webnovel

Menyelamatkan Wanita Yang Pasrah

Pertarungan antara keduanya berlangsung sengit. Mereka saling balas serangan dan bertahan. Di satu sisi, Ken tidak mampu mengalahkan kekuatan sang monster. Tapi di sisi lain, ia memakai zirah besi yang membuatnya terlindungi dari serangan makhluk yang menjadi lawannya.

Ken mengeluarkan cakar yang sangat tajam dan melukai dada monster itu. Ia melihat luka itu tidak seberapa tapi luka itu lama sembuhnya. Ini membuktikan kalau monster di depannya telah berevolusi. Entah sudah makan berapa banyak monster lain atau berapa manusia, ia tidak tahu.

"Kenapa kau ikut campur urusanku, hah? Kulitmu sangat keras dan berbeda dari kami yang lain. Kuakui itu adalah hal yang langka. Kau menggunakan tulangmu untuk membuat perisai seperti ini. Bukankah itu akan membuatmu tidak bisa membuat senjata, hahh?" Makhluk itu menyeringai senyum, menampilkan gigi-gigi yang runcing itu, tapi ia sangat penasaran akan kekuatan perisai lawannya.

Dari sikunya, keluar tulang lancip, mengakibatkan darah hijau juga keluar melalui celahnya. Seakan tidak perduli dengan rasa perih yang dirasa. Ia sangat menikmati sensasi itu. Bukan hanya ada di sikunya, lututnya juga dari belakang kakinya ia keluarkan tulang, berbentuk sabit besar.

"Ku peringatkan kau! Aku sudah memakan puluhan jantung sebangsa kita untuk mendapatkan kekebalan tubuh ini. Tentu kulitku kebal dan tulang ini, bukanlah akan membuat perisai yang kau pakai itu akan hancur percuma? Pasti jantungmu enak rasanya."

Ken membiarkan lawannya meremehkannya. Karena sejatinya ia sudah merasa akan menang. Biarpun tubuh lawan sangat keras, ditambah dengan persenjataan yang sudah pasti sangat keras dan tajam, Ken tidak gentar. Ken berdiri sekitar lima meter dari makhluk itu. Dengan percaya diri, ia malah tersenyum dan tentu saja terlihat santai.

"Beraninya kamu meremehkanku, hah?" ujar monster di hadapan Ken. Ia tidak terima dengan semua yang dilakukan Ken yang terlihat meremehkannya. Padahal ia bisa membunuh orang dengan mudah. Apalagi makhluk hijau di depannya. Pasti dengan mudah ia kalahkan.

Ken dengan santainya mengayunkan tangannya dan keluar sebuah piringan besar, dengan gerigi tajam di sekitar piringan itu. Ia lalu melemparkan piringan itu ke arah musuh. Tapi lawannya menangkis dengan tulang di sikunya. Ia juga mengeluarkan cakar yang berwarna hitam pekat. Menangkis setiap serangan yang ada. Ken terus menyerang dengan piringan-piringan itu. Alhasil, membuat makhluk itu kualahan. Seharusnya itu sudah habis karena Ken sudah mengeluarkan ratusan senjata untuk menyerangnya. Bahkan senjata-senjata itu tidak langsung terlempar jauh atau terjatuh. Piringan-piringan itu akan kembali dengan sendirinya.

"Sialan! Kenapa tulangmu tidak habis-habis? Sebenarnya ini apaan, akhh!" jeritnya ketika sebuah piringan menggores lengannya. Ia tidak menyangka kali ini ia sudah terluka sampai saat ini. Untuk menyembuhkan lukanya, membutuhkan waktu yang lama. Apalagi lukanya bisa mencapai kedalaman dua sampai lima sentimeter.

Darah hijau mengalir dari tubuh makhluk yang menjadi lawan Ken. Ken tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia mengeluarkan sebuah tombak dari tangan kanan dan kirinya. Ia melompat dan menyerang sang lawan dengan tanpa ekspresi. Dengan tangan dinginnya, ia menyerang, menusuk ke perut lawan yang tidak sempat menghindar.

Selanjutnya adalah aliran darah berwarna hijau keluar dari perut monster itu. Ia mengerang kesakitan dan tidak menyangka akan mengalami hal tersebut. Tidak sampai disitu, Ken kembali mencabut kedua tombaknya. Lalu ia tusukan lagi dengan menambah kekuatannya.

"Akhh! Saakkiittt! Sebenarnya kau ini makhluk macam apa? Kenapa bisa seperti ini? Akhhh!" jerit sang monster yang kesakitan setelah mendapat serangan yang kedua.

Tanpa menjawab pertanyaan lawannya, Ken tetap tidak bergeming dan kembali menghujani dengan serangan menarik dan menusuk dengan kedua tombaknya. Semakin lama, Ken semakin banyak menghabiskan tenaga. Ia mengeluarkan senjata seperti jarum dan ia lepaskan ke ke atas. Ia menembakan dalam skala besar. Walau jarum-jarum berukuran kecil, mampu membuat sang lawan terkena imbasnya.

"Selamat tinggal di neraka!" ujar Ken yang langsung melompat. Ia menarik wanita yang berada di sekitar mereka. Karena ia tidak ingin melihat orang mati di depannya. Apalagi jarum-jarum itu akan membuat siapapun yang terkena akan tertembus.

"Akhh ... apakah aku akan mati sekarang? Kalau aku mati, aku sudah siap. Asalkan mati tanpa rasa sakit. Tapi mana ada, mati tanpa rasa sakit?" Wanita itu pasrah ketika makhluk hijau berzirah besi itu membawanya pergi.

Setelah jauh dari tempat itu, Ken melepaskan wanita yang ia tolong lalu meninggalkannya tanpa berkata apapun. Pria itu tidak ingin terlibat dengan orang lain. Ia ingin mencari di mana markas Hidetoshi atau ilmuan lainya untuk menemukan solusi terkait sabuk yang ia gunakan agar ia bisa kembali ke wujud manusia tanpa harus menunggu lama.

Wanita itu sudah pasrah ketika ia dibawa oleh Ken. Tapi tidak menyangka kalau dirinya akan ditinggalkan begitu saja. Ia melihat Ken yang membelakanginya. Makhluk setinggi dua meter itu sudah jauh dari posisinya saat ini.

"Siapapun kamu, terima kasih karena tidak memakanku. Tapi apakah benar-benar aku tidak akan dimakan juga seperti semua temanku?" Wanita itu tidak mengerti, mengapa ia tidak mati saja. Padahal ia adalah makanan bagi para monster itu. Setelah bangun untuk melangkah entah ke mana, ia menemukan seorang wanita dan seorang anak yang sedang menatap kepergian Ken.

"Wah, kau juga diselamatkan oleh super hero itu? Halo, namaku Ben Sotaru! Aku akan menjadi super hero seperti dia!" tunjuk Ben kepada Ken.

Wanita itu menoleh ke arah di mana Ken sudah menghilang. "Super Hero? Bukankah dia juga monster?" tanyanya dengan ekspresi bingung dan tidak percaya. Menurutnya tidak ada yang namanya superhero di dunia ini. Kalaupun ada, adalah dirinya dan rekan-rekannya yang terbunuh. Mereka yang telah menolong masyarakat dari serangan para alien yang menguasai tubuh manusia.

"Kau tidak tahu, dia adalah seorang manusia yang bisa berubah. Dia adalah pemburu parasit alien. Dan dia juga telah menyelamatkan kami. Dia juga akan menjadi ayahku, kelak!" Dengan semangat menggebu, anak laki-laki itu sangat berharap memiliki seorang ayah seperti Ken yang ia anggap sebagai pahlawan.

"Uhukk!" Perkataan anaknya, membuat Yuri tersedak. Ia tidak mengira kalau anaknya bisa berkata seperti itu. Padahal ia tidak bisa berharap banyak. Walau ia juga membutuhkan sosok suami yang bisa melindungi dirinya dan anaknya. "Hei, dia bukan–"

"Bukan apa, Bu?" potong Ben. "Kalau Ibu menikah dengannya, bukankah kalian akan bikin adik untuk Ben? Ben juga akan memiliki seorang adik yang bisa berubah jadi alien pemburu seperti Ken. Hemm ... aku nanti yah beri nama adikku sendiri. Emm ... dia namanya Ken, aku Ben. Jadi enaknya adikku namanya apa, yah? Oh, begini saja, nanti adikku aku beri nama Ren. Hahaha, bukankah itu nama yang bagus, Bu?"

Bukannya senang, Yuri malah menjadi malu dengan sikap anak lelakinya. Pantas kalau Ben memiliki pemikiran ingin memiliki seorang ayah. Tapi tidak sedetail itu untuk memberinya seorang adik. Tentu perkataan Ben membuat Yuri malu.

***

Siguiente capítulo