Munculnya sosok monster yang muncul di sebuah gedung tinggi, bangunan perkantoran yang di mana ada banyak orang-orang sedang bekerja. Mereka tidak pernah duga akan datang sesosok monster yang memiliki sayap seperti capung. Namun tidak bisa digunakan untuk terbang.
"Monster! Tolong ada monster!" Seorang pria pertama kali berteriak ketika monster itu memakan salah seorang dari mereka.
"Lari! Semua lari! Ada monster!" Teriakan putus asa yang menyuruh orang-orang untuk berlari sejauh mungkin. Seorang wanita paruh baya, berteriak dengan keras.
Dan masih banyak lagi suara teriakan dari banyaknya karyawan kantor. Melihat salah satu dari mereka yang dimakan sampai terlihat organ dalamnya, membuat para wanita menjerit histeris. Mereka tidak tahan dan merasa takut. Ini akan menimbulkan banyak trauma bagi semua orang yang ada di dalamnya.
Monster itu mencabik-cabik korbannya, membiarkan orang-orang berlarian. Hingga mereka semua telah turun dari lantai atas. Berbondong-bondong turun melalui lift hingga penuh. Karena tidak ingin lama-lama, mereka yang tidak kebagian lift, turun lewat tangga darurat.
"Groahhh!" Karena belum kenyang dengan satu mangsa, ia masih mau mengambil mangsa lainnya. Setelah menghabiskan manusia sampai tulang-tulangnya, ia kembali mencari mangsa.
Monster itu berjalan seperti layaknya manusia. Dengan tingginya yang sekitar seratus tujuh puluh sentimeter. Wajah yang dipenuhi darah merah dari manusia yang baru dimakannya. Dengan cakar di tangannya, membuatnya semakin menyeramkan.
Gigi-giginya masih mengunyah tulang yang masih tersisa. Melihat masih ada seorang wanita yang bersembunyi di balik meja, monster itu menyingkirkan meja dan menghancurkannya.
"Aaakkhh!" pekik wanita berusia tiga puluhan tahun itu. "Tolong jangan! Jangan makan aku, Akhh!" Ia sangat ketakutan setelah ketahuan oleh monster tersebut.
Tak sampai segitu, makhluk yang sangat menyeramkan memandang sang wanita persis di depan wajahnya. Membuat wanita itu menjerit ketakutan. Ia hanya bisa mundur dengan menggerakkan kakinya serta bokongnya, dalam keadaan masih tertunduk lesu.
Tidak ada toleransi untuk semua orang yang ada di dalam. Siapapun di hadapannya, akan dimakan oleh sang monster tersebut. Karena tidak kuat lagi, wanita itu tidak sadarkan diri. Sementara sang monster mengangkat tubuh wanita itu. Ia tidak segera memakannya dan membawanya dengan menusukkan cakarnya ke perut wanita tersebut.
Ia bawa wanita itu seperti membawa sate yang ditusuk. Darah yang mengalir tidak banyak dan wanita itu kembali sadar sebentar, merasakan tubuhnya yang tertusuk itu sangat sakit dan kembali tidak sadarkan diri.
"Dasar makhluk lemah," ucap sang monster dengan bahasa planetnya. "Sangat mudah mencari makanan di sini. Bahkan tidak ada perlawanan sama sekali."
Kenyataannya, tidak mudah bagi sang monster untuk meninggalkan tempat itu. Sebuah benda kecil menembus tubuhnya. Segera darah berwarna hijau muncrat dari dadanya.
"Sialan! Siapa yang menyerangku?" Lalu ia melihat sekelilingnya. Tidak ada siapapun dilihatnya. "Akhh! Sialan!" umpatnya menahan sakit lalu bersembunyi. Ia membuang wanita yang dibawanya karena ia tidak bisa bertahan lebih lama jika terus berada dalam keadaan seperti itu.
Seorang wanita muda dari jarak seratus meter dari gedung, sedang menembaki makhluk itu. Ia sudah mengenai sasaran dan yakin telah mengenai jantung makhluk itu.
"Kau tidak akan bisa lari lagi dari sini. Makhluk seperti kalian hanya akan mengotori bumi ini," ungkap Naoki dengan sebuah senyuman. Ia senang telah membuat makhluk itu tidak berdaya.
"Sekarang serahkan saja padaku!" ujar Matthew bersemangat. Ia mengeluarkan dua buah kapak dari tangannya.
Saat ini Matthew sudah ada di gedung itu. Ia bisa berada di tempat itu dengan cepat. Karena menggunakan mesin untuk mempercepat terbang, yang berada di tubuhnya. Walau mesin itu masih memiliki kekurangan, yang penting ia sampai terlebih dahulu.
"Kau akan segera menyusul orang-orang yang kau bunuh!" Dengan sekali ayunan, mengenai tubuh monster itu. Tapi makhluk itu masih melakukan perlawanan.
"Sial sekali! Tapi tenagaku sudah mau habis! Terpaksa akan ku keluarkan semua yang aku bisa untuk membunuhnya!" Makhluk itu mengumpat dengan menggunakan bahasa yang hanya diketahui oleh sesama dari mereka.
"Hanya mengerang saja, kau? Mau segera mati di tanganku, hah?" Sekali lagi Matthew menyerang makhluk itu dengan kapaknya.
Tidak seperti harapan Matthew, makhluk itu masih bisa bertahan. Dengan menggunakan tulang yang keluar dari tangannya. Menepis serangan yang membuatnya terlempar sejauh dua meter. Tapi ia bangkit kembali dan menyerang balik.
Karena menggunakan tulang untuk perlindungan diri, otomatis penyembuhan dirinya semakin lama. Namun luka itu tidak besar, ia menyembuhkan luka di bagian luar agar darahnya tidak banyak keluar.
Monster itu mundur sejenak karena lawannya juga memiliki kekuatan yang cukup besar. Terbukti, dirinya harus mundur karena dorongan dari serangan seorang manusia.
"Tidak kusangka, ada manusia sekuat itu? Tapi aku mungkin hanya lengah. Sekarang kau harus merasakan seberapa kekuatan yang kumiliki sebenarnya!"
Monster itu mengembalikan keadaan. Memaksa Matthew untuk mundur. Dengan serangan sang monster yang membabi buta. Membuat Matthew menahan dengan seluruh kekuatannya. Keadaannya berimbang ketika Matthew terkena sabetan tongkat dari sang monster.
Naoki lalu menembakan sebuah tali yang mengarah ke gedung lainnya. Siang yang panas itu tidak menghentikan langkahnya. Setelah tembakannya mengenai gedung di sebelahnya, ia melompat dengan bergelantungan di tali itu.
Seperti seorang spiderman, wanita itu ingin segera sampai ke tempat di mana Matthew berada. Ia sampai di tempat yang dituju beberapa menit setelahnya. Menemukan pria itu sudah kewalahan melawan sang monster.
"Ini tidak ada habisnya!" kata Naoki, menembaki monster itu untuk menyelamatkan Matthew. "Dasar merepotkan saja," ujarnya pada pria itu.
Mereka sekarang sudah bersembunyi dari sang monster. Tetapi wanita itu melihat pria di sampingnya mengeluarkan darah. Sedang membalut lukanya sendiri. Naoki harus menjaga agar Matthew aman untuk sementara.
"Hahaha! Maafkan aku, Naoki! Tapi aku tidak tahu kalau yang ini terlalu kuat! Sepertinya aku tidak bisa mengalahkan sendiri!" ungkap Matthew dengan senyuman percaya diri.
"Dasar lelaki tidak berguna! Sekarang aku menembak, kamu yang serang dari dekat! Kalau perlu, potong tangannya dulu! Ini makhluk merepotkan banget! Aku kira sudah mengenai jantungnya! Tapi tetap saja tidak ada apa-apanya."
"Pastikan kau jangan salah menembak, nanti aku yang mati karena ditembak olehmu, huhuhu!" Matthew keluar dari persembunyiannya. Ia menyerang monster itu di bagian punggung.
Sayangnya punggung itu menjadi lebih keras. Tidak seperti barusan yang masih bisa mengeluarkan banyak darah. Sekarang hanya ada goresan sedikit dan membuat kapak Matthew menjadi retak.
Naoki menembaki monster di bagian punggung tetapi pelurunya mental dan hampir mengenai Matthew. Membuat pria itu harus ekstra hati-hati. Karena makhluk itu lebih keras dari yang mereka duga.
"Kalian pikir, aku tidak bisa mengalahkan kalian, hah?" ungkap sang monster dengan bangga. "Eh, tapi kalian juga tidak mengerti bahasa yang aku gunakan juga, kan?"
Sang monster berbalik dan menyerang Matthew. Membuat pria itu kembali mundur. Matthew mengeluarkan senjata kecil yang ia lemparkan, sebuah shuriken yang berukuran kecil dan mengenai dada monster itu. Tetapi membuat dadanya sang monster mengalaminya luka darah.
"Naoki! Kelemahannya ada di bagian depan!" seru Matthew ketika ia baru sadar kelemahan monster itu.
***