webnovel

Hantaman Gelombang Kehidupan Hasan Part 1

Dikisahkan sebelumnya Hasan yang tertidur karena letih beban fikiran tiba-tiba seperti ada sesuatu yang masuk pada dirinya sehingga menjadikan jantung berdetak kencang seperti habis lari-lari selain itu badannya gemetaran dia memanggil-manggil Ayahnya. Dan kisah berlanjut.

Hasan yang tiba-tiba berubah seperti itu mengira ia akan meninggal karena nafasnya sudah tersengal-sengal, lama Ahahnya tidak tiba-tiba Hasan semakin khawatir akan terjadi apa-apa yang tidak diinginkan, setelah nafasnya sudah teratur kembali dan dia sudah bisa mengendalikan dirinya baru Ayahnya datang.

Dok ... Dok ... Dok

Suara pintu berbunyi bertubi-tubi Hasan yang mendengar suara pintu tersebut cepat-cepat dia membukanya.

Krieek!

"Ayah! Hasan takut!" ungkap Hasan pada Ayahnya sambil memeluk erat.

"Bentar-bentar Hasan, ada apa ini tiba-tiba kok Kayak gini," sahut Ayahnya sambil melepas dekapan Hasan dan mengajaknya ke tempat tidur.

"Ayah! Hasan takut, waktu Hasan tidur baru terlelap seperti ada yang masuk pada diriku, nafas aku Yah! Tiba-tiba tersengal-sengal, jantungku berdetak begitu cepatnya seperti habis lari-lari, badanku ini Yah! menjadi bergetar, saya takut banget Yah! saya sudah mengira ajalku sudah tiba," tutur Hasan sambil mendekap Ayahnya yang duduk di tempat tidur Hasan dengan memandang kearah wajah Ayahnya.

"Ada apa ini? Hasan kenapa kamu nak kok terlihat sangat ketakutan," tanya Ibunya yang baru tiba dari kamarnya.

"Ini! Hasan baru saja berkata kalau seperti ada sesuatu yang masuk pada tubuhnya, Alhamdulillah sudah hilang," terang Ayahnya terlihat tangannya tidak ada hentinya mengelus-ngelus rambut kepala Hasan.

"Oh. Iya Alhamdulillah kau begitu, kirain ada apa? ya udah kalau begitu saya tak melanjut tidur di kamarnya.

"Tidak ada apa-apa, Hasan istirahat lagi dah, jangan lupa berdo'a dulu kalau mau tidur," ujar Ayahnya sambil pergi dari hadapan Hasan.

Hasan yang merasakannya hal itu, tidak bisa langsung menguasani dirinya, dalam fikirannya tak berhenti memikirkannya, dalam hatinya berkata, "Apa gerangan yang barusan masuk pada tubuhku."

Tak lama kemudian dia tidur kembali karena sudah tidak tahan dengan kantuknya, dalam tidurnya dia bermimpi seakan dia pergi pengaji didalam perjalannya dia melihat rembulan bersinar terang berjalan diatas kepalanya begitu cepat, tiba-tiba saat pagi tiba matahari terbit dari ujung barat, suasana menjadi hening, singkluh di arah barat terlihat langit berwarna merah bercampur kuning, dan manusia terlihat menangis semua, Hasan dalam mimpinya menyaksikan itu semuanya merasa takut dan tak lama kemudian dia terbangun.

Huhf ... Huhf ... Huhf

Suara desahan nafas Hasan sambil membenarkan duduknya dan memegang kepalanya sambil tak henti-hentinya memikirkan itu semua, dia tidak menceritakan kepada siapa saja di simpan rapat-rapat.

Akhirnya dia memutuskan tidak tidur memilih pergi ke temannya Izan, perlahan dia pergi keluar rumah dan sebelumnya meminta izin kepada Ayah dan Ibunya.

Di pertengahan perjalanan dia dikagetkan dengan kejadian yang tidak diduga, yaitu mobil sedan menghantam pengendara sepeda motor dan maut mengjemputnya, Hasan yang melihat kejadian itu memutuskan tidak melanjutkan perjalanannya, dia pulang kerumahnya dan masuk di dalam kamarnya.

Dalam hatinya berkata, "Hari ini, adalah hari yang tidak mengenakkan sepanjang masa ada apa gerangan, apa ini balasan saya menyakiti Aurel? atau apa? sungguh menyiksa pikiranku.

Fikiran Hasan bertambah penat dia hampir tidak tahan akhirnya dia memaksakan dirinya tidur kembali, lama tidak bisa tidur hanya menggeliatkan badannya ke kanan dan kekiri sesekali dia bangun kemudian duduk sambil memegang kepalanya dan tidur kembali.

Terasa sangat lelah diapun mulai terlelap cukup untuk mengistirahatkan tubuhnya, tak lama dia bangun dan badannya terasa enteng dan nyaman.

Lalu Hasan menemui Ayah dan Ibunya untuk bercerita.

"Assalamu'alaikum," sapa Hasan pada mereka berdua yang sedang duduk-duduk di teras depan rumah.

"Wa'alaikumsalam, ada apa lagi Hasan?" tanya Ayahnya sambil mepersilahkan Hasan duduk disampingnya.

"Yah! ... Ibuk! Hasan sudah berbicara sama Aurel kalau saya ingin melanjutkan pendidikan di pesantren, tapi Hasan takut dia nantinya depresi gara-gara saya putusin," tutur Hasan sambil memegang tangan Ayahnya sesekali dia menciumnya.

"Hasan! tidak lama lagi dia pasti bisa mengerti apa keinginanmu, demi kemuliaan ilmu dan kedudukan tertinggi di sisi Allah kamu harus berani berkorban," tutur Ayahnya yang mengelus rambutnya dan mencium keningnya.

"Benar tuh Hasan, dulu Ibumu ini juga pernah mengalami remaja yang mempunyai idaman tapi apa daya orang tua menjodohkan saya dengan Ayahmu ini, karena Ayahmu seorang santri, Alhamdulillah berkat mengikuti orang tua hidup Ayah dan Ibumu menjadi enak dan bahagia," ungkap Ibu sambil memandang Hasan.

"Iya Ibu, Iya Ayah! Hasan mengikuti keinginan Ayah dan Ibu, saya sudah ikhlas dan rela ke pesantren, kapanpun berangkatnya Hasan mengikuti saja," tutur Hasan.

"Iya, nunggu hari yang pas dulu," kata Ayahnya.

"Baik Yah," sahut Hasan.

Di tengah-tengah mereka yang sedang ngobrol-ngobrol banyak hal, dari arah selatan terdengar suara sepedah motor, yang kemudian berhenri di depan rumah.

Ya! Izan yang datang, dia menempatkan sepedahnya dibagasi dan lalu mendekati mereka bertiga.

"Assalamu'alaikum, Bapak, Ibu dan Mas Hasan Bagaimana kabarnya," sapa Izan pada mereka sambil mencium tangan orang tua Hasan.

"Wa'alaikumsalam, Alhamdulillah semuanya baik-baik saja, ada apa ya Mas Izan?" tanya Ibunya Hasan sambil mempersilahkan bertapa.

"Ini Bu, mau ada perlu sama Mas Hasan, sekalian izin mau saya bawa keluar," sahut Izan.

"Iya, tidak apa silahkan, tapi hati-hati kalau pergi jangan terlalu lama," tutur Ibunya.

"tidak mau masuk dulu, minum-minum teh gitu," imbuhnya.

"Tidak usah Bu, ini langsung saja, sudah ditunggu temen," kata Izan sambil menyetaer sepeda motornya.

"Ya udah Ibu Hasan pergi dulu, Assalamu'alaikum, "sapa Hasan pada ibunya sambil mencium tangannya dan kemudian pergi bersama Izan.

"Wa'alaikumsalam, "Jawab Ibunya sambil melihat perginya Hasan dan Izan terlihat senyum manisnya membuat ikut tersenyum bagi yang melihatnya.

"Izan, kita mau kemana? Tanya Hasan pada Izan sambil memulai menaiki sepeda motornya.

"Sudahlah ikut saja nanti juga akan tahu," sahut Izan yang mulai menjalankan sepeda motornya.

Beberapa jam kemudian mereka sampai disuatu tempat yang Hasan belum pernah kesitu, Ya pantai Blimbingsari tujuan mereka, Sepeda motor diparkirkan dan kemudian mereka mencari tempat yang enak.

Aroma ikan bakar, seakan menarik mereka untuk menghampirinya berjalan hingga 3 meter baru mereka menemukan tempat yang enak dan nyaman, di depan mereka terlihat gelombang air laut bergerak meju, mundur menghantam batu karang. Perahu nelayan yang silih berganti berlayar terlihat di depan pandangan mereka selain itu orang-orang dari berbagai daerah rame-rame mengunjunginya.

Mulailah mereka mengobrol.

"Izan, ada apa ya kamu mengajak saya kesini?" tanya Hasan pada Izan sambil melepas jaket yang dikenakannya.

"Iya tunggu sebentar, dia pasti datang sebentar lagi sabar," sahut Izan sambil memesan makanan faforidnya yaitu Ikan Bakar sambal trasi.

Tak lama kemudian datanglah seseorang yang berpakaian serba hitam dan kemudian duduk disampingnya.

Nah bagaimana kelanjutan kisahnya?

Siapakah seseorang tersebut?

Untuk apa Izan mengajak Hasan bertemu dengan orang tersebut?

Ikuti kisah kelanjutannya hanya ada disini.

Siguiente capítulo