webnovel

Kata Maaf

Bisma dan dokter Bagaskoro masih saja berpelukan, saling menyalurkan rasa sayangnya antara anak dan papa itu. Mereka pun melepaskan pelukannya saat terdengar bunyi ketukan dari luar. Bunyi ketukan itu sudah ciri khas dibunyikan sebanyak 3x dan hal itu sudah pasti suster yang melakukannya.

"Ada apa, Sus? Masuk saja!" perintah dokter Bagaskoro. Membuat Bisma mengernyit karena bagaimana papanya itu bisa tau kalau itu adalah suster, mungkin semacam kode begitu pikir Bisma. Maka dari itu Bisma akan bertanya kepada papanya itu supaya semakin jelas, tapi diurungkannya karena suster sudah masuk ke ruangan papanya sekarang. Wajah sang suster juga menggambarkan arti keseriusan.

"Dok, itu bapak Burhan sekarang drop lagi. Butuh penanganan dari Dokter sekarang, mari, Dok!" ajak suster dengan cepat. Menunduk dan menggangguk sebentar tanda menghormati sang dokter lalu menegakkan badannya kembali.

"Bapak Burhan? Siapa dia? Kok rasanya seperti aku pernah dengar," gumam Bisma yang seperti tak asing dengan nama itu. Dahinya mengernyit, tapi tidak butuh berfikir lama dokter Bagaskoro pun menoleh menatapi putranya, karena beliau mendengar gumamannya.

Dokter Bagaskoro mengangguk pelan tanda mengajak putranya itu. Bisma pun patuh dan mengikuti papanya di belakang, yang sudah berjalan di depan bersama susternya. Dokter Bagaskoro memang mengajak putranya untuk ikut supaya dia tidak penasaran dan hanya bisa menerka-nerka saja. Yang pasti agar putranya itu bisa membantu menenangkan Bianka. Lumayan kan hal itu bisa membuat pendekatan diri untuk Bisma dan Bianka. Itu semacam bantuan secara tidak langsung dari dokter Bagaskoro supaya putranya itu berusaha mendapatkan cintanya mulai dari sekarang. Yang pasti dokter Bagaskoro akan mendukungnya bukan turut campur akan cinta putranya.

Kini dalam setiap langkah kaki Bisma selalu mengeja nama Burhan itu dalam pikirannya, hatinya semakin was-was saat terfikirkan oleh Bianka. Dia pun menebak dan menerka kalau itu adalah ayah dari Bianka. 'Apa dia ayah Bianka? Kalau benar itu adalah ayah Bianka. Semoga saja beliau baik-baik saja! Jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi kepadanya. Selamatkan lah ia Tuhaaaan.' Batin Bisma memanjatkan doanya. Dulu Bisma hanya sekilas mendengar nama itu saat menyelidiki Bianka ke rumahnya waktu itu, tapi dia sudah kabur duluan gara-gara para wanita yang berebutan mendapatkannya.

Bisma pun terus melangkah dan benar kalau itu adalah ayah Bianka saat dirinya sudah hampir sampai di tempat ayah Bianka dirawat. Dan itu membuat Bisma bingung harus bagaimana, berbuat apa. Kakinya hendak berbalik rasanya karena tidak tau apa yang harus dilakukannya kalau sudah sampai didekat Bianka, tadi saja dirinya diusir seperti itu, walau halus tapi tetap pengusiran tidak dibutuhkan, jadinya Bisma merasa tidak enak saja, tapi dokter Bagaskoro pun menggeleng supaya anaknya itu memulai mendekati Bianka, ini adalah kesempatan emas untuk Bisma, begitu pikir dokter Bagaskoro dan itu membuat Bisma mengerti dan memahami maksud dari papanya itu.

"Ikut Papa saja! Kamu bisa jadi asisten, Papa, tapi menunggu Papa di luar saja jangan ikut masuk!" ucapan papanya itu sontak membuat Bisma mengerti walau terdengar singkat. Memang dibuat dokter Bagaskoro seperti itu supaya suster tidak memahami bahasanya. Dan bagi Bisma papanya itu pintar tidak membuka rahasianya dan dapat diandalkan, itu benar-benar membuat Bisma bahagia.

"Baiklah, Pa. Terimakasih," balas Bisma yang masih terus mengikuti langkah papanya.

Dan pada saat sudah tepat di hadapab Bianka sekarang. Bisma berpura-pura tak melihat Bianka karena rasa tak enaknya itu dan itu membuat Bianka membelalakkan matanya dengan sempurna saat melihat Bisma yang berada di belakang dokter Bagaskoro. Jari-jemarinya menunjuk ke arah Bisma sekarang.

"Ka—kamu? Kenapa selalu berada di sini?" tanya Bianka dengan rasa penasarannya. Bianka benar-benar tidak tau apa-apa makanya syok dan GR seperti itu, dirinya mengira dengan ketakutannya kalau Bisma terus mengikutinya dan akan mengganggunya, gawat kalau ibunya akan salah paham lagi kepadanya, jadi ucapan Bianka itu terdengar sedikit tidak suka kepada Bisma. Pokoknya ibu dan anak itu tidak tau kalau Bisma adalah anak dokter Bagaskoro, karena waktu itu mereka kebingungan dan tak mendengar gosipan para tetangga saat melihat Bisma.

"Eh, sa—saya ..." Belum usai Bisma membalas pertanyaan Bianka. Dokter Bagaskoro langsung menyahutinya.

"Bisma adalah putra saya!" Dan balasan dokter Bagaskoro itu sontak membuat Bianka dan ibunya terjingkat, sekarang keduanya teringat gosip waktu itu yang berbicara tentang dokter Bagaskoro. Jadi ibu dan anak ini sekarang tersadar akan yang dimaksud dokter Bagaskoro adalah dokter yang di hadapan mereka ini. Mereka sungguh tidak mengira akan hal ini.

"Apa?! Pu—putra, Dokter?" serempak Bianka dan ibu Bihana sedikit meninggikan suaranya dan ditanggapi oleh dokter Bagaskoro dengan anggukan dan senyumannya.

Dokter Bagaskoro tanpa berbasa-basi lagi langsung masuk ke dalam ruangan ayah Bianka bersama dengan susternya untuk memeriksanya. Sementara Bisma hanya sesekali melirik ke arah Bianka dan ibunya. Bisma yang teringat oleh perkataan papanya itu. Dia pun beralih duduk di kursi tunggunya, tanpa berucap apapun kepada Bianka maupun ibunya.

'Jadi? Bisma adalah anak dokter Bagaskoro? Astagaaa apa yang aku lakukan kepadanya tadi, benar-benar ya aku ini begitu jahatnya tadi kepadanya.' Batin ibu Bihana yang merasa tidak enak kepada Bisma sekarang. Sampai-sampai ibu Bihana menoleh ke arah Bianka, mencolek Bianka agar Bianka mendekati Bisma, lalu meminta maaf kepadanya sebagai perwakilan atas dirinya juga.

"Cepat kamu meminta maaf kepada nak Bisma, Nak! Kita jelasnya telah menyakiti hatinya tadi, ayo cepat!" perintah ibu Bihana dengan berbisik.

Aslinya Bianka sungguh tidak terima dan tidak mau meminta maaf seperti itu, terlihat seperti sedang cari perhatian saja. Tapi Bianka bisa apa, pokoknya kalau ibunya memerintah Bianka tidak bisa berbuat apa-apa. Takutnya ibunya itu akan murka dan sakit seperti ayahnya, lagian Bianka dikenal sebagai anak yang patuh, baru kemarin saja dia membantah karena mencintai Betran itu.

Baiklah, Ibu," balas Bianka.

Bianka pun berjalan ke arah Bisma dan menunduk saja. Tepat di depan Bisma sekarang Bianka pun menyampaikan niatnya itu. "Emmm Bisma, maaf atas ucapanku dan Ibuku tadi yaaa, barangkali kita menyinggung atau menyakiti hatimu, sekali lagi kita minta maaf karena tidak tau kalau kamu adalah anak dari dokter Bagaskoro yang berjasa menolong semua orang yang sakit termasuk ayahku."

Awalnya memang Bianka berucap seperti itu karena terpaksa, tapi akhirnya dirinya itu berfikiran benar juga ucapannya itu, jadinya kesannya sekarang dirinya harus benar-benar tulus dalam bersikap, lagian Bisma juga sudah baik kepadanya dan keluarganya, jadinya Bianka harus merubah sikap dan baik mulai sekarang. Bukan berarti dia mulai membuka hatinya. Melainkan tidak ingin dipersalahkan lagi oleh ibunya maupun Bisma.

Siguiente capítulo