webnovel

Meminta Kesempatan

Sekarang Bisma sudah berada di ruangan papanya, duduk dan berhadapan langsung dengan papanya. Bagaskoro tersenyum tipis sembari ingin meminta penjelasan dari anaknya itu atas perbuatannya tadi. Karena Bagaskoro tak percaya dengan anaknya yang berucap tidak apa-apa, padahal tindakannya tadi sungguh konyol tak seperti biasanya. Namun Bagaskoro tak berucap apapun, hanya saja cara tatapan matanya memandang ke arah Bisma yang luar biasa kini, membuat Bisma pun faham maksud gerakan papanya.

"Hehe, Papa lihat gadis yang tadi itu? Yang aku intip bersama ibunya?" tanya Bisma yang mulai bercerita kepada papanya. Selalu Bisma apa-apa terbuka kepada papanya, karena memang sejak kecil tiada yang ditutupi dari papanya, makanya Bagaskoro tidak ingin anaknya menutup diri sekarang.

"Lalu? Ada apa? Papa hanya mengenal sekedar tau saja, karena Ayahnya yang sakit Papa yang menangani. Apa jangan-jangan kamu menyukainya?" tebak Bagaskoro. Bisma hanya menyengir tanda tebakan papanya itu benar adanya. Membuat Bagaskoro menggeleng dan menyentil kening Bisma dengan gemas.

"Lah kenapa Papa malah menyentil kening ku? Bukankah malah bagus aku berkata jujur, memang apa yang salah, Pa? Apa tidak boleh ya Bisma mencintainya, apa Papa mau menjodohkan ku kepada anak teman Papa ya? Seperti di novel-novel yang aku baca, selalu orang tuanya tega saling menjodohkan anaknya satu sama lain, lalu menderita lah hidup masing-masing."

Dan ucapan Bisma itu semakin mengada-ngada dan ngaco sekali bagi dokter Bagaskoro. Dia tak habis pikir dengan cara pemikiran Bisma yang menyamakan hidupnya dengan cerita-cerita yang dibacanya, lagian maksud dokter Bagaskoro bukan seperti itu, melainkan beliau ragu akan kisah cinta Bisma. Takutnya cintanya itu tidak akan berjalan dengan mulus dan berubah menjadi kesedihan, karena yang ia dengar dari cerita ibu Bianka tadi, kalau anaknya itu sudah menikah dan ceritanya sangat rumit jadi dokter Bagaskoro tak mau mengambil resiko yang ada.

Beliau juga bukan orang tua yang suka menjodohkan anak-anaknya, karena bagi beliau cukup dengan melihat anaknya mencari pasangannya sendiri bersama dengan orang yang dicintainya. Itu sudah lebih dari cukup membuatnya bahagia. Apalagi mama Bisma baru saja meninggal beberapa bulan yang lalu karena penyakit kanker, jadinya beliau lah yang sekarang menjaga dan merawat Bisma bersama anak perempuannya itu. Dia harus memegang teguh janjinya kepada istrinya yang harus menjaga kedua anaknya dengan nyawanya.

Bisma masih saja mengusap-usap keningnya yang masih agak sakit itu. Dia menjentikkan jari-jarinya karena merasa papanya itu sedang melamun dan terbengong seperti itu. Tidak menanggapi ucapan Bisma yang sedari tadi padahal Bisma sudah menunggu balasan dari papanya itu. Akhirnya dokter Bagaskoro mengerjap karena jentikan jari Bisma yang sangat keras itu. Bagaskoro terkekeh seraya mengusap wajahnya dengan kasar.

"Lah malah Papa melamun, memangnya ada apa, Pa? Apa ada yang Papa fikirkan? Coba cerita sama Bisma, apa Bisma bersalah kepada Papa? Kalau iya Bisma sungguh meminta maaf kepada, Papa," tanya Bisma lagi.

Memang begitulah Bisma, dia dari dulu anak yang penurut dan tidak suka membantah. Sifatnya sangat lembut dan sangat menyayangi mama dan papanya. Makanya papanya juga sangat menyayanginya, berbeda dengan adiknya yang bernama Bintang itu. Dia cewek yang sangat manja dan sulit sekali untuk diatur, tapi Bisma dan papanya sangat berusaha menjaga Bintang dengan baik. Apapun keinginan Bintang pasti dituruti oleh keduanya.

"Emmm Papa harus jujur nih. Jujur Papa tidak melarangmu dengan siapapun. Hanya saja memangnya kamu tidak mendengar cerita tentang gadis itu? Dia kan gadis yang sudah menikah, Nak. Jadi itu tidak boleh kamu sukai, karena merebut istri orang itu dosa, Papa sungguh tau ceritanya dia sungguh rumit. Belum tentu juga kan suaminya itu sudah meninggal, kalau belum bagaimana? Kamu yang sakit kalau sudah sangat mencintainya nanti, ditinggal sewaktu lagi sayang-sayangnya, apa mau?" jelas dokter Bagaskoro yang membuat Bisma mengerti maksud sikapnya yang melamun sedari tadi.

Menurut Bisma, penjelasan papanya itu masuk akal juga, tapi dia sangat tidak bisa mengabaikan rasa cintanya ini, naluri hatinya selalu hanya menginginkan Bianka, tidak ada cewek yang lain lagi, cinta pada pandangan pertama. Dan ingin mengejarnya sampai dapat, meski harus sedikit menentang perkataan papanya yang baru kali ini Bisma lakukan. Tapi Bisma bisa apa kalau soal hati, dan benar kata pepatah, kalau soal hati selalu membuat seseorang saling melawan kedua orang tuanya dan Bisma tidak ingin semua itu menjadi parah seperti kata pepatah-pepatah itu. Makanya Bisma mencoba membuat papanya mengerti dan akan berusaha memperjuangkan apa yang diinginkannya dengan meminta kesempatan dari papanya itu. Tanpa harus saling menyakiti satu sama lain.

"Iya, Pa. Bisma juga dengar ceritanya dari orang-orang. Bisma hanya ingin menunggu saja sampai beberapa bulan perkembangannya. Kalau misal suaminya tidak ditemukan juga kan kemungkinan sudah meninggal, Pa, dan setelah itu Bisma akan mendekatinya, apa itu salah, Pa? Kasih kesempatan Bisma untuk ini semua, Pa. Bukankah kalau jodoh tidak akan ke mana, Pa? Jadi Papa tidak harus mengasihani Bisma. Bukankah kata Papa memang cinta butuh pengorbanan? Dan bukankah sudah kodrat lelaki kalau ditolak? Itu yang Papa ajarkan selama ini, menjadi lelaki yang kuat dan tangguh terhadap apapun. Tidak boleh lemah apapun yang terjadi, kalau misal jodoh pasti akan lanjut, Pa. Lalu kalau misal tidak jodoh pastinya suaminya akan kembali dan aku yang pergi."

Dokter Bagaskoro yang mendengar putranya sangat bersemangat dan sudah sangat dewasa pemikirannya itu terharu hingga menitikkan air matanya, mengusapnya dengan kasar dan tersenyum ke arahnya. Ucapannya itu sungguh sederhana dan enteng sekali, padahal bagi dokter Bagaskoro kehidupan tidak semudah itu. Banyak di luaran sana pernikahan yang hancur karena cerita yang sama seperti yang dialami anaknya ini. Tidak pakai menunggu waktu lama suaminya pulang dan itu menjadikan berantakan. Takutnya nanti nasib Bisma seperti itu.

Dulu beliau selalu sesekali mencandai Bisma sewaktu mamanya masih hidup agar segera mencari perempuan yang diidamkan, tapi Bisma selalu menolak dan katanya belum ada waktu, tapi sekarang sudah seperti ini rasanya berat. Dalam hati dokter Bagaskoro kenapa putranya ini nasibnya tidak mulus seperti yang lain kalau menyangkut masalah percintaan. Padahal dia juga baru pertama kali mencintai tapi kepada orang yang salah seperti ini. Semoga saja takdir merubahnya suatu saat nanti menjadi kehidupan yang bahagia, itu saja doa yang dokter Bagaskoro panjatkan sekarang dan setiap hari seusai sholatnya.

"Kamu yakin dengan keputusanmu itu, Nak? Kalau kamu sangat yakin Papa merestui niatmu ini! Semoga saja kalian berjodoh dan niat baikmu ini menjadi kebahagiaan yang nyata. Pokoknya kamu tidak boleh memaksa dia sampai dia benar-benar mencintaimu sendiri dari dalam hatinya," balas dokter Bagaskoro yang sudah menyetujui putranya itu dengan memberi pesan yang akan selalu tanamkan di dalam hati Bisma.

Bisma seketika memeluk papanya itu. Merasa sangat bersyukur mempunyai Papa seperti beliau, di dalam hati Bisma. Andai mamanya masih hidup, pastinya mamanya juga ikut serta menyemangati perjuangan Bisma ini.

Siguiente capítulo