Tidak ada yang berani membantah Hidethosi. Apalagi saat nada bicaranya sudah meninggi. Pada akhirnya Matt memutuskan untuk melempar kapaknya yang satu lagi. Dari awal memang ia tidak begitu perduli dengan senjata apapun yang ia gunakan. Hanya saja ia yang melihat kapak besar, menginginkan senjata seperti itu untuk pertempuran. Apalagi senjata itu memiliki pegangan yang panjang. Membuat dirinya bisa leluasa memakainya. Dengan beban yang ada di ujung senjata, menjadikan serangan semakin berat. Berbeda dengan pedang yang tidak terlalu memberi efek berat pada lawannya.
Karena lemparan yang disertai tenaga itulah, membuat monster itu juga terlempar. Di saat itu ia sedang melompat di udara. Dan lemparan kapak Matt, ditepis dengan sabit yang ia gunakan. Hidethosi membawa motor itu melewati sebuah gedung yang sudah roboh. Lalu ia arahkan motor untuk berbelok arah.
"Kita tidak bisa kabur dengan mudah! Ini tidak seperti yang kita harapkan sebelumnya! Pastikan kita aman terlebih dahulu, baru kita cari solusi untuk masalah kita selanjutnya!" ujar Hidethosi dengan geram. Karena menghindari makhluk-makhluk itu, luka yang didapat karena pertarungan kembali terbuka. Darah mengalir di perutnya yang ia ikat sendiri sebelumnya.
Semua yang ada di motor besar pun sudah mengalami luka yang tidak bisa dianggap enteng. Mereka pergi ke sebuah tempat yang jauh dari pemukiman, hingga beberapa kilometer. Saat melihat air terjun, barulah Hidethosi menghentikan motornya.
"Dengan air, mungkin kita bisa menyembunyikan bau kita. Mereka bisa saja menemukan kita karena bau darah. Segera obati diri kalian! Setelah itu, kita istirahat sebentar di sini, sebelum kembali ke markas!" pungkas Hidethosi. Ia turun dari motornya dan mencari tempat duduk untuk dirinya sendiri.
Hidethosi duduk di atas batu di pinggir sungai, di mana ada air terjun yang besar dan tinggi. Dengan air yang melimpah itu, ia harap kalau mereka tidak akan terkejar oleh monster-monster tersebut.
Naoki juga turun dari motor sambil tetap memegang senapan api untuk berjaga-jaga. Sementara itu, Matt juga meninggalkan motor sambil membawa Ken. Luka di tubuhnya sudah mulai mengering. Namun melihat luka di tubuh Ken, ia sangat cemas. Bagaimana kalau pria itu mati atau tiba-tiba berubah menjadi makhluk mengerikan lagi? Mereka harus kembali berhadapan dengannya dan bisa saja terjadi pembunuhan.
"Bagaimana kalau kita membuat lubang di air terjun itu? Seandainya motor ini dilengkapi dengan sesuatu yang bisa menembus batu, mungkin akan berguna bagi kita." Hidethosi hanya duduk menatap air terjun. Sebagai seorang ilmuan, dirinya tidak bisa berbuat banyak dengan alat-alat yang minim. Apalagi sekarang kebutuhan di laboratorium miliknya dalam keadaan tidak bagus.
"Kita memang butuh alat seperti itu. Kalau ada juga, kita bisa menabrak monster-monster itu. Kita tidak perlu lagi capek-capek melawan banyak dari mereka. Kalau mereka bergerombol seperti tadi, kita akan lebih mudah melewatinya."
Matt mengobati lukanya sendiri. Lalu ia memeriksa tubuh Ken yang dipenuhi dengan luka. Namun luka yang paling parah adalah luka di perut Ken. Sebagai manusia setengah alien atau monster, biasanya akan sembuh sendiri. Namun tidak untuk Ken saat ini. Lukanya bahkan membuat Ken bisa tidak sadarkan diri.
Tubuh yang terasa perih dan rasa lelah, membuat Naoki hanya bisa merebahkan diri di batu besar. Nafasnya tersengal, menatap ke atas. Langit yang mulai menghitam menandakan akan turun hujan. Apalagi hari sudah mulai sore. Tidak tahu dari kapan ia merasa lelah dengan luka-luka yang didapat. Namun itu sudah tidak terpikirkan lagi.
"Kau harus mengobati dirimu sendiri, Naoki. Kamu perempuan, tidak mungkin aku sendiri mengobatimu. Kamu juga sudah dewasa begini. Berbeda dengan kamu yang masih kecil dulu." Hidethosi memberikan kain dan obat-obatan yang selalu dibawa di bagasi motor.
Namun wanita itu tidak menghiraukan ucapan Hidethosi. Alih-alih mengobati dirinya sendiri, ia melihat ke arah pria itu. Seandainya dirinya masih anak-anak, mungkin ia akan mendapatkan kasih sayang pria itu lagi. Seperti dimanja ataupun diajak bercanda.
"Kita memerlukan makanan juga. Saya akan mencari bahan makanan. Kalian tunggu saja di sini! Jaga pemuda itu dan pastikan jangan sampai memancing makhluk-makhluk itu!" tandas Hidethosi. Ia membawa tombaknya dan meninggalkan semuanya.
Ken yang tidak sadarkan diri itu perlahan mulai membuka matanya. Badannya terasa sangat sakit, apalagi di bagian perutnya yang terkena tombak yang ditembakkan oleh Naoki. Namun ia bersyukur kalau dirinya masih selamat dari kematian.
"Ah, di mana ini? Apakah aku sudah mati? Tapi sepertinya tidak." Ken melihat punggung Matt yang membelakanginya dengan melepas kaosnya. Terlihat banyak bekas luka lama di punggung kekar itu. "Benar-benar orang yang sudah melewati pertarungan yang hebat."
"Hei, kau sudah bangun, Nak? Kita sudah meninggalkan kota itu. Sekarang kita sudah berada di tempat yang aman. Tapi kau istirahat saja dulu. Kita akan meninggalkan tempat ini setelah kita sudah mendingan." Tanpa memalingkan wajahnya dari arah depan, Matt berkata pada Ken, tanpa melihatnya.
"Terima kasih telah menolongku. Saya sudah dua kali ditolong oleh kalian, bukan? Huh, hidupku ini memang tidak berguna sama sekali. Bagaimana mungkin sampai terpojok oleh mereka?" sesal Ken. Ia mencoba bangkit dari tempatnya. Namun tubuhnya sulit untuk di digerakan. Dalam bentuk manusia, akan lebih lama sembuhnya. Namun ia tidak bisa merubah dirinya menjadi monster saat ini.
Matt berbalik dan melihat usaha Ken yang ingin bangun. "Sebaiknya kamu istirahat saja di sini! Kita tidak akan membahayakan nyawamu di sini. Asalkan kita bisa melewati malam ini, kita akan segera kembali ke markas untuk memulihkan kekuatan kita."
"Baiklah ... karena saya sudah dua kali ditolong oleh kalian, saya akan membantu kalian. Apa yang bisa ku bantu untuk kalian?" tanya Ken. Saat mengatakan sesuatu, ia merasakan perih di lukanya. Karena pakaiannya yang robek saat berubah menjadi makhluk mengerikan itu, membuat dirinya kehilangan pakaiannya. Sekarang dirinya hanya tertutupi oleh pakaian milik Matt.
"Syukurlah kalau tahu diri. Saya minta, kalau kamu sudah baikan, segera tinggalkan kami. Maaf soal tombak yang mengenaimu. Namun ini juga salahmu yang tidak dapat menghindari tembakanku," celetuk Naoki sambil menyilangkan kedua tangan di dada.
Sebagai pemburu alien parasit, ia tidak ingin berhubungan dengan mereka. Apalagi Ken bisa berubah menjadi makhluk seperti itu. Akan membuatnya semakin muak dan ingin sekali membunuhnya. Tapi ia masih bisa menghormati keputusan Hidethosi.
"Naoki! Kenapa masih saja seperti ini? Huh ... kau jangan dengarkan anak gadis kami! Memang dia satu-satunya perempuan di sini. Tapi sudah dianggap sebagai puteri sendiri. Sifatnya yang blak-blakan, tapi sebenarnya orang baik."
"Saya bukan orang baik, Matt! Jangan harap saya bisa baik pada orang itu!" tunjuk Naoki pada Ken. "Saya juga tidak bisa membiarkan dia berbuat seenaknya jika tiba di markas."
***