tidak boleh mengeluh harus selalu dukung karena Nabi Muhammad Saw bersabda "Sebaik-baik manusia yaitu yang berguna memberi manfaat bagi sesamanya," Tidur sajalah nanti saja saya kerumah Kang Hasan.

Belum sempet memejamkan kedua matanya dia mendengar suara.

Allah ... Allah ... Aghisna Ya Rasulallah ...

Nada dering panggilan berbunyi, secepat kilat dia mengambil dan mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum," sapa Tamara sambil membenarkan duduknya.

"Wa'alaikumsalam," jawab Hasan dengan melanjutkan bertanya, "Ada apa Neng?"

"Gini Kak, sudah saya cerita banyak sama Kak Aurel," ungkap Tamara yang terlihat memindah Androidnya dari telinga kanan ke kiri sesekali dia melihat layar Androidnya.

"Terus Bagaimana keadaannya sekarang?, rasanya tetep risau hati ini, kagak tega lihatnya," tanya Hasan sambil berjalan di dekat jendela kamarnya.

"Alhamdulillah Kak, saya perhatikan dari raut wajahnya sudah mulai tersenyum ya cuman ketika saya sebut nama Kakang dia langsung meneteskan air matanya," ungkap Tamara.

"Lalu menurut Eneng Apa yang harus saya lakukan? Agar dia tidak marah sama aku," tanya Hasan.

"Sudah jangan terlalu difikirin nanti juga bisa memahami, maklum kan baru kejadian seperti itu, saya juga ajak dia ikut saya ke pesantren untuk mendalami pengetahuan Agamanya," tutur Tamara.

"Lalu tanggapannya Bagaimana?" tanya Hasan yang makin penasaran.

"Huh ... Kayaknya kurang tertarik Kak!" sahut Tamara.

"Ya udah tidak apa-apa! kalau gitu terimakasih banyak atas bantuannya, sudah membuat hati saya menjadi lega," ungkap Hasan.

"Iya, sama-sama kalau gitu segini dulu ya Kak, nanti kalau ada perkembangan tentang Aurel saya hubungin lagi," pungkas Tamara.

"Ok, saya tunggu ya! Assalamu'alaikum," sapa Hasan terlihat senyuman manisnya terpancar dari raut wajahnya.

"Siap Kak, Wa'alaikumsalam," jawab Tamara sambil menutup Androidnya dan selanjutnya dia tertidur lelap tubuhnya dibawa malaikat menjelajahi dunia mimpinya.

Hasan yang mendengar penjelasan Tamara tentang Aurel makin berbinar-binar dan melantunkan syair-syairnya.

Bulan yang tertutup awan tebal kini mulai berani menampakkan senyuman cahayamu, Ku pandang dirimu bersuka cita dengan bintang-bintang yang tak berhenti bersinar seakan menghibur bulan yang baru tertutup awan tebal.

Jika dirimu dulu ku harap selalu menyinari lubuk hatiku, kini sudah kurelakan cahayamu untuk siapa saja yang kau ingin sinari.

Kini diriku akan menuju dunia baru, dunia yang tidak bebas berbuat apapun, penjara suci adalah sebutan yang pantas untuk tempat itu.

Rembulan relakan aku pergi dari pandanganmu, bersinarlah selalu akan ku pandang dirimu dari tempat penjara suci ini, aku berharap semoga senyuman sinarmu kelak selalu menyinariku lagi.

Setelah Hasan melantinkan sya'irnya dia merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya tak lama kemudian tak terdengar apa-apa hanya suara hembusan nafasnya yang mulai teratur.

Huhf ... Huhf ... Huhf

Dalam keadaan tidurnya tiba-tiba seperti ada yang datang dan masuk pada dirinya seketika dia terbangun dan jantungnya berdetak semakin cepat tidak terkontrol selain itu tubuhnya bergetar dan menjadi menjadi kaku.

Hasan menjadi kebingunan atas apa yang menimpanya tidak pernah mengalami seperti ini, tak lama-lama Hasan memanggil-manggil Ayahnya.

Dan Bagaimana kelanjutan kisahnya?

Apa yang terjadi pada Hasan?

Ikuti kisah selanjutnya hanya ada di sini.

"Sejarah Kesuksesan Pendidikan Hasan Di Dunia Pesantren.

Siguiente capítulo