webnovel

Masuk Ke Dalam Markas

Naoki dan Matt mengikat Ken yang berada di antara keduanya. Namun wanita itu mengalihkan pandangannya, ketika Matt melepaskan pakaian Hidetoshi yang digunakan untuk menutupi tubuh Ken. Pasalnya selain sabuk yang melingkari pinggangnya, tidak ada lagi yang menutupi tubuh pria itu.

"Heh, kau kenapa, Naoki? Ini hanya mengikat pemuda ini. Apa kamu merasa malu? Hemm ... gadis sepertimu, apakah belum pernah melihat barang laki-laki, hemm?" goda Matthew kepada Naoki.

"Sialan kau, Matt! Cepat tutup kembali!" sungut Naoki. Ia sempat melihat sesuatu yang tidak seharusnya. "Hei, sudah atau belum? Kalau enggak, kamu saja yang mengikat!"

Naoki tidak ingin ikut campur kalau kejadiannya seperti itu. Tidak mau melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat dari Ken.

"Huuhh ... dasar gadis. Kalau begitu, biarkan aku saja yang mengikatnya! Siapa tahu kamu dengan pemuda ini bisa menikah. Kan lumayan, bisa menjadi tambahan kekuatan kita."

Wanita itu tidak menanggapi perkataan Matthew. Ia menatap ke jendela yang di luar banyak orang beraktifitas seperti biasa. Hanya saja mereka yang diliputi oleh perasaan was-was karena para alien itu bisa muncul tiba-tiba.

"Ohh ... aku teringat bagaimana aku kehilangan istriku. Mariana, kenapa dia juga harus menjadi monster juga? Kalau ada cara untuk menyelamatkan nyawanya, akan lebih baik. Aku akan melakukan apa saja."

Matthew teringat istrinya yang juga dikendalikan oleh alien yang merasuki tubuhnya. Sang istri sudah meninggalkan pria tiga puluh lima tahun itu. Luka yang dalam bukan dari orang biasa juga. Matthew merupakan sisa-sisa dari seorang pasukan tentara di negaranya. Ia sudah lama menganggur ketika dunia telah bersepakat untuk membubarkan pasukan militer. Membuat semu pasukan harus mencari pekerjaan. Disaat Mattew bekerja itulah, sang istri dirasuki dan dikendalikan alien.

Pria itu tidak tahu peristiwa itu. Ia hanya mendengar dari penuturan orang yang melihatnya, sang istri yang berubah menjadi monster itu memakan anak sendiri. Sekarang ia akan membunuh semua monster itu agar tidak ada lagi orang yang dimangsa oleh mereka.

"Akira! Akira, lari!" igau Ken. "Akira ... kenapa ini terjadi padaku? Ooh, mengapa?" Ken terus mengigau mengingat kejadian dua bulan lalu.

"Heiy, siapa Akira itu? Apakah itu pacarnya atau bagaimana?" Matthew masih berusaha mengikat Ken dengan rantai besi atas perintah dari Hidetoshi.

"Nggak tahu. Mungkin istrinya atau ibunya. Itunya juga besar banget. Pasti sudah pernah berhubungan dengan wanita, bukan?" tanya Naoki yang mengingat sesuatu dari tubuh Ken.

"Ah, kamu mencurigakan. Apa kamu masih seorang gadis? Kenapa punya pemikiran seperti itu? Ini masih normal, lah. Kamu nggak pernah lihat yang lebih besar sebelumnya, kan? Dan punyaku atau punya owner lebih besar lagi."

"Hei, apa yang kamu katakan sama gadis itu, Matt? Kamu itu nggak bisa membahas yang lainnya?" celetuk Hidetoshi yang mendengar dan tidak terima lelaki itu mengatakan yang tidak-tidak.

Naoki tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Tapi menurutnya itu sudah terlalu besar. Kalau itu termasuk biasa, terus bagaimana nanti jika dirinya menikah dengan sang owner? Ia tidak bisa membayangkan itu bisa menyiksanya.

Rasa cinta Naoki terhadap Hidetoshi, bukanlah sesuatu yang sederhana. Semenjak kecil, ia sudah dirawat oleh pria paruh baya itu. Walaupun umur yang sudah tidak muda lagi, ia menganggap kasih sayang Hidetoshi kepadanya adalah sebuah kasih sayang terhadap sang kekasih.

Wanita itu tidak tahu bagaimana bisa menyukai pria yang pantas menjadi ayahnya itu. Tapi ia sudah merasakan kasih sayang itu semenjak masih belia. Meskipun ada lelaki yang seumuran atau yang tidak jauh berbeda dengannya, ia tidak akan pernah mudah tertarik.

"Ini sepertinya anak muda ini telah kehilangan kekasihnya. Tapi sabuk ini, sebenarnya apa? Apa ini alat untuk mengendalikan diri? Apa ini sebuah alat untuk berubah menjadi manusia dan monster?"

Ada beberapa tombol pada sabuk yang melingkar di pinggang Ken. Tapi lelaki itu tidak mau gegabah. Ia akan menyerahkan semuanya pada Hidetoshi nantinya. Karena hanya dia yang bisa memeriksa alat-alat canggih.

"Itu mungkin semacam alat untuk memunculkan zirah besi. Atau bentuk perlindungan diri saat berubah wujud menjadi monster," kata Hidetoshi, menyahut ucapan Matthew.

"Kalau benar, berarti ini bisa menjadi senjata kita, nantinya. Ternyata anak muda ini berbakat sekali. Bisakah anak muda ini bertarung seperti kita? Ya paling tidak ada kemampuan yang bisa kita andalkan."

"Mungkin ada itu. Tapi untuk sabuknya itu, akan kuteliti lebih lanjut." Hidetoshi mengatakan itu lalu kembali fokus menyetir.

Walau mobil itu sudah dilengkapi sensor, jika dekat dengan benda lain, akan berbelok sendiri. Tapi tidak bisa jika mobil itu masuk jurang. Bisa-bisa mereka kecelakaan di jurang.

Mobil itu melaju sampai ke sebuah bangunan tua. Mereka masuk melalui sebuah lorong yang ada di bawah bangunan. Seperti galian yang seperti saluran air. Hanya saja lebih lebar. Dua meter lebarnya, membuat mobil bisa masuk ke dalamnya.

Di dalam, mobil itu berhenti di sebuah tempat yang berbeda dengan keadaan di luar. Di dalam terlihat lebih mewah dan jauh lebih bersih. Banyak senjata dan berbagai barang ciptaan Hidetoshi selama hidupnya.

Mereka keluar dari mobil. Matthew membawa Ken yang masih mengigau, menyebut nama Akira. Tentu pikiran mereka tertuju pada wanita yang sangat dicintai.

"Heh ... ini berat karena pemuda ini sepertinya sangat mencintai wanita yang bernama Akira itu," ujar Matthew, menggoda Naoki.

"Mana ada urusannya denganku? Orang itu orang yang dicintainya, bukan aku. Memangnya aku kenal sama dia? Ketemu saja baru saja," ujar Naoki, menolak semua yang dikatakan lelaki yang lebih tua darinya.

"Ya, mungkin, yah. Mungkin pria ini akan menjadi pacarmu di suatu saat nanti." Matthew terus menggoda Naoki dengan pemuda itu. Ia memang suka menggoda Naoki karena ia sudah menganggap sebagai keluarga sendiri.

"Sudahlah, Matt. Kamu selalu menggoda Naoki terus. Lebih baik kau baringkan saja pemuda itu di tempat pemeriksaan! Akan ku periksa, ada apa dengan benda di sabuknya."

"Iya, sudahlah. Ini akan menjadi sesuatu yang besar buat kita. Kuserahkan saja padamu." Matthew lalu meletakan Ken ke sebuah ranjang dan tanpa diperintah, ia mengikat tangan dan kakinya.

Sementara Naoki sudah meninggalkan mereka. Ia menuju ke kamarnya untuk beristirahat. Di dalam kamar, ia melepas pakaian tempurnya. Sebuah pakaian yang dibuat untuk melindungi diri dari serangan monster-monster itu.

Hidetoshi mulai memeriksa benda yang dikenakan oleh Ken. Ia mencoba melepas benda itu namun begitu sulit baginya.

"Ini akan sulit. Tapi ini sepertinya benda yang tidak asing. Hemm ... bukankah ini sebuah benda untuk mengendalikan pikiran? Hemm ... bagaimana mungkin ini ada di sini? Kalau begini, seharusnya sebuah chips ada di ...." Hidetoshi lalu melihat kepala Ken. "Otaknya ... ya, chips kecil itu seharusnya ditanam di otaknya. Tapi siapa yang telah memasukkannya ke dalam otak? Apa dia melakukan sendiri? Ini tidak mungkin. Itu akan sangat menyakitkan!"

***

Siguiente capítulo